9 September 2025

Dekan FPIK UB Prof. Mohamad Fadjar: Udang Indonesia Layak Dikonsumsi

img_1757347483965

Dekan FPIK UB Prof. Mohamad Fadjar (ist)

Malang, 8 September 2025

Malangpariwara.com
Otoritas Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) mengeluarkan peringatan agar masyarakat tidak mengonsumsi, menjual, atau menyajikan udang beku produksi PT Bahari Makmur Sejati (BMS Foods).

Larangan yang dirilis pada situs resmi FDA, Selasa (19/8), ini muncul karena adanya dugaan kontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada sampel udang dari kontainer produk BMS Foods yang diekspor ke Amerika Serikat.

Meski demikian, Shrimp Club Indonesia (SCI) menegaskan bahwa produk udang asal Indonesia tetap aman dikonsumsi.

Temuan FDA mencatat kadar Cesium-137 (Cs-137) hanya sebesar 68 Bq/kg, jauh di bawah ambang batas intervensi resmi FDA yang mencapai 1.200 Bq/kg. Artinya, kadar tersebut masih 17 kali lebih rendah dari batas yang dapat menimbulkan risiko kesehatan.

Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) Prof. Dr. Ir. Mohamad Fadjar, M.Sc, Senin (1/9) turut menanggapi hal tersebut.

“Secara ilmiah, temuan 68 Bq/kg ini masih sangat aman. Konsumen tidak perlu khawatir, udang Indonesia tetap layak dikonsumsi,” kata Prof. Fadjar.

Ia menjelaskan, pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta Kedutaan Besar Amerika Serikat saat ini tengah melakukan investigasi mendalam.

Laporan final hasil investigasi diperkirakan akan keluar pada pertengahan September, dan akan menjadi dasar penjelasan resmi pemerintah kepada publik.

“Koordinasi antar-lembaga sudah berjalan baik. Pemerintah ingin memastikan informasi yang disampaikan ke masyarakat benar-benar akurat dan transparan,” ujarnya.

Menurutnya, indikasi awal menguatkan bahwa kontaminasi tidak berasal dari proses budidaya udang, pakan, maupun air tambak.

Dugaan sementara mengarah pada fasilitas produksi BMS yang berada di kawasan PT industri Cikande, Serang.

“Artinya, kasus ini insidental, bukan masalah struktural pada budidaya udang nasional. Jadi tidak bisa digeneralisasi bahwa semua udang Indonesia terpapar radioaktif,” tegasnya.

Sebagai langkah sementara, ekspor PT BMS ke Amerika Serikat ditangguhkan hingga hasil investigasi tuntas. Namun, Prof. Fadjar menekankan bahwa kasus ini hanya berdampak pada batch tertentu dan tidak memengaruhi perusahaan eksportir udang lainnya.

“Kita harus melihat proporsional. Industri udang nasional tetap memiliki standar mutu yang ketat, dan kasus ini hanyalah kejadian tunggal yang kini sedang ditangani serius,” katanya.

SCI bersama pemerintah berkomitmen menjaga nama baik dan kredibilitas produk udang Indonesia di pasar global. Prof. Fadjar menegaskan, udang merupakan salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia, sehingga keamanan dan kualitasnya selalu diawasi.

“Reputasi udang Indonesia sudah lama diakui dunia. Satu kasus ini tidak boleh meruntuhkan kepercayaan pasar internasional. Justru ini momentum untuk memperkuat pengawasan,” jelasnya.

Ia pun mengimbau masyarakat dan pelaku usaha agar tetap tenang serta tidak mudah terpengaruh oleh informasi simpang siur.

“Udang Indonesia aman dikonsumsi. Mari kita tunggu hasil investigasi resmi pemerintah. Semua pihak kini bekerja keras menjaga kredibilitas industri ini,” pungkas Prof. Fadjar. ( Djoko W )