UB Terima Dua Penghargaan Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022 dari Menteri Perindustrian

UB Terima Dua Penghargaan Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022 dari Menteri Perindustrian.(ist)
Minggu, 11 Desember 2022
Malangpariwara.com –
Universitas Brawijaya (UB) mendapat dua penghargaan dari Menteri Perindustrian berupa Indonesia Halal Industry Award (IHYA) 2022 pada Jumat, 9/12/2022.
IHYA merupakan apresiasi yang diberikan kepada pelaku industri yang telah berperan aktif dalam pengembangan produk halal.
Dua penghargaan IHYA yang diberikan kepada UB, yaitu Best Halal Social Impact Initiative dan Best Halal Innovation.
Berdasar data dari Sekretariat IHYA 2022, dari 315 peserta yang mendaftar ke sistem resmi IHYA 2022, setelah melalui tahap verifikasi administrasi dan penilaian dinominasikan 52 peserta sebagai penerima IHYA 2022.

Proses penilaiannya cukup ketat karena melibatkan juri dari kalangan pembina sektor, kementerian dan lembaga terkait, akademisi, serta organisasi masyarakat.
Dari sini UB mendapatkan 2 kategori utama dari 20 yang mendapatkan penghargaan langsung dari menteri.
Penghargaan IHYA tidak terbatas pada produk makanan dan minuman, mulai meluas ke sektor lainnya seperti kosmetik, obat-obatan, model, dan busana, perbankan, hingga rekreasi wisata.
Dalam persiapan lomba halal award Kementerian Perindustrian ini, Rektor UB telah membentuk Tim yang difasilitasi oleh Wakil Rektor (Warek) 5 UB, Dr. Ir Bambang Susilo, MSc Agr untuk mengkoordinasikan berbagai lembaga terkait halal di UB.
Semua pihak di UB telah berperan besar dalam pengembangan ekosistem halal di UB sehingga kita dapat kepercayaan atas penghargaan ini.
Dalam penerimaan halal award di Jakarta diwakili oleh Warek 5, Ketua Tim penyusun dokumen halal award, dan tim teknis yaitu Chanastalia, SS dan Syaifa Nuraini, STP.
Satu tim teknis penyusun lain yaitu Luki Hidayati, STP. MT tidak dapat berangkat karena sedang kurang sehat.
Menurut Dr Sucipto, STP, MP, IPU, sebagai Ketua Tim UB dalam Persiapan Lomba Halal Award 2022 ini, tujuan penganugerahan IHYA adalah untuk mendorong industri halal itu lebih bergairah sehingga diharapkan peran stakeholder lebih kuat dari waktu ke waktu.
Untuk itu perlu melibatkan perguruan tinggi, lembaga riset halal, perusahaan, dan pemerintah daerah, bahkan organisasi sosial.
Kriteria secara umum social impact adalah bagaimana pengembangan industri halal dapat memberikan impact yang tinggi kepada masyarakat sekitar.

Untuk penghargaan Best Innovation karena UB dinilai sebagai kampus yang memiliki inovasi dalam mengembangkan industri halal di Indonesia.
“Inovasi tersebut berupa halal tracking yang dapat menelusuri aspek halal produk dari produsen sampai konsumen,” kata Sucipto dosen FTP yang juga menjadi ketua Halal Qualified Industry Development (Hal-Q ID) Fakultas Teknologi Pertanian ini.
Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) dapat dikembangkan untuk mengidentifikasi pengiriman daging dari rumah potong hewan (RPH) ke konsumen konsumen, khususnya industri.
“Kita dapat melakukan identifikasi dan pelaporan secara real time menggunakan sensor suhu, kelembaban atau relative humidity (RH), dan posisi atau Geographic Information System (GIS), kemudian jenis potongan karkasnya, RPH mana yang mengirim, dan konsumen mana yang menerima. Semua dapat dipantau dengan Handphone (HP) selama distribusi produk tersebut,” imbuhnya.
Alat ini didedikasikan untuk memantau keamanan dan kehalalan produk selama distribusi di mobil yang bergerak dari produsen ke konsumen.
Penghargaan Best social impact diraih karena UB telah mengembangkan berbagai kelembagaan dan kegiatan yang memiliki social impact besar antara lain Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) UB menjadi LPH kampus yang beroperasi perdana di Indoinesia.
Laboratorium halal di bawah Lab Sentral Ilmu Hayati (LSIH) UB menjadi rujukan pendirian LPH di Jawa Timur.
“Ada 10 LPH merujuk ke lab halal LSIH UB, karena telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN),” ungkapnya.
Berikutnya, Institut Halal Thoyyib (IHT) UB memberi impact dalam pelatihan dan pendampingan sertifikasi halal, khususnya melalui program self declear.
Halal Qualified Industry Development (Hal-Q ID) yang telah banyak berkonstribusi dalam melakukan riset halal.
Selain itu, Badan Usaha Non Akademik (BUNA) UB telah berkomitmen mengusung konsep Halalan Thoyyiban (HT) dalam menjalankan bisnisnya. Berbagai pelatihan dilakukan agar memberi impàct ke seluruh stakeholder, khususnya unit usaha kuliner di bawah BUNA UB.
UB telah mengembangkan kantin akademik halalan thoyyiban, UB Coffee dengan tagline The halal cafe, UB griya memiliki unit kuliner untuk penghuninya yang tersertifikasi halal.
Demikian juga di UB Guest House, restonya telah tersertifikasi halal. Bahkan, BUNA memberikan sosial impact yang banyak kepada mahasiswa, khususnya program bidik misi untuk dapat bekerja paruh waktu.
“Yang membuat UB menjadi pemenang karena UB telah memiliki inisiatif yang kuat untuk mengintegrasikan berbagai lembaga yang memberi sosial impact tinggi dan menjadi model kampus-kampus di Indonesia. Kita menyebutnya Ekosistem Halal Tri Dharma (3D) perguruan tinggi, yang mencakup aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat,” kata Sucipto.
Ada 3 hal penting, yaitu: pertama, secara filosofi HT mengajarkan kejujuran, orang yang memproduksi sesuatu mesti dapat mempertanggungjawabkan bukan hanya ke konsumen dan dan masyarakat luas, tetapi juga kepada Tuhan yang maha pencipta.
Kedua, halal itu secara bisnis memiliki pasar yang besar dan luas. Kalau produksi halal dapat dilakukan dengan baik maka peluang pasar produk halal selalu naik dari waktu ke waktu dan kebutuhan tenaga kerja juga akan meningkat. Ketiga, terkait regulasi.
Di Indonesia melalui UU tentang Jaminan Produksi Halal dan peraturan perundangan terkait, sertifikasi halal telah menjadi mandatory (kewajiban) dari awalnya voluntary (pilihan). Bahkan, untuk produk pangan seharusnya semua sudah tersertifikasi halal maksimum bulan Oktober 2024.
Efek ke masyarakat proses produk halal ini membawa ketentraman karena semua sudah tersertifikasi halal, produknya aman, masyarakat semakin percaya, produksinya meningkat, dan peluang berusaha lebih besar lagi. Intinya semakin aman, sehat, dan semakin laris produknya.
Harapan kita UB semakin lebih bersemangat melakukan berbagai upaya, terus berinovasi dalam pengembangan industri halal, tidak hanya untuk UB, tetapi untuk kepentingan nasional dan dunia.
“Peluang industri halal yang semakin besar itu dapat ditangkap oleh pelaku bisnis di seluruh Indonesia. Ini membutuhkan kerjasama berbagai pihak baik lembaga riset, program studi, fakultas, dan berbagai kelembagaan di perguruan tinggi. Bahkan diperlukan kerjasama antara perguruan tinggi dengan berbagai kementerian, lembaga, dan industri di skala nasional dan global,” urainya.
Karena itu konsep Ekosistem Halal Tri Dharma (3D) perguruan tinggi ini akan terus dikuatkan.( Djoko W)