“Malang Bukan Jogja” Tokoh Pemuda Malang Kritik Pemasangan Lampu di Kayoetangan

Foto: Potret Kayoetangan masa kini.(ist)

Senin, 27 Desember 2021

Malangpariwara.com – Pemasangan lampu hias di kawasan pedestrian Jalan Basuki Rahmat atau Kajoetangan Heritage, Kecamatan Klojen mendapat kritik tajam dari tokoh pemuda Kota Malang, Muhammad Anas Muttaqin.

Menurutnya, pemasangan lampu hias dengan suasana khas ala Jogjakarta itu dinilai menghilangkan ciri Kota Malang.

“Sangat disayangkan sekali kalau pemasangan lampu tersebut malah menjauhkan dari ciri khas Kota Malang. Padahal ada banyak sekali budaya dan seni khas yang bisa ditonjolkan disini,” kata Anas pada Senin (27/12/21).

Ia menjelaskan, meniru gaya Jogjakarta bukanlah jalan keluar dalam menarik wisatawan baik asing dan nusantara untuk berkunjung ke Kota Malang. Apalagi, pemasangan lampu tersebut menelan dana miliaran rupiah.

“Kota Malang kan juga diakui sebagai kota hertitage atau warisan dunia, harusnya ciri khas Kota Malang yang sudah ada itu diperkuat, bukan malah kita meniru daerah lain,” beber mantan aktivis HMI tersebut.

saat ini kawasan Pedestrian di Jalan Basuki Rahmat sudah dipasang sebanyak 50 lampu klasik berwarna hijau dan emas.(ist)

Berdasarkan data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang, saat ini kawasan Pedestrian di Jalan Basuki Rahmat sudah dipasang sebanyak 50 lampu klasik berwarna hijau dan emas. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang Wahyu Setiyanto mengatakan selain pemasangan lampu juga ada pemasangan 15 tanaman tabebuya dengan menelan anggaran sebesar Rp 2,9 miliar.

“Sebelum dipasang lampu dan tanaman harusnya ada semacam kajian terlebih dahulu, apa saja yang menjadi ikon di Kota Malang, bagaimana nilai sejarah di Kajoetangan sehingga kawasan tersebut tidak saja indah, tapi juga ada nilai sejarahnya,” imbuh Anas.

Pria yang kini juga menjabat sebagai CEO Hasta Group itu menekankan kepada Pemerintah Kota Malang agar tidak mudah meniru ciri khas daerah lain, sebab di Kota Malang banyak seni, budaya dan nilai sejarah yang bahkan sudah diakui secara nasional dan dunia.

“Kita ada Topeng Malang misalnya, atau juga kita punya ikon singa yang khas dan banyak yang lainnya. Saya sangat menyayangkan jika Kajoetangan Heritage akhirnya menjadi seperti Jogjakarta, karena satu hal yang perlu digaris bawahi adalah Malang bukan Jogjakarta,” pungkas kader muda NU tersebut.(Djoko Winahyu)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *