Prodi PWK ITN Malang Siap Go Internasional Setelah Peroleh Akreditasi A

MALANG – Sejak 1986 berakreditasi B hingga 2019, Prodi PWK (Perencanaan Wilayah dan Kota) ITN Malang baru saja mendapatkan akreditasi A dari BAN PT (Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi) Selasa (16/97/2019).<br>

Kepala Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITN Malang Ida Soewarni ST MT mengatakan, ITN Malang berencana membuka jenjang S2.<br>

“Setelah dapat A, prodi ini berencana membuka jenjang S2,” jelas Ida Soewarni ST MT Kepala Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) ITN Malang Kamis (18/07/2019).<br>

Sementara itu, komedian stand up Ari Kriting yang merupakan alumni PWK ITN Malang ini menyatakan akan mendaftar pertama Jenjang S2.<br>

“Bunda, saya akan mendaftar yang pertama jika PWK buka S2,” ujar Ida menirukan percakapan Ari Kriting saat ada visitasi asesor pada 12 Juli 2019 lalu.<br>

Ari Kriting menyebut Ida dengan Bunda. Katanya, potensi untuk mendapat calon mahasiswa S2 ada. Ada sekitar 25 orang.<br>

Sebanyak 10 perguruan tinggi di Indonesia, sudah memiliki jenjang S2 PWK. Dijelaskan, saat visitasi prodi, PWK menghadirkan alumni dan ternyata cukup memberi kontribusi. Sedang untuk mencapai akreditasi A ternyata cukup panjang perjalanannya dari 1986 hingga 2019, dari B naik ke Akreditasi A.<br>

Untuk keperluan akreditasi ini, masih mengggunakan penilaian lama tujuh standar. Namun berikutnya akan memakai sembilan standar. <br>

Pendukung lain agar bisa mendapat A adalah sudah ada empat doktor yang dimiliki prodi ini. “Ke depannya sebagaimana harapan asesor dari ITB, menghendaki kita bisa go internasional,” kata Ida, mantan penyiar radio KDS 8 FM ini.<br>

Embrionya sudah dilakukan oleh para doktor PWK dengan menjadi pembicara internasional di bidang kebencanaan atau ketahanan suatu kota. Seperti di Bangladesh, Malaysia dan Singapura.<br>

Kekuatan PWK ITN pada pembedanya. Jika sebelumnya mengarah pada kota-kota kecil, maka selarang untuk perencanaan kota berbasis kultural. Sedang perencanaan wilayah berbasis lingkungan.<br>

“Perencanaan kota berbasis kultural karena mahasiswa kami banyak dari Indonesia timur. Kami juga mengajak mereka ke kota-kota yang masih mempertahankan kulturalnya seperti Jogja dan Solo. Tak harus bangunan modern. Karena nilai kultural sangat tinggi,” kata dia.<br>

Sehingga ini bisa diaplikasi jika mereka (alumni) kembali ke daerahnya. Sedang animo masuk PWK disebut stabil dua kelas karena memperhatikan jumlah rasio dosen mahasiswa. (*)(JKW)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *