Dies ke-57 Universitas Brawijaya Gelar BICMST 2020

Wakil Rektor 4 UB Prof Dr M Sasmito Djati membuka Brawijaya International Conference on Multidisciplinary Science and Technology (BICMST). (Foto: Djoko Winahyu/ Malangpariwara )
.

MALANG –  Seiring dengan fenomena yang terjadi secara global, Indonesia membutuhkan inovasi dalam pola pendidikan.

Memantik Forum Wakil Dekan ll (FORWADEK ll) UB menggelar Brawijaya International Conference on Multidusciplinary Science and Technology (BICMST) sekaligus dalam rangka dies-57 UB.

.
Fenomena perkembangan ilmiah yang diikuti berbagai masalah yang terjadi di masyarakat melahirkan multidisiplin. Alasannya karena Studi monodisiplin kini telah usang.

.
Ironisnya, keberadaan studi dalam berbagai karakteristik ilmiah masih diremehkan. Sementara itu ilmu multidisiplin ini, termasuk dalam kategori ilmu yang paling cocok untuk menangani kompleksitas masalah global saat ini.

.
Selain cocok, studi multidisiplin mampu menjangkau hampir semua mata pelajaran pengetahuan dan teknologi. Secara khusus, pendekatan multidisiplin dapat diterapkan sebagai solusi di Indonesia untuk tantangan yang kita hadapi termasuk yang terkait dengan perubahan iklim, pekerjaan, ekonomi kreatif, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan, media sosial, dan negosiasi antar lembaga.

.
Seiring dengan fenomena yang terjadi secara global, Indonesia membutuhkan inovasi dalam pendidikan. Perguruan tinggi pun harus bisa merespons fenomena ini.

.
Salah satu perguruan tinggi di Malang, yakni Universitas Brawijaya (UB) melakukannya dengan mengadakan konferensi internasional Brawijaya International Conference on Multidisciplinary Science and Technology (BICMST).

.
Konferensi yang digelar mulai 2-3/1/2020 di Gedung Widyaloka tersebut menghadirkan pembicara dari Indonesia, maupun Internasional seowrti ; Amerika Serikat, New Zealand, dan Jepang.

Ketua Forum Wakil Dekan II (FORWADEK II) UB Prof Sukir Maryanto SSi PhD menjelaskan kepada wartawan ( paling kanan )

.
Ketua Forum Wakil Dekan II (FORWADEK II) UB Prof Sukir Maryanto SSi PhD menjelaskan, tren atau kecenderungan dari perkembangan ilmu sekarang itu bukan monodisiplin.

.
“Tetapi lebih pada integrasi ataupun intern dari berbagai macam disiplin ilmu,” terangnya.

.
Maka tak heran jika konferensi tersebut banyak mendapat respons positif dari berbagai pihak.

.
“Alhamdulillah ini mendapatkan respons yang sangat positif baik dari Brawijaya maupun dari universitas yang lain. Dari target hanya 200 artikel, yang mendaftar sampai 412,” katanya.

.
Menguatkan pernyataan Sukir, Wakil Rektor 4 UB Prof Dr M Sasmito Djati menyampaikan bahwa pengembangan studi multidisiplin adalah hal yang sangat penting untuk menghadapi era keterbukaan.

Wakil Rektor 4 UB Prof Dr M Sasmito Djati

.
“Pada hari ini, ilmu itu sudah melampaui batas-batas yang sudah kita bayangkan. Dulu ada fakultas ekonomi, fakultas hukum, itu nanti berkembang dengan fakultas-fakultas yang lain karena disruption. Nanti ilmu akan berkembang. Dan intinya sebetulnya adalah interdisiplin,” tukasa Sasmito.

.
Untuk diketahui konferensi yang diikuti lebih dari 350 peserta dari dalam maupun luar negeri tersebut menghadirkan pembicara Ms Rebecca Britain (AS), Dr Akira Kikuchi (Jepang), Dr Mark Duncan (NZ), Prof Dr Gugus Irianto (WR 2 UB), Prof Dr M Sasmito Djati (WR 4 UB), Prof Dr Imam Santoso (Dekan FTP), Prof Dr Bambang Supriyono (Dekan FIA), Prof Dr Loeki Enggar Fitri (FK), dan Dr Endra Gunawan (ITB).

.
Adanya beberapa narasumber dari luar negeri itu bukan tanpa tujuan. Melainkan untuk menanamkan pola pikir bahwa dunia sudah borderless (tak ada sekat).

.
“Kita itu borderless. Kita itu sudah nggak ada batasan. Dunia ilmu sejak dulu memang tidak ada batasnya. Tetapi perkembangan itu nggak bisa lepas dari budaya. Karena budaya kita masih berpikir lokal itu, maka pasti akan tertinggal juga. Sehingga memang harus dibuka semua orang asing masuk ke tempat kita dan kita pun juga harus keluar. bukan hanya inbound tetapi juga outbound,” paparnya.

.
Hal tersebut, kata Sasmito mutlak harus dilakukan, utamanya bagi kalangan akademisi.”Ini harus siap semuanya. Senang atau tidak senang,” tegasnya.

.
Meski demikian, lanjutnya, jangan sampai juga kehilangan karakter agar tidak tergiring. Hal ini juga penting ketika universitas menjadi otonomis.

.
Sementara itu, Wakil Dekan 3 Ainur Rofiq SKom SE MM PhD CFA menyampaikan, konferensi internasional tersebut dilakukan dalam rangka upaya untuk menggerakkan pengembangan SDM yang baik.

.
“Dan salah satu pengembangan SDM yang baik itu adalah meningkatkan publikasi di kalangan dosen. Dan harapannya, inisiasi pertama ini menjadi inspirasi bagi forum- forum wadek yang lain,” katanya.

.
Mengingat antusiasme peserta cukup tinggi, konferensi ini akan dilaksanakan rutin tiap tahun. Tentunya dengan konsep yang lebih baik dan kolaborasi dengan penerbit Scopus yang lebih diperluas.

.
Untuk diketahui, Konferensi ini digagas oleh Forum Wakil Dekan ll (FORWADEK ll) UB yang diketuai oleh Prof. Sukir Maryanto, S. Si.,M.Si.,Ph.D. Tema yang diangkat adalah : “Masa Depan Berkelanjutan untuk Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam”.

.
Selain itu, BICMST digelar bersamaan Dalam rangka dies ke-57 Universitas Brawijaya.(*) ( JKW )

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *