Brand Fesyen Lokal MalangCuri Perhatian Turis di Acara Ramu Reramban

Selasa, 11 Juli 2023
Malangpariwara.com –
Ecoprint atau ecoprinting merupakan teknik dalam mewarnai suatu bahan kain yang cukup sederhana dan menciptakan hasil yang unik serta menarik dewasa ini sangat diminati baik turis Domestik Maupun Turis asing.
Prinsip pembuatannya yaitu menggunakan daun, batang, bunga atau tumbuhan lain yang mengandung pigmen warna.

Melihat peluang bisnis yang menjanjikan itu memantik mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini menginisiasi acara pameran sekaligus riset program Ramu Reramban.
Pameran yang di gelar di Begawan Apartment ini menyita perhatian sepasang turis Rusia terhenti dari langkah mereka dan menyoroti produk ecoprint milik brand fesyen berkelanjutan asal Kota Malang, Reramban. Motif dan corak daun yang unik itu, memikat perhatian mereka.
Sepasang suami istri asal Rusia itu telah tinggal selama beberapa bulan di Indonesia lalu menetap di Kota Malang. Tepatnya mereka merupakan penghuni Begawan Apartment yang merupakan lokasi digelarnya program Ramu Reramban.
Acara ini adalah inisiasi dari mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Reramban Ecoprint, dan Plaza Begawan.

“Kita sudah tinggal di sini (Kota Malang) untuk beberapa bulan, dan akan tinggal lebih lama lagi sampai tidak tahu kapan. Kami suka karena orang di sini tidak terlalu terburu-buru, cuacanya juga stabil, dan semuanya lebih murah.” cerita singkat Philip sambil tertawa kecil.
Ramu Reramban berangkat dari keresahan owner Reramban Ecoprint akan lemahnya kesadaran anak muda terhadap fesyen berkelanjutan dan ecoprint. Dari hasil riset tim mahasiswa Ilmu Komunikasi kepada 234 anak muda di Malang Raya, sebanyak 40% diantaranya masih menganggap ecoprint mudah luntur dan tidak akan bertahan lama.
Hasil kolaborasi ini juga merupakan realisasi dari salah satu mata kuliah Praktikum Public Relation Event Management. Keseluruhan acara dibimbing dan diawasi oleh Maharina Novia Z., S.Ikom., M.Ikom dan Jamroji S.Sos., M.Comms.
Disinilah, Reramban Ecoprint ingin menyebarkan cara meramu ecoprint dengan berbagi pengalaman untuk membuatnya secara langsung. Philip dan Julia pun turut serta mempraktekkan teknik hapazome, salah satu teknik pembuatan ecoprint, di atas lembaran kain blacu yang telah direndam dengan air tawas selama satu malam.
“Aku tidak menyangka akan menemukan hal unik seperti ini di sini! Aku sendiri masih merasa bahwa kita perlu kesadaran lebih untuk bisa hidup dengan konsep ramah lingkungan, apalagi ini, dari sisi fashion, sungguh menarik!” Ujar Philip setelah berbincang singkat dengan Julia.
Sejak sepuluh hari acara ini digelar dari tanggal 30 Juni hingga 9 Juli, ada pula wisatawan dari Tiongkok yang melipir.
Mereka menimbang-nimbang apakah betul motif yang mereka lihat terbuat dari daun sungguhan. Berbeda dari Philip dan Julia, Min dan Liang baru saja tiba di Kota Malang untuk berlibur panjang dan sedang berjalan santai untuk mengisi waktu. Min dan Liang memang tertarik dengan seni sebab mereka adalah seorang graphic designer.
Min dan Liang langsung mencoba membuat ecoprint mereka pada stan yang telah disediakan. Tiap langkahnya mereka ikuti dengan seksama. Pertama-tama Min dan Liang menata dengan indah beberapa daun dan bunga yang telah disiapkan di atas kain blacu.
Mereka lalu menutupnya dengan kain blacu lain dan mengetuk-ngetuk kain tersebut dengan palu hingga pola dari daun yang sudah ditata muncul pada kain penutup dan kain alasnya. Nantinya akan muncul dua hasil cetakan yakni pada kain penutup dan juga alas. Min dan Liang juga memberikan catatan-catatan kecil pada hasil karya mereka.
“Wah aku baru pertama kali mengetahui ecoprint dan langsung mencoba membuatnya, sungguh menyenangkan!” ucap Min sembari mengayunkan palunya di atas kain ecoprint miliknya.
Min dan Liang lalu melanjutkan perjalanan mereka untuk berburu kuliner di Kota Malang.
Satu karya ecoprint milik pengunjung dapat dibawa pulang dan satu karyanya lagi akan dipajang pada pameran Rekah Reramban yang akan diadakan seminggu setelah acara Ramu Reramban yang bertempat di Rayz UMM Hotel.
Sejak tahun 2018, Reramban Ecoprint sudah bermisi untuk menyebarkan konsep slow & sustainable fashion kepada masyarakat.
Ancaman limbah tekstil yang merupakan sampah terbanyak kedua setelah plastik jadi dasar paling kuat bagi Evi Kurni, pemilik Reramban Ecoprint, untuk tetap menjadi salah satu pioneer dari fesyen berkelanjutan.
“Sebetulnya ada banyak cara untuk menjaga lingkungan dari kita berpakaian. Cukup dimulai dengan upcycle baju yang kita miliki dan tidak melulu beli item fashion hanya karena tergiur dengan harga itu sudah membantu lingkungan kita jadi lebih baik.” jelas Evi Kurni.
Seluruh rangkaian program ini membawa tema Lebih Lama Lebih Baik. Artinya, tidak selamanya yang lebih cepat itu lebih baik, ada kalanya yang lebih lama itu lebih berarti seperti pakaian kita pilih, beli, dan miliki. Gerakan ini muncul untuk memotivasi masyarakat agar memilih pakaian dengan bahan yang tahan lama, desain yang tidak lekang oleh waktu, dan menggunakan pakaian lama kembali.(Djoko W)