2 Oktober 2025

Berada di Angka 2,67 Persen, Inflasi Tahunan Kota Malang Masih Terkendali

img_1759376077340

Foto ilustrasi Pasar Tradisional (ist)

Kamis, 2 Oktober 2025

Malangpariwara.com – Inflasi tahunan Kota Malang pada September 2025 tercatat sebesar 2,67 persen year on year (yoy). Angka tersebut masih tergolong terkendali karena berada dalam rentang sasaran inflasi nasional 2,5 ± 1 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Malang, Febrina menyampaikan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Kota Malang mengalami inflasi bulanan sebesar 0,39 persen month to month (mtm), setelah bulan sebelumnya sempat mengalami deflasi 0,07 persen.

Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penyumbang inflasi terbesar dengan andil 0,20 persen.

“Berdasarkan penyebabnya, inflasi Kota Malang terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas daging ayam ras, emas perhiasan, beras, sigaret kretek mesin (SKM), dan jeruk, masing-masing dengan andil sebesar 0,15%, 0,13%, 0,03%, 0,02%, dan 0,02% (mtm),” ungkapnya.

Kenaikan harga daging ayam dipicu menurunnya pasokan dari peternak sehingga stok di tingkat pedagang eceran ikut menipis.

Sementara itu, lonjakan harga emas perhiasan sejalan dengan naiknya harga emas global pada periode yang sama.

Harga beras ikut merangkak karena pasokan beras premium dari produsen berkurang.

Meski demikian, tekanan inflasi tertahan oleh sejumlah komoditas yang mengalami penurunan harga. Bawang merah, tomat, terong, bawang putih, dan sawi putih tercatat memberi andil deflasi.

Bawang merah menjadi penahan inflasi terbesar dengan kontribusi minus 0,08 persen, disusul komoditas lainnya di kisaran minus 0,01 hingga 0,02 persen. Penurunan harga terjadi seiring melimpahnya pasokan hasil panen.

Menurut Febrina, inflasi bulan ini meningkat namun masih terkendali berkat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Sepanjang September, TPID Malang menjalankan berbagai langkah stabilisasi antara lain Gerakan Pangan Murah (GPM) di 20 titik, pemantauan stok beras SPHP, pengawasan harga harian pangan, serta rapat rutin bersama Kemendagri.

Febrina mengatakan, untuk menjaga level inflasi berada dalam rentang sasaran 2,5 ± 1% (yoy), sinergisitas bersama pemerintah akan terus diperkuat.

“Sinergi kebijakan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dengan Bank Indonesia akan terus diperkuat melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) dan penguatan program 4K (Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi serta Komunikasi efektif),” pungkas Febrina.(Djoko W)