10 Juli 2025

Hari Ke Dua Simfoni Budaya Tiongkok-Indonesia di Universitas Ma Chung Semakin Meriah

c1_20240727_18385849

Atraksi Singo.Barong Bantengan yang memukau pengunjung festival .(Djoko W)

Sabtu, 27 Juli 2024

Malangpariwara.com – Kembali Kesenian Barongsai Klenteng Eng An Kiong membuka Simfoni Budaya Tiongkok-Indonesia dan Festival Kampung Pecinan.

Sambutan Wawan Eko Yulianto, SS., MA., Ph.D. Wakil Rektor III (Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama) Sekaligus Ketua Pelaksana Kegiatan Dies Natalis ke-17 Universitas Ma Chung (Djoko W)

Wawan Eko Yulianto, SS., MA., Ph.D. Wakil Rektor III (Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama) Sekaligus Ketua Pelaksana Kegiatan Dies Natalis ke-17 Universitas Ma Chung mengatakan hari ke dua ini semakin meriah ratusan pengunjung memadati lapangan tempat venue penampilan kreasi siswa siswi SMA SMK di Malang.

“Luar biasa sangat meriah lapangan parkir motor di dua tempat ful demikian juga kendaraan roda empat mengular di sepanjang jalan kampus. Dan malam panjang ini pengunjung dimanjakan dengan wisata kuliner di 54 stand,” terang Wawan.

Sebelumnya sejumlah kesenian ditampilkan diantaranya Barongsai leang leong dan wushu dari Klenteng Eng An Kiong serta kesenian singo barong serta Bantengan.

Universitas Ma Chung dengan bangga mempersembahkan Festival Kampung Pecinan yang diselenggarakan pada 26-28 Juli 2024 di kampus Ma Chung.

“Acara ini merupakan agenda tahunan namun tempatnya berpindah pindah menyesuaikan moment. Tahun ini kenapa pilih di kampus Ma Chung ? Kare perayaan ini merupakan bagian dari rangkaian acara spesial Dies Natalis ke-17 Universitas Ma Chung,” ungkap Wawan.

Momen Festival Kampung Pecinan dimanfaatkan para Alumni untuk lepas kangen kampus .(Djoko W)

Sebagai acara yang diadakan rutin setiap tahun, Festival Kampung Pecinan selalu hadir memikat pengunjungnya.

“Sebelumnya, festival ini diadakan di wilayah kampung pecinan maupun klenteng. Namun, untuk memperingati hari jadi ke-17 Universitas Ma Chung, festival ini akan digelar di lingkungan kampus, menjadikannya lebih istimewa dan meriah,” imbuh Wawan.

Selama tiga hari, Universitas Ma Chung bersama dengan Kelenteng Eng An Kiong dan banyak pihak lainnya menampilkan berbagai pertunjukan menarik yang menggambarkan harmonisasi antara budaya Tiongkok dan Indonesia.

Tari tradisional dari sanggarmu (Djoko W)

Festival yang dibuka secara gratis untuk umum ini akan menampilkan beragam penampilan budaya meliputi barongsai, wushu, pencak silat, tari topeng ireng, sinden dan musik Tiongkok, leang leong, wayang suket, shufa, tari kipas, singo barong dan barongan, tari mbeso genjring, Chinese dance, serta penampilan siswa-siswi SMA.

“Pengunjung juga akan disuguhkan dengan penampilan Guoye, musik tradisional Tiongkok yang akan menambah nuansa budaya dalam festival ini,” terangnya.

Suasana pengunjung di stand bazar dan pengunjung .(Djoko W)

Selain pertunjukan seni, festival ini juga menghadirkan lebih dari 54 stand kuliner yang menawarkan berbagai cita rasa khas Tiongkok dan Indonesia. Terdapat pula mini museum yang menampilkan berbagai alat musik khas Indonesia dan Tiongkok, serta spot foto yang memberikan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung.

Mini museum ini akan memamerkan alat-alat musik tradisional, seperti gamelan Jawa dan guzheng Tiongkok, memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk lebih mengenal kekayaan budaya kedua negara.

Pengunjung juga dapat mengikuti kegiatan kesehatan seperti poundfit dan donor darah yang akan diselenggarakan pada hari ketiga, Minggu, 28 Juli 2024.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kesehatan bagi masyarakat dan menjadi wujud nyata kepedulian sosial bagi sesama.

Penampilan siswa siswi SMK tari Dance.(Djoko W)

Dengan terselenggaranya kegiatan ini, Universitas Ma Chung sebagai institusi pendidikan tidak hanya fokus pada akademik, tetapi juga berperan aktif dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Indonesia, khususnya akulturasi budaya Tionghoa-Indonesia.

“Melalui berbagai kegiatannya, Festival Kampung Pecinan menjadi wadah yang mempertemukan elemen-elemen budaya Tionghoa dan Indonesia dalam sebuah harmoni yang indah, upaya mempertahankan warisan budaya yang kaya ini, juga sarana mendidik generasi muda tentang pentingnya toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman budaya,” tukas Wawan.

Pada malam terakhir Diumumkan pemenang untuk lomba lomba.

Pewarta/editor : Djoko W

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *