2 Juli 2025

Gandeng PT Bio Farma (Persero) Tim Peneliti UB Ciptakan Rapid Test Berbasis Thyroid Peroxidase (TPO) dan Thyroid Stimulating

IMG20221003104318_compress26_compress24

Foto: Pengenalan dan uji klinis Rapid Test Berbasis Thyroid Peroxidase (TPO) dan Thyroid Stimulating Hormon Reseptor (TSHR).(Djoko W)

Selasa, 4 Oktober 2022

Malangpariwara.com
Penyakit autoimun kelenjar tiroid akhir akhir ini trend di bicarakan. Seiring berita ini tersebar di berbagai infotainment dan media massa. Semua ramai-ramai membicarakan penyakit tiroid autoimun ini.

Untuk mengetahui dan mendeteksi dini tentang penyakit ini, Tim Peneliti UB bekerjasama dengan PT Bio Farma (Persero) melakukan penelitian dengan menciptakan Rapid Test Berbasis Thyroid Peroxidase (TPO) dan Thyroid Stimulating.

Untuk mewujudkan hasil maksimal maka dilakukannya Uji Klinis dalam Rangka Program Penelitian RISPRO LPDP “Deteksi Dini Autoimmune Thyroid Disease Melalui Rapid Test Berbasis Thyroid Peroxidase (TPO) dan Thyroid Stimulating Hormon Reseptor (TSHR). Terutama untuk meningkatkan pelayanan Kesehatan Ibu hamil”

Pengenalan dan Uji klinis ini dibuka langsung oleh Rektor UB Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D,Med.Sc, didampingi Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES. (peneliti), Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes (Direktur RSUB), dan dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD (Foto: Djoko W).

Pengenalan dan Uji klinis ini dilakukan di
Rumah Sakit Universitas Brawijaya, (3/10/22) dibuka langsung oleh Rektor UB Prof. Widodo, S.Si., M.Si., Ph.D,Med.Sc, didampingi Prof. Dr. Aulanni’am, drh., DES. (peneliti), Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M. Kes (Direktur RSUB), dan dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD.

Pengenalan dan uji klinis ini dihadiri 24 responden, pasien, dan rekomendasi dokter penyakit dalam yang memenuhi kriteria.

Didampingi Dyah Kinasih-Biosain F
MIPA UB, Prof.Dr. Aulanni’am, drh.,DES mengatakan kepada Malangpariwara terkait pengenalan dan uji klinis
Rapid Test Berbasis Thyroid Peroxidase (TPO) dan Thyroid Stimulating Hormon Reseptor (TSHR).

“Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam penelitian yang berjalan sejak September 2020 dengan pendanaan LPDP Kemenkeu RI selama 3 (tiga) tahun sampai dengan 2023,” ungkap Prof Aul.

Goal akhir dari penelitian ini adalah terwujudnya kit deteksi penyakit autoimmune thyroid disease (AITD) dengan marker TPO-TSHR yang beredar di masyarakat, sebagai upaya dalam pencegahan penyakit akibat gangguan thyroid autoimun yang dapat menyebabkan berbagai dampak, terutama pada ibu hamil yang dapat menyebabkan keguguran berulang, berat bayi lahir rendah (BBLR), IQ anak rendah dan kondisi stunting.

Lebih lanjut Prof Aul menambahkan bahwa dalam rangka mewujudkan peningkatan layanan kesehatan dan kualitas sumber daya manusia di Indonesia, pemanfaatan kit ini perlu diupayakan dengan tetap memperhatikan kualitas, manfaat dan keamanan alat kesehatan.

Uji Klinis responden, pasien, dan rekomendasi dokter penyakit dalam yang memenuhi kriteria.(Djoko W)

Pelaksanaan uji klinis ini dilakukan juga sebagai upaya melaksanakan Permenkes No. 63 Tahun 2017 tentang Cara Uji Klinis Alat Kesehatan yang Baik (CUKAKB), dimana pada tahap satu ini dilaksanakan berdasarkan prevalensi kejadian penyakit pada populasi.

Pelaksanaan uji melibatkan tim peneliti Dokter Penyakit Dalam dan RSUB sebagai salah satu pusat layanan kesehatan dan pendidikan di Universitas Brawijaya.

Dengan melaksanakan uji klinis ini, diharapkan dapat dihasilkan informasi terkait sensitivitas dan spesifitas kit deteksi TPO-TSHR yang dihasilkan oleh tim peneliti Universitas Brawijaya ini.

Dalam pelaksanaan program penelitian ini, Tim UB juga bermitra dengan PT Bio Farma (Persero) sebagai salah satu produsen produk life science di Indonesia.

‘Penggunaan kit deteksi TPO-TSHR ini diharapkan dapat dimanfaatkan masyarakat Indonesia karena aplikasinya yang relative mudah, sederhana dan tidak membutuhkan alat-alat khusus sehingga dapat digunakan di fasilitas kesehatan tingkat satu di seluruh Indonesia,” pungkasnya.

produk penelitian yang sudah di patenkan(Djoko W)

Sementara itu rektor UB Prof. Widodo menjelaskan bahwa produk penelitian yang diketuai Prof Aulanni’am ini didanai oleh Rispro yaitu skema penelitian yang diselenggarakan oleh LPDP.

“Sekarang kita masuk ke tahap uji klinis
nanti kalau hasilnya bagus, harapan kita kedepan uji klinisnya bisa lebih banyak. Sehingga nanti harapannya beberapa tahun kedepan bisa dilepas ke market dan bisa dipakai masyarakat,” tandasnya.

Foto bersama Direktur RSUB (Djoko W)

Direktur RSUB Prof. Dr. dr. Sri Andarini, M.Kes bersyukur kegiatan uji klinis ini dilakukan di RSUB. Dengan begitu masyarakat luas akan bisa lebih mengenal RS Pendidikan UB.

“RSUB ini awal saya ke sini tahun 2019 itu pasiennya masih sedikit. Jadi masih sekitar 40 orang masih minimal sekali. Karena memang rumah sakit ini masih baru buka tahun 2016.
Tahun 2017 kerjasama dengan BPJS. Dengan segala upaya direktur yang lama kemudian kita bekerja sama dengan BPJS. Sekarang alhamdulillah pasiennya 250-300 orang setiap harinya,” cerita Andarini.

RSUB ini milik Universitas Brawijaya dan akan terus melakukan inovasi dan pembaruan serta penambahan pelayanan untuk melayani masyarakat kota Malang dan sekitarnya.(Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *