Mahasiswa ITN Malang Borong Medali di Kejurprov Taekwondo Jatim
Kamis, 23 Desember 2021
Malangpariwara.com –
Pundi pundi prestasi kembali diraih mahasiswa ITN Malang di masa pandemi ini.
Pandemi tak menyurutkan semangat juang arek arek ITN Malang untuk berprestasi diajang kejuaraan Provinsi.
Tiga mahasiswa ITN Malang meraih prestasi membanggakan di Kejurprov Taekwondo Jatim ini adalah Pamungkas Hutapea, mahasiswa teknik sipil, Bernika Natasya Ifada, mahasiswi teknik geodesi dan Khansa’ Ade Taqiyyah, mahasiswi teknik arsitektur.
Mereka menggondol dua emas dan satu perak dari turnamen regional yang terselenggara di Surabaya itu.
Pamungkas Hutapea, mahasiswa teknik sipil, meraih medali emas kyorugi atau pertarungan di kelas kurang dari 74 kilogram.
Kemudian, Bernika Natasya Ifada, mahasiswi teknik geodesi merebut emas individual poomsae (seni) senior putri.
Sementara, Khansa’ Ade Taqiyyah, mahasiswi teknik arsitektur, mengamankan medali perak individual poomsae senior putri
Bernika mengaku perjuangannya di kelas individual poomsae senior putri cukup berat.
Karena, atlet yang telah berlatih Taekwondo selama 7 tahun ini menghadapi pesaing yang cukup serius.
“Kami bertanding pada 17-19 Desember di Kejurprov Taekwondo Jatim. Kami mewakili Kota Malang di sana, lewat jalur pendaftaran klub taekwondo kami,” ujar Bernika kepada wartawan di ITN Malang, Kamis (23/12/21).
Bernika mengaku kerja keras melawan pesaing terberatnya.
Terutama, atlet dari Kediri yang bertemu dengannya di final.
“Kediri yang ketemu saya di poomsae final cukup berat. Tapi alhamdulilah bisa dapat emas,” tambah pemegang sabuk merah itu.
Sementara Khansa yang meraih medali perak, mengatakan bahwa setidaknya mereka berlatih intensif 3 minggu sebelum turnamen.
“Seminggu kami latihan poomsae dua kali. Ada saat latihan di ITN, ada juga saat latihan di tempat pelatih klub kami,” terang pemegang sabuk kuning strip hijau.
Dia sendiri baru berlatih Taekwondo selama kurang lebih 2 tahun.
Sementara, Pamungkas yang meraih emas di kelas pertarungan, mengaku menghadapi tuan rumah di babak final, yaitu atlet dari Surabaya.
“Sistemnya 3 ronde. Tiap ronde 1 menit. Tetapi, kalau tendangan masuk terus sampai selisih 20, pertandingan selesai,” kata pemegang sabuk hijau ini.
Tiap tendangan masuk perut bernilai 2. Tendangan masuk kepala bernilai 3. Kemudian, tendangan berputar dan masuk, bernilai 4.
“Kalau KO atau selisih 20, pertandingan selesai. Syukur saya menang telak, selisih poin lebih dari 20,” katanya.
Ini merupakan turnamen offline pertama para atlet taekwondo dari ITN Malang tersebut.
Sebelumnya, mereka harus menjalani turnamen online. Saat itu, kelas kyorugi atau pertarungan tidak ada, dan berganti speed kicking.
Ke depan, para atlet taekwondo ITN Malang ini membidik kejurnas yang rencananya akan terselenggara di Banten pada 2022 mendatang.(Djoko Winahyu)