12 Juli 2025

Jadi Pelopor, Keperawatan UMM Gandeng Kemenkes RI Launching Program CoE NCD Penyakit Tidak Menular

c1_20250712_13572936

Lokakarya Kurikulum sekaligus menjadi momentum penting penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UMM dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI..(Djoko W)

Sabtu, 12 Juli 2025

Malangpariwara.com – Keperawatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) lagi-lagi menegaskan komitmennya sebagai kampus inovatif di bidang kesehatan. Jadi yang pertama di Indonesia, melalui Program Studi Keperawatan dan Pendidikan Profesi Ners, UMM resmi meluncurkan kelas unggulan Center of Excellence (CoE) Non-Communicable Disease (NCD) atau Penyakit Tidak Menular, Sabtu (12/7/2025).

Kegiatan ini dirangkai dengan Lokakarya Kurikulum sekaligus menjadi momentum penting penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara UMM dan Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI.

Suasana lokakarya kurikulum.(Djoko W)

Penandatanganan MoU dilakukan langsung oleh dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Direktur P2PTM Kemenkes RI, bersama jajaran pimpinan FIKES UMM.

Terobosan Pertama di Indonesia

Dalam sambutannya, dr. Siti Nadia menyebut jika inisiatif UMM adalah yang pertama di Indonesia dalam mengintegrasikan pendidikan tinggi keperawatan dengan program nasional pengendalian PTM.

“Jadi benar-benar memberi impresi yang sangat luar biasa. Ini rasanya baru pertama kali saya sampaikan di Indonesia bagaimana kolaborasi antara universitas dengan kelompok kesehatan tentunya di bidang pendidikan,” ujar dr. Nadia.

Kelas ini memiliki tujuan mencetak tenaga keperawatan yang siap menghadapi tantangan “silent pandemic”, yakni meningkatnya penyakit seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas yang kerap tak disadari tapi berdampak jangka panjang.

60% Praktik Lapangan, 40% Materi Kampus
Sama halnya dengan Kemenkes RI, Dekan FIKES UMM Prof.

Prof Yoyok Dekan Keperawatan UMM menjelaskan kelas CoE NCD ini bukan sekadar penambahan kurikulum, tetapi merupakan inovasi pendidikan berbasis solusi kesehatan nyata.

“Mereka akan mendapatkan materi 40% dan mereka akan turun ke puskesmas wilayah dinas kesehatan kota dan Kampus PTN selama. 60% kira-kira,” katanya.

Tak hanya itu, program ini juga memberikan sertifikasi keterampilan tambahan yang diakui oleh Kemenkes RI, menjadi nilai plus sebelum mahasiswa menjadi perawat profesional.

Sementara itu, Kaprodi Keperawatan UMM, Edi Purwanto, S.Kep., Ns., MNg, menyebut kelas ini dirancang sebagai bagian dari program unggulan universitas berbasis Center of Excellence (CoE).

Dijelaskannya, FIKES UMM berkoordinasi langsung dengan Kemenkes agar mahasiswa bisa mendapatkan skill tambahan yang aplikatif.

“Nantinya fasilitator-fasilitator itu atau yang memberikan skill, materi itu adalah dari Kemenkes,” ujarnya.

Program ini akan mulai berjalan pada semester ganjil September 2025, dengan kuota 25–30 mahasiswa per kelas.

Mereka akan menjalani pembelajaran berbasis proyek dan lapangan selama satu semester, termasuk edukasi masyarakat, skrining, hingga asesmen kesehatan preventif.

Menurut dr. Nadia, pergeseran pola konsumsi masyarakat akibat era digital turut memicu tren penyakit tidak menular. Oleh karena itu, dibutuhkan generasi perawat yang tanggap dan inovatif.

“Bukan hanya dalam keterampilan klinis yang mungkin biasanya saat ini kita lebih fokus ya,” imbuh dr. Nadia.

Menurutnya saat ini harus lebih difokuskan pada bagaimana melakukan perawatan pasien, tetapi perawatan yang sifatnya edukasi, hingga penyuluhan.(Djoko W)