MENGEMBALIKAN JATI DIRI DALAM DEKLARASI #malangberUdheng

Foto bersama usai deklarasi di alun alun masjid jami’ malang ( foto: Djoko Winahyu)

MALANG – Komunitas Cakrawala Mandala Dwipantara menjadi perhatian khalayak ramai tepatnya di alun alun masjid jami’ Malang ketika berkumpul bersatu menggelar acara deklarasi #MalangberUdheng. Minggu pagi (08/09/2019)

Komunitas malangberUdheng menarik perhatian pengunjung alun alun masjid jami’ Malang

Joko Laksono Putro Divisi Riset dan kajian sejarah komunitas Cakrawala Mandala Dwipantara mengatakan, bahwa beberapa tahun terakhir ini, geliat beberapa komunitas khususnya di wilayah Malang Raya mulai memandang kebudayaan menjadi suatu hal yang penting untuk di perkenalkan kembali pada era milenial dewasa ini. Terutama pada post post kesenian dan kelestarian situs dan ritus.

Joko Laksono Putro Divisi Riset dan kajian sejarah komunitas Cakrawala Mandala Dwipantara

“Beberapa tahun terakhir pun komunitas pelestari budaya mulai mengangkat ciri khas dari tradisi kebudayaan orang Jawa.Terutama pada hal yang paling sederhana ialah Udheng atau Ikat untuk laki-laki sedangkan Uleng untuk perempuan,” jelas Joko.

Udheng sendiri menurut beberapa tutur masyarakat berartian Mudheng (Baca JW) yang istilah bahasa Indonesia adalah mengerti.

Udheng/ikat merupakan selembar kain entah itu segitiga sama sisi maupun segi empat yang di talikan pada kepala.

Istri Ketua DPRD Kota Malang saat dipasang uleng untuk perempuan

Hal ini memiliki arti semua pemikiran, perkataan perbuatan harus di jaga dan di saring terlebih dahulu sebelum melaksanakannya.

Dari paparan di atas menjadi pembahasan dan suatu gerakan post modernisme masyarakat sekarang untuk mengembalikan jati diri khasanah budaya Jawa selain itu menjadi pembahasan penting juga ketika UU Pemajuan Kebudayaan yang pada tahun 2017 menjadi pembahasan unggul mengedepankan 10 pokok kebudayaan.

Menjadi sebuah pertanyaan bagaimana cara mengikat udheng Malang?,pada gelaran acara Minggu pagi (08/09/2019) itu tidak mengutamakan cara mengikat udheng Malang karna masih menjadi suatu pembahasan yang belum ada akhirnya, karna setiap daerah di wilayah Malang Raya memiliki kekhasan tersendiri. Intinya ketika kain segitiga sama sisi atau persegi empat sudah terikat di kepala merupakan Udheng/Ikat maka dari itu tema gerakan deklarasi adalah #malangberUdheng jadi tidak menyempitkan atau mengkhususkan suatu kalimat.

“Tiyang iket-iketan boten tata, boten pener kuncungipun, wangun ugal-ugalan, punika digsura. Tiyang katamuan inggil-inggilanipun, boten iket-iketan menika digsura, sanadyan katamuan sesami-sami, inggih prayogo iket-iketan. Mara tamu awit saking dangu utawi sumuk, cucul iket inggih punika digsura.” Sebut joko Laksono Putro mengutip “Serat Soebasito”.

Sementara itu diluar rencana Ketua sementara DPRD Kotamalang Imade Riyan Diana Kartika yang saat itu bersama istri setelah olahraga melihat kerumunan massa yang mengenakan Udheng segera menghampirinya.

Deklarasi #malangberUdheng ditandatangani Ketua DPRD Kota Malang Imade Riyan Diana kartika

Sontak kemunculan politisi yang juga ketua DPC PDI-Perjuangan ini, membuat para komunitas Cakrawala Mandala Dwipantara sangat gembira bahkan pejabat Legislatif ini langsung diminta menandatangani deklarasi malangberUdheng.

Baik Made maupun istrinya menjadi tamu kehormatan memberi sambutan dan wajib mengenakan udheng yang di pasangkan dadakan itu.

Dalam sambutannya, Imade sangat mengapresiasi apa yang dilakukan komunitas Cakrawala Mandala Dwipantara yang menjadi pionir komunitas malangberUdheng.

Imade Riyan Diana Kartika

DPRD Kota Malang sangat mengapresiasi kegiatan kegiatan seperti ini. Ini adalah bagian dari pengawalan tri saktinya Bung Karno yang ketiga yaitu tetaplah berkepribadian kebudayaan Indonesia.

“kami ucapkan terima kasih kepada komunitas yang sudah ikut melestarikan budaya. Saya bagian yang siap untuk berpartisipasi dan selalu ada di belakang kegiatan bapak ibu sekalian. Jadi kapan kapan kita akan undang bapak ibu sekalian untuk representasi ke kita, supaya kita bisa men support kegiatan apa nanti yang bisa kita buat untuk kaliber se kota malang,” ungkap Politisi PDIP akumni UNIGA 91′ ini.

Made mengaku lebih lama tinggal di Bumi Arema ketimbang di Bali tanah kelahirannya. “Jadi ini merupakan bagian dari indonesia di mana pun kita berada ya inilah indonesia. Sekarang kita jadi arema saya harapkan apa apa yang sudah baik, apa apa yang sudah jadi budaya warisan leluhur, ayo kita pertahankan dengan tidak mengurangi apa yang menjadi tuntutan zaman jadi saya meyakini bahwa indonesia bisa diselamatkan jika kita tetep uri uri budaya kita tetap bersatu karena apa, karena segala sesuatu yang sudah digariskan oleh leluhur kita itu wajib untuk kita pertahankan sebagai wujud bakti kita kepada leluhur,” pungkas Imade Riyan Diana Kartika.(*) ( JKW )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *