Drh. Dyah Ayu Dekan FKH UB Raih Best Oral Presenter di Konferensi Patologi Veteriner Asia

Dekan FKH UB drh. Dyah Ayu Oktavianie AP., M.Biotech., AP.Vet Raih Best Oral Presenter di Konferensi Patologi Veteriner Asia .(Ist)
Senin, 4 Agustus 2025
Malangoariwara.com – Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya (FKH UB) Drh. Dyah Ayu Oktavianie AP., M.Biotech., AP.Vet, meraih penghargaan Best Oral Presenter pada ajang internasional 11th Asian Society of Veterinary Pathology (ASVP) – 16th Malaysian Association of Veterinary Pathology (MAVP) Joint Conference.
Konferensi ini diselenggarakan di Sepang, Malaysia, (25–27/6/2025), dan menjadi ajang pertemuan ilmuwan serta praktisi patologi veteriner dari seluruh Asia.
Konferensi gabungan ASVP-MAVP merupakan agenda rutin dua tahunan yang menjadi wadah pertukaran pengetahuan, hasil penelitian terbaru, dan inovasi di bidang patologi veteriner.
Tahun ini, Malaysia menjadi tuan rumah dengan menggandeng MAVP untuk menyatukan para pakar dari berbagai negara seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Jepang, India, dan China. Lebih dari 150 peserta hadir, terdiri dari peneliti, akademisi, mahasiswa pascasarjana, serta praktisi profesional.
Dalam konferensi ini, peserta dapat mempresentasikan karya ilmiah mereka dalam dua format: oral presentation dan poster presentation.
Proses seleksi dilakukan secara ketat oleh scientific committee yang menilai kualitas penelitian, kebaruan inovasi, ketepatan metodologi, serta kemampuan penyampaian materi.
Dalam sesi pemaparannya, Drh. Dyah Ayu membawakan topik penelitian inovatif hasil kolaborasi lintas universitas dan negara.
Penelitian ini dilakukan bersama tim Riset Kolaborasi Indonesia (RKI) yang melibatkan Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Bandung (ITB), serta mitra internasional dari Universiti Putra Malaysia (UPM). Proyek riset ini telah berlangsung sejak 2023 hingga 2024.
Metode ini juga dianggap sebagai terobosan karena mampu mengatasi keterbatasan terapi berbasis sel hidup (cell-based therapy) yang memerlukan fasilitas penyimpanan khusus serta berisiko mengalami penolakan tubuh.
Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu langkah penting dalam pengembangan terapi regeneratif yang lebih aman, praktis, dan terjangkau di masa depan.
Penghargaan Best Oral Presenter yang diraih oleh Drh. Dyah Ayu merupakan hasil dari penilaian dewan juri terhadap substansi penelitian, ketajaman analisis, serta keterampilan menyampaikan materi kepada audiens internasional.
“Persaingannya sangat ketat. Peserta berasal dari berbagai negara dengan riset yang sangat kuat. Tantangannya adalah bagaimana menyampaikan penelitian secara jelas, ringkas, dan dapat dipahami oleh audiens dari latar belakang negara dan disiplin yang berbeda,” ungkap Drh. Dyah Ayu.
Selain mempersiapkan materi presentasi, ia juga harus membagi waktu antara tugas sebagai dekan dan persiapan intensif untuk ajang internasional ini.
“Saya tetap menjalankan tanggung jawab administratif di fakultas sambil menyiapkan core points presentasi agar dapat tampil maksimal di forum internasional,” tambahnya.
Bagi Drh. Dyah Ayu, prestasi ini memiliki makna mendalam. Selain menjadi pengakuan terhadap kualitas riset yang dilakukan di FKH UB, penghargaan ini juga menjadi motivasi untuk terus mendorong kolaborasi penelitian lintas negara.
“Prestasi ini menjadi motivasi bagi diri saya pribadi dan juga bagi sivitas akademika UB untuk terus meningkatkan scientific thinking, memperluas jejaring riset, dan memperkuat publikasi internasional bereputasi tinggi,” ujarnya.
Menurutnya, capaian ini sejalan dengan prioritas Rektor UB untuk memperkuat kolaborasi internasional sebagai strategi peningkatan reputasi universitas menuju peringkat 500 besar dunia.
Penelitian ini juga selaras dengan misi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya terkait inovasi kesehatan, kerja sama global, dan penguatan kapasitas riset di tingkat internasional.
Sebagai penutup, Drh. Dyah Ayu mendorong para dosen, peneliti, dan mahasiswa untuk aktif mengikuti konferensi ilmiah internasional serta membangun kerja sama dengan mitra potensial.
“Kita perlu terus mengembangkan inovasi di bidang penelitian dan memperluas jejaring kolaborasi internasional. Masih banyak PR kita untuk memperkuat posisi Indonesia di kancah riset global, khususnya di bidang patologi veteriner,” tegasnya.
Prestasi ini diharapkan menjadi pemacu semangat bagi dunia akademik di Indonesia untuk tidak hanya menghasilkan riset berkualitas, tetapi juga mampu bersaing dan diakui di tingkat internasional.
Dengan dedikasi dan kerja sama yang kuat, Universitas Brawijaya optimistis dapat terus mengharumkan nama bangsa di dunia penelitian global. (Djoko W)