Tim Doktor Mengabdi UB Jadikan Kampung Sanan Role Model Urban Farming
Senin, 15 November 2021
Malangpariwara.com –
Kota Malang, Jawa Timur, terus mengembangkan sektror urban farming. Selain menjadi kekuatan pangan keluarga, sektor ini diharapkan juga berkontribusi mengendalikan inflasi.
Wakil Rektor bidang kerja sama UB Prof Dr M Sasmito Djati, MS. mengatakan, sektor peternakan itu seperti sentra penggemukan sapi dan pengolahan limbah kotoran menjadi sumber energi alternatif di perkotaan.

Doktor Mengabdi UB Ajarkan warga Sanan yang mayoritas usahanya membuat tempe dan penghasil limbah cair maupun padat, mengolah
limbah itu melalui program urban farming ubah limbah tempe menjadi bahan penyusun konsentrat untuk penggemukan sapi pedaging di kawasan perkotaan khususnya Sanan Malang Jawa Timur.
Diketahui dewasa ini permintaan pasar lokal akan daging sapi terus meningkat, namun peternak belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Akibatnya impor sapi bakalan maupun daging beku menjadi solusi pemerintah. Kondisi ini disebabkan beberapa faktor antara lain kurangnya pengetahuan peternak tentang manajemen dan penerapan teknologi peternakan serta berkurangnya lahan untuk beternak.
Upaya untuk menyiasati permasalahan lahan ialah pengembangan program urban farming, yakni beternak secara mandiri di wilayah perkotaan, sehingga dapat memperkuat ketahanan pangan dalam kota dan membuka lapangan kerja sektor non formal.
Urban farming dapat digawangi oleh perguruan tinggi dengan menganalisis kondisi lingkungan yang potensial ditengah kota, untuk mengatasi pencemaran lingkungan dan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
Tim Doktor Mengabdi yang diketuai Wakil Rektor bidang kerjasama Universitas Brawijaya (UB), Prof. M. Sasmito Djati bersama dosen Fakultas Peternakan (Fapet) dan Fakultas Teknik (FT) memprakarsai program urban farming di kampung Sanan, Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Tim yang tergabung dalam Doktor Mengabdi itu terdiri dari Dr. I Nyoman Suluh Wijaya (FT), Dr. Kuswati (Fapet), Dr. Tri Eko Susilorini (Fapet), Dr. Nanang Febrianto (Fapet).
Menurut Prof. Sasmito, pemilihan lokasi kampung Sanan dikarenakan hampir 90% masyarakatnya merupakan pembuat tempe dan menjadi pusat industri tempe di Kota Malang.
Untuk mengatasi limbah pembuatan tempe sebagian penduduknya memelihara sapi pedaging dengan total populasi pada saat ini hampir mencapai 400 ekor dari data terakhir, akibat pandemik covid-19 jumlah populasi mengalami penurunan.
Selain itu telah terbentuk kelompok peternak “Makmur Sejahtera” sebagai pioner untuk mengadopsi teknologi tepat guna dalam kegiatan Doktor Mengabdi.
Industri pembuatan tempe menghasilkan limbah cair dan padat yang belum termanfaatkan secara maksimal. Sedangkan limbah kotoran ternak telah diolah menjadi biogas atas dasar pelatihan dan pendampingan yang dilakukan oleh Sasmito dkk sejak dua tahun silam tepatnya 2019, sampai saat ini telah beroperasi 7 unit biogas dan 1 unit kandang komunal berkapsitas 10 ekor sapi.
“Urban farming yang terintegrasi dengan penggemukan belum banyak dilakukan, maka dari itu kami berupaya meningkatkan produksi dan kualitas sapi pedaging melalui perbaikan manajemen dan teknologi pakan yang baik dan benar. Agar dapat memenuhi kebutuhan daging di perkotaan dan mensejahterahkan peternaknya.” jelas Sasmito
Perbaikan formulasi pakan dilakukan dengan memanfaatkan limbah cair dan padat dari produksi tempe yang dihasillkan 20 ton per hari. Awalnya peternak menggunakan limbah tersebut tanpa pengolahan sebagai pakan utama sapi. Hal tersebut mengakibatkan sapi kurang sumber serat dan kotoran menjadi cair serta daging sapi mengandung kadar air tinggi, mudah rusak, dan harga jual sapi hasil penggemukan lebih rendah.
Dr. Kuswati menuturkan langkah pemecahan masalah penggunaan limbah tempe (kulit kedelai) sebagai pakan adalah dengan perbaikan susunan ransum, dalam bentuk formulasi pakan.
Sapi pedaging membutuhkan pakan bernutrisi untuk mengahasilkan pertumbuhan yang maksimal.
“Hasil formulasi pakan ini dapat mendukung kebutuhan nutrisi sapi yang lengkap dan secara teknis akan memperbaiki kualitas sapi.” ujar Kuswati.

Dikemas dalam kegiatan pabrikasi konsentrat skala kecil dan dilengkapi dengan teknologi peralatan tepat guna.
Luaran yang diharapkan melalui kegiatan ini adalah menjadikan kelompok ternak “Makmur Sejahtera” sebagai pioner kawasan urban farming yang fungsi ekonomi dan mampu menghasilkan sumber bahan pangan, serta menciptakan eduwisata integrasi industri tempe dan penggemukan sapi pedaging..(Djoko Winahyu)