Cegah Karies, Orang Tua Harus Rawat Gigi Anak Sejak Balita

Kegiatan yang dilakukan tim dari FKG UB itu meliputi edukasi interaktif, pemeriksaan gigi, serta aplikasi fluoride topikal kepada siswa-siswi.(Istimewa )
Selasa, 30 September 2025
Malangpariwara.com – Banyak orang tua masih mengira gigi susu tidak begitu penting karena akan diganti gigi permanen. Padahal faktanya, kerusakan pada gigi susu bisa mengganggu nutrisi, kemampuan bicara, hingga kepercayaan diri anak.
Berangkat dari masalah tersebut, tim dosen dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Brawijaya (FKG UB) melaksanakan edukasi kesehatan gigi di TPQ Darussalam, Malang, Kamis (19/6/2025).
Gigi yang tidak dirawat sejak kecil berpotensi memicu infeksi, rasa sakit, hingga mengganggu tumbuh kembang anak.

Kegiatan yang dilakukan tim dari FKG UB itu meliputi edukasi interaktif, pemeriksaan gigi, serta aplikasi fluoride topikal kepada siswa-siswi. Guru dan orang tua turut dilibatkan agar pendampingan kebersihan gigi bisa diterapkan secara konsisten di rumah.
“Perawatan gigi seharusnya dimulai sejak usia balita. Dengan edukasi yang tepat, anak-anak bisa terhindar dari risiko karies yang dapat mengganggu tumbuh kembang mereka,” jelas salah satu dosen dalam tim, drg. Rahmavidyanti Sp.KG.
Karies sendiri merupakan kerusakan permanen pada gigi yang berkembang menjadi lubang kecil. Penyebabnya beragam, mulai dari bakteri, konsumsi camilan manis, kebiasaan menyesap minuman bergula, hingga jarangnya menyikat gigi.
Pada tahap awal, karies sering tidak menimbulkan gejala. Namun jika dibiarkan, dapat menyebabkan sakit gigi, infeksi, bahkan pencabutan gigi.
Penanganannya meliputi penggunaan fluorida, tambalan, hingga crown. Pada kondisi parah diperlukan tindakan pengangkatan atau perawatan akar.
Karena itu, pendekatan preventif dinilai jauh lebih efektif dan murah.
Hasil evaluasi kegiatan menunjukkan peningkatan pengetahuan siswa terkait waktu dan teknik menyikat gigi, serta pentingnya membatasi konsumsi makanan manis. Tingkat kerusakan gigi yang terdeteksi juga relatif rendah.
Sementara itu, drg. Yuliana Ratna Kumala Sp.KG mengatakan jika keterlibatan guru dan orang tua menjadi kunci keberhasilan.
Dijelaskannya, edukasi tidak cukup hanya diberikan ke anak. Orang dewasa harus menjadi teladan agar kebiasaan baik bisa bertahan lama.

Tim dari FKG UB ini berharap kegiatan dapat terus berlanjut secara berkesinambungan. Agar lebih banyak anak mendapatkan manfaat dari pencegahan dini.
Tujuannya bijaksana, untuk menyelamatkan senyum anak-anak Indonesia sebelum terlambat.(Djoko W)