2 Juli 2025

Kolaborasi FMIPA dan FK UB Teliti Ekstrak Kelor, Alternatif Baru Sembuhkan Alzheimer dan Perbaikan Fungsi Kognitif

IMG-20231006-WA0054

Sabtu, 7 Oktober 2023

Malangpariwara.com
Kolaborasi mahasiswa Departemen Kimia dan Pendidikan Dokter Universitas Brawijaya melakukan riset optimasi ekstrak bahan alami sebagai obat pereduksi Alzheimer. Ekstrak bahan alami yang diteliti yakni daun kelor.

Tim riset terdiri dari Adi Kurnia Soesantyo (Kimia, FMIPA), Jonathan Linggadiputra (Kimia, FMIPA), Gustav Dasa Sitompul (Pendidikan Dokter, FK) dan Farahiyah Sharfina Saputri (Pendidikan Dokter, FK).

Mereka dibawah bimbingan Dr. Husnul Khotimah, S.Si, M.Kes mengembangkan suatu inovasi Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera) Terenkapsulasi Nanopartikel Emas (MO-AuNP) untuk diuji coba pada Tikus Model Alzheimer Disease (AD).

Penelitian ini didanai oleh Kemdikbudristek dan Universitas Brawijaya melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta tahun 2023.

Alzheimer’s disease (AD) merupakan salah satu tipe demensia yang paling banyak diderita masyarakat dunia dimana para penderita penyakit ini akan mengalami penurunan fungsi kognitif serta perilaku secara progresif.

Berdasarkan laporan WHO, diketahui bahwa terdapat 55 juta penderita AD dimana lebih dari 120 ribu diantaranya meninggal dunia dan diprediksi akan terus meningkat hingga mencapai 10 juta kasus baru per tahunnya. Sedangkan di Indonesia, pada tahun 2020 diketahui terdapat lebih dari 1,3 juta penderita AD dan diprediksi akan meningkat hingga 3,8 juta penderita pada tahun 2048.

“Saat ini obat Alzheimer yang tersebar luas di pasaran memiliki efek samping tersendiri bagi pasien yang memiliki komplikasi, selain itu obat Alzheimer masih belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat,” ujar Adi.

Menurut Adi, AD paling banyak disebabkan adanya penumpukan Amyloid Beta pada sistem saraf otak. Molekul protein ini diproduksi melalui pemrosesan proteolitik protein transmembran, protein prekursor amiloid (APP), oleh β- dan γ-sekretase.

“Pada penelitian ini kami membuat Tikus Model Alzheimer yang diinduksi dengan Amyloid Beta, lalu kami induksikan kembali secara rutin dengan obat ekstrak kelor terenkapsulasi emas buatan kami. Selanjutnya kami melakukan beberapa uji terhadap tikus, terutama adalah uji tingkah laku kognitif tikus,” ujar Adi.

Pada hasil penelitian diperoleh bahwa esktrak kelor nanopartikel emas (MO-AuNP) akan lebih mudah diserap darah menuju sistem saraf dibandingkan ekstrak tanpa dienkapsulasi dalam ukuran nano. Selain itu obat yang diinovasikan terbukti mampu meningkatkan kondisi kognitif tikus dan juga mengurangi plak amyloid beta. Di lain sisi, selain memiliki efek yang menjanjikan, melalui prediksi Adsorbsi dan tingkat toksisitas obat, diprediksi MO-AuNP ini memiliki kondisi toksisitas obat yang rendah, namun penyerapan dan pengikatan protein yang tinggi menuju Sistem Syaraf Pusat (SSP).

“Obat ini sedang dalan tahap pengembangan, masih banyak evaluasi dan langkah yang harus ditempuh, agar obat siap pakai dan dapat digunakan oleh masyakarat luas. Kami berencana pengembangan obat ini tidak hanya berhenti pada skala lab dan pada program PKM ini, namun akan terus dikembangkan dan dioptimasi,” tambah Gustav selaku salah satu peneliti.

Farah, anggota penelitian yang lain melanjutkan pernyataan Gustav bahwa penelitian ini memang sedang dalam tahap pengembangan dan harapannya bisa menjadi alternatif obat yang bisa diakses seluruh masyarakat dengan efek samping minim.

“Meskipun masih penelitian dan masih dalam tahap pengembangan, harapannya nanti obat ini akan dapat dioptimasi lebih lanjut dan digunakan oleh masyarakat Indonesia, sebab obat ini akan bisa menjadi alternatif obat yang baik dan minim efek komplikasi,” imbuh Farahiyah.

Dengan penelitian ini diharapkan bisa memudahkan treatment pada penderita alzheimer di Indonesia dan sebagai bentuk nyata kontribusi mahasiswa Universitas Brawijaya untuk penanggulangan darurat alzheimer di Indonesia saat ini.

Penyakit Alzheimer adalah kondisi otak degeneratif yang menyebabkan penurunan progresif dalam sejumlah aspek. Mulai dari ingatan, kognitif atau kemampuan berpikir, kemampuan bicara dan perilaku.

Penyakit ini dapat menyasar orang dewasa yang masih muda. Namun, sebagian besar kasusnya terjadi pada mereka yang berusia lebih dari 60 tahun (lansia).

Pada tahap awal, pengidapnya akan mengalami gangguan daya ingat bersifat ringan. Contohnya seperti mengalami kesulitan mengingat nama benda, percakapan dengan siapa saja hingga peristiwa yang belum lama terjadi.

Penyakit ini dapat memburuk seiring waktu sehingga membuat pengidapnya tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan, pada kasus yang sudah parah, penyakit Alzheimer dapat membuat pengidapnya linglung. ( Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *