Jeritan Penjual Krupuk Minta Harga Migor Dikembalikan Normal Daripada dikasih BLT

Foto: Jumani (61) warga RT 01 RW 07 Dusun Talun Desa Kesamben Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur saat menggoreng krupuk ditengah meroketnya harga Migor.(Yono)
Minggu, 10 April 2022
Malangpariwara.com – Jumani (61) RT 01 RW 7 Dusun Talun Desa Kesamben Ngajum, keluhkan kenaikan minyak goreng yang sangat memberatkan bagi dirinya sebagai penjual krupuk.
Menyiasati harga minyak mahal dan langka terpaksa ukuran krupuk di perkecil.
” Ya biar gak rugi dari pada harus menaikkan harga krupuk,” katanya.
Sejak terjadi kenaikan Minyak goreng usaha jual krupuknya mengalami kelesuan, tetapi dengan segala upaya agar bisa terjual krupuknya dengan merubah ukuran plastik dari ukuran 15 dengan isi krupuk 4 dirubah menjadi ukuran 14 dengan isi krupuk 3 agak besar dengan harga tetap di pasaran Rp 2000.
Demikian juga untuk ukuran plastik 14 dengan isi krupuk 6 ukuran kecil dirubah menjadi ukuran plastik 13 dengan isi 5 krupuk dengan harga sama Rp 2000.
” Supados saget sadean mas, dirubah ukurannya dengan isinya dikurangi dengan harga yang sama agar jualan krupuknya tetap bisa berjualan, agar dapat untung dan tidak rugi karena minyak goreng mahal ” Ungkapnya.
Jumani menambahkan, dalam penggorengan krupuk selama dua hari menghabiskan minyak goreng 15 kg satu jurigen dengan harga Rp 330.000, tetapi saat ini karena sepi minyak goreng curah yang dibutuhkan 2 jurigen 30 kg dengan harga Rp 660.000 selama seminggu.
“Saya berharap minyak goreng diturunkan aja dari pada dibantu BLT, dikembalikan harganya minyak goreng curah normal kembali sekitar Rp 15.000 sampai 16.000,” Pungkasnya.

Hal Senada juga disampaikan, Sunadi penjual bakso asal Desa Kesamben Kecamatan Ngajum Kabupaten Malang mengaku kenaikan minyak goreng berdampak pada usahanya.
Barang dagangan agar bisa terjual dengan merubah ukuranya seperti pentol harganya tetap 2000, goreng juga harganya sama Rp 1000 dengan ukuran yang agak kecil agar pelanggan tidak pindah.
” Ya bagaimana lagi mas ukuran yang dikurangi dengan harga sama, demi dagangan bisa laku terjual,” ucapnya.
Harapannya, Minyak goreng agar diturunkan agar ekonomi bisa lancar dengan kondisi saat ini, apalagi sampai saat ini dirinya belum menerima BLT minyak goreng.
Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Malang bidang sosial dan kesejahteraan masyarakat sangat menyayangkan atas keputusan pemerintah yang menaikan harga komoditas bahan kebutuhan pokok mulai minyak goreng dan bahan bakar minyak petramax sehingga memicu rendahnya daya beli masyarakat menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Pemerintah dalam menangani masalah kenaikan minyak goreng yang hari ini menjadi dampak serius bagi para ibu rumah tangga, kini masyarakat dikejutkan dengan naiknya pertamax dan banyak isu juga mengenai harga gas LPG 3 kg yang akan dinaikan oleh pemerintah.
“Kita bisa pahami bersama jika BBM dan gas naik, maka dengan otomatis akan diikuti dengan kenaikan harga barang-barang kebutuhan pokok lainnya,”tegasnya.
Harga gas LPG 3 kg selama ini disubsidi pemerintah apabila pertamax naik maka komiditas lain dipastikan akan naik juga, begitupun dengan Pertamax yang harganya kini naik menjadi Rp12.500/liter, sangat mungkin konsumen beralih ke Pertalite yang disubsidi dengan harga Rp7.650/liter,” tukas Ongki Sanjaya Ketua bidang sosial dan kesejahteraan masyarakat HMI Cabang Malang.
Dikatakan Ongki, Pemerintah perlu melakukan mitigasi yang tepat atas kenaikan harga Pertamax dan LPG 3 kg. Karena, dengan selisih harga yang begitu jauh, pengguna Pertamax yang beralih ke Pertalite akan membuat kuota BBM bersubsidi ini cepat habis, sehingga pemerintah harus memasok BBM bersubsidi dengan jumlah lebih banyak.
Pemerintah harus cermat dan betul-betul menelaah lebih tajam kebijakan menaikkan harga Pertamax dan LPG 3 kg.
“Saya kira persoalannya bukan saja pada penyesuaian atas harga perekonomian secara global. Namun yang juga lebih penting adalah menyesuaikan jarak harga komoditas bersubsidi dengan yang nonsubsidi tidak terlalu jauh. Jika selisih harga Pertamax dan Pertalite saja hampir setengah harga, maka migrasi komsumen sangat mungkin terjadi. Disinilah peran negara mengatur agar perekonomian berjalan dengan baik dan lancar,” tegasnya.
“Saya berharap dengan pemerintah melihat kondisi kami, yaitu masyarakat, belum lagi susahnya hidup di era pandemi, kali ini masyakarat dikagetkan begitu saja dengan kenaikan harga BBM dan beberapa bahan pokok, seharusnya pemerintah lebih bijak lagi dalam menangani masalah perekonomian masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih sejahtera kedepannya, kalau bisa harganya diturunkan kembali agar saya beli masyarakat bisa bangkit paska pandemi ini “Ujarnya.(Yono)