21 Agustus 2025

Tingkatkan Produktivitas Kemitraan Pengusaha Tenun, Tim Pengabdian FEB UB Lakukan Pendampingan

IMG_20221115_112833_resize_99_compress93

Tim Pengabdian FEB UB Lakukan Pendampingan dalam produksi tenun songket, peningkatan kemitraan usaha dan kapasitas usaha.(dok FEB UB)

Selasa, 15 November 2022

Malangpariwara.com – Tenun songket melayu Riau merupakan salah satu komoditi unggulan Provinsi Riau dan termasuk produk yang unik dan spesial.

Tenun Songket Melayu Riau banyak digunakan oleh pemerintah setempat pada acara yang penting seperti pada saat acara kepemerintahan, Halal bi Halal, ataupun kunjungan pejabat pemerintah dari provinsi lainnya.

Tidak hanya oleh pemerintah, Songket Melayu juga banyak digunakan oleh individu pada momen acara pernikahan yang biasanya tidak hanya digunakan oleh pengantin saja, melainkan juga kedua orang tua pengantin dan pihak keluarga.

Tempat kerja pengrajin tenun songket (dok FEB UB)

Dalam produksi tenun songket, peningkatan kemitraan usaha dan kapasitas usaha merupakan hal yang penting. Namun, tenun songket ini mengalami perkembangan yang sangat lambat atau stagnan. Dapat dilihat dari jumlah pengusaha tenun di Kota Pekanbaru yang tidak bertambah dan para pengusaha yang lainnya bahkan tidak melakukan produksi lagi.

Melihat kenyataan ini memantik Tim Pengabdian FEB UB yang diketuai Risna Wijayanti, SE., MM., Ph.D., beranggotakan Hafidzah Nurjannah, SE., MM, dan Nuraini Desty Nurmasari, SE., M.Sc, serta beberapa mahasiswa melakukan pendampingan langsung kepada mitra.

” Kami kerja keras melakukan pendampingan kepada pengrajin tenun songket untuk meningkatkan Kemitraan Usaha dan Kapasitas Usaha Tenun, agar bisa memaksimalkan Modal Intelektual yang Dimiliki oleh “Songket Winda” Kota Pekanbaru,” terang Risna kepada Malangpariwara, Selasa(15/11/22).

Di katakan Risna, Kota Pekanbaru memiliki sekitar 43 pengusaha tenun yang terdaftar dalam Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan UMKM kota Pekanbaru sedangkan untuk wilayah Provinsi Riau sekitar 89 pengusaha.

Pengembangan tenun songket melayu Riau sebagai komoditas unggulan belum berwujud nyata seperti belum adanya sentra produksi, perlindungan pasar maupun kegiatan lain yang sifatnya mendukung pengembangan kain songket sebagai komoditas unggulan.

“Belum adanya ketersediaan bahan baku yang cukup untuk produksi dalam bentuk pakaian jadi yang disebabkan oleh terbatasnya supplier bahan baku (hanya memiliki satu supplier dan tidak memiliki alternatif supplier yang lain), tipe kain tenun yang dihasilkan tidak bervariasi, karena keterbatasan variasi benang tenun yang digunakan untuk menghasilkan tenun songket, memiliki pangsa pasar yang terbatas karena harga produk cenderung lebih mahal dan proses produksi yang memakan waktu cukup lama,” tukasnya.

Berdasarkan permasalahan tersebut, Tim Pengabdian UB yang beranggotakan Risna Wijayanti, SE., MM., Ph.D., Hafidzah Nurjannah, SE., MM, dan Nuraini Desty Nurmasari, SE., M.Sc, serta beberapa mahasiswa melakukan pendampingan langsung kepada mitra. Dalam pelaksanaanya, pengabdian ini melibatkan langsung mahasiswa Doktor Ilmu Manajemen FEB UB yang merupakan penduduk asli Riau (Hafidzah Nurjannah, SE., MM).

Tim Pengabdian UB turut andil dalam melakukan pemilihan mitra yang sesuai dengan standar Winda Songket yang diharapkan nantinya dapat menjalin kerjasama dalam waktu yang lama.

Tenun songket di wilayah Kota Pekanbaru sekaligus menjadi produk unggulan daerahnya di masa yang akan datang.dok FEB UB)

Tim Pengabdian juga memberikan ide untuk melakukan inovasi produknya, misalnya mendesain logo usaha yang lebih modern, mendesign packaging yang lebih menarik, membantu melakukan pemasaran melalui platform digital seperti instagram, serta pembuatan website.

Selain itu juga memberikan ide untuk lebih kreatif dalam menghasilkan produk, sehingga produk tersebut tidak hanya digunakan pada acara formal saja melainkan dapat digunakan pada acara informal. Misalnya, blouse perempuan yang memiliki corak tenun, sepatu atau sandal fashion bagi perempuan bercorak tenun yang nyaman digunakan, ataupun tas bercorak tenun melayu Riau yang memiliki kesan mewah.

Winda berharap Songket yang melakukan inovasi produk dapat menghasilkan produk yang dikenal tidak hanya secara lokal saja melainkan nasional atau bahkan internasional.

“Dengan beberapa langkah tersebut, diharapkan pengusaha Tenun Songket dapat memaksimalkan modal intelektual yang dimiliki,”tegasnya.

Selain itu dapat mendorong para pengusaha mikro dan kecil untuk lebih mempertimbangkan penyusunan rencana strategis dan alternatif keputusan-keputusan strategis yang berdampak pada keberlanjutan usaha tenun songket di wilayah Kota Pekanbaru sekaligus menjadi produk unggulan daerahnya di masa yang akan datang.

“Dalam kegiatan pendampingan tersebut, telah ditentukan pengusaha mikro yang akan bekerjasama dengan Winda Songket sebanyak 7 pengusaha sehingga dapat memenuhi kapasitas produksi,” Pungkas Risna yang diamini anggota tim lainnya.(Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *