Bocah SD 8 tahun Mengemis dan Ngamen Untuk Biaya Hidup Ibunya Karena sakit
MALANG – Siapa yang tak iba melihat Bocah laki laki bernama Naga Putra 8 tahun harus banting tulang menyusuri jalan mengemis dan mengamen lantaran Ibunya sudah tidakbisa mencari nafkah lagi semenjak kecelakaan dua bulan lalu.
Hampir tiga bulan Naga Putra harus merawat ibunya Siti Aisyah 33 thn , yang menderita patah tulang seorang diri. Sedangkan, ayahnya sudah lama pergi entah kemana.
Sekarang mereka berdua menempati kamar kos ukuran 3×2 perbulan 300 ribu di jalan Borobudur gg IVB/5 Kec Blimbing Rt02/Rw/08 Malang.
Aisyah yang mengalami patah tulang tangan kiri dan paha Kirinya tidak bisa bergerak dan hanya tergeletak di kamar yang pengap.
Djoko Winahyu Reporter Malangpariwara.com mendatangi rumah Siti diantar Roib 69 thn Ketua Rt tempat Siti Aisyiah tinggal.
Siti berdua bersama Putra Naga anak semata wayangnya berada dilantai dua rumah milik Ellen yang di kontrak perbulan tigaratus ribu rupiah.
Cetita Siti Aisyah, dia mengalami patah tulang akibat kecelakaan di Probolinggo, saat itu ia menjadi korban tetyabrak mobil dari belakang. Ketika itu, Aisyiah tengah dalam perjalanan menuju saudaranya di Bondowoso.
“Saya boncengan sepeda motor bersama anak saya. Saat belok tiba-tiba ditabrak mobil dari belakang. Saya gak tahu pasti, tahunya sudah ditolong banyak orang,” cerita Aisyiah.
Ia mengungkapkan setelah kecelakaan itu, ia sempat dirujuk ke Puskesmas terdekat di Probilinggo, bersama dengan Naga. Namun, ketika itu BPJS tidak bisa digunakan karena ada tunggakan 8 bulan. sehingga ada yang nolong diantarkan pulang langsung di bawa ke tempat kos.
Roib Ketua RT 02 menceritakan kalau pernah ada orang dari Suraba mencoba menolong mengantar ke RS, ternyata kembali ditolak RS lantaran harus biaya sendiri karena tidak ada visum dari petugas Lakalantas.
Karena tak ada biaya meski punya BPJS, Siti sempat dibawa juga ke terapis tetapi tidak ada hasilnya korban tetap tidak bisa bergerak. Segala keperluan ibunya Naga Putra yang melakukannya, Mulai (maaf) buang hajat ibunya sampai cuci baju dan piring dia lakukan sendiri tanpa bantuan orang lain .
Aisyah juga sempat didatangi oleh pengemudi yang menabraknya. Namun, ketika itu pengemudi malah meminta tandatangan damai jika tidak mau Ausyiyah harus ganti rugi mobil yang rusak .
” terpaksa saya tanda tangan karena takut suruh ganti rugi,” cerita Aisyiah terlihat matanya berkaca kaca.
Untuk menyukupi kebutuhan sehari-hari, Aisyah bergantung pada Naga. Siswa yang baru naik kelas 3 di SDN3 Blimbing Kota Malang.
Jam 5 sore setelah sekolah hingga pukul 21.00 Wib Naga selalu berkeliling mengamen diseputaran Jalan Borobudur terkadang juga mengemis di restoran.
“Minta minta ke orang yang sedang makan, nanti pulangnya beli nasi bungkus buat ibu,” kata Naga dengan polos.
Naga bercerita dalam sehari ia bisa mendapatkan uang mulai kisaran Rp 14 ribu, hingga Rp 100 ribu. Hasil itu semua diberikan pada ibunya, dan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Meski harus merawat orang tuanya, Naga mengaku tetap semangat sekolah. Beruntung sejak kecelakaannya, Naga tidak pernah sakit sehingga masih bisa membantu ibunya.
Sementara itu, Aisyah hanya bisa berharap ada bantuan dari pemerintah setempat untuk kebutuhan hidupnya serta bantuan untuk mengobati penyakit yang dideritanya dan uang untuk biaya sehari-hari.
Selain itu, ia juga berharap, anaknya yang kini duduk di bangku SD kelas 3 tetap bisa melanjutkan pendidikannya. Aisyah juga cuma bisa berharap dapat kembali beraktivitas dan melanjutkan hidup bersama anak semata wayangnya.
” Saya sangat sedih tidak bisa mengawasi anak saya dijalan yang mencari nafkah sendiri. Pulangnya malam terkadang tidak pulang karena tidak bawa hasil,” tutup Siti Aisyiah dengan suara tertahan.
Terpisah kepala Bagian Humas Pemkot Malang, Nur Widianto menyampaika bahwa besok akan ada
Home visite dari Dinsos.(JKW)