Dosen UMM Soroti Fenomena Bunuh Diri Warga Kabupaten Malang, Dipicu Lunturnya Kohesi Sosial

Foto: Ilustrasi percobaan bunuh diri dari ketinggian (ist)
Minggu, 7 Agustus 2022
Malangpariwara.com – Fenomena bunuh diri di warga Kabupaten Malang dipicu memudarnya kohesi sosial di masyarakat bahwa yang menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial dan masyarakat mulai jauh dari nilai nilai kohesi sosial.
Malangpariwara mengutip dari Kumparan. Com – Aksi percobaan bunuh diri seorang pelajar berinitial TJS (17) dengan melompat dari jembatan Soekarno Hatta (Suhat) Kota Malang digagalkan warga, pada Senin (1/8/2022).
Aksi percobaan bunuh diri itu gagal usai warga dan pengendara yang melintas melaporkan gerak gerik mencurigakan dari pemuda tersebut ke Pos Polisi Simpang 3 Universitas Brawijaya yang kebetulan lokasinya dekat dengan Jembatan Suhat.
Informasi yang dihimpun, pemuda tersebut berjalan bolak balik di atas Jembatan Suhat. Bahkan pemuda itu juga tampak berkali kali menengok ke arah bawah jembatan.
Tanpa berpikir panjang, Kanit Lantas Polsek Lowokwaru Ipda Gofur Zuhri beserta Unit Lantas Polsek Lowokwaru Aiptu Catur Wiyono, Aiptu Mashuri, Aipda Suwarno dan Bripka Candra yang sedang bertugas di Pos Polisi itu bergegas mendatangi pemuda tersebut.
Saat petugas datang, pemuda tersebut tengah berada di pagar pembatas Jembatan Suhat. Petugas bersama warga dan pengendara kemudian membujuk pemuda yang diduga hendak melompat itu untuk mengurungkan niatnya.
Jadi petugas kami yang berada di Pospol UB bergegas mendatangi TKP dan alhamdulillah yang bersangkutan berhasil kami bujuk untuk mengurungkan niatnya,” kata Kompol Suyoto, Kapolsek Lowokwaru.
Kini pemuda tersebut telah dibawa ke Polsek Lowokwaru untuk diberikan pendampingan. Selain itu, Polsek Lowokwaru juga telah menghubungi pihak keluarga yang bersangkutan.
“Saat ini sudah kami amankan sementara di Polsek Lowokwaru untuk dilakukan pendampingan dan agar dia menenangkan diri dulu,” tandasnya.
Belum diketahui dengan pasti penyebab, pelajar tersebut nekad hendak terjun dari atas Jembatan Suhat.

Rachmad K.Dwi Susilo, MA, Ph.D Dosen Perubahan Sosial pada Program Studi Sosiologi FISIP UMM menyikapi fenomena adanya warga Kabupaten Malang bunuh diri ada beberapa faktor yang memicu.
Menurutnya, teori Emile Durkheim tokoh sosiologi klasik yang terkenal dengan teori bunuh dirinya, dalam bukunya “SUICIDE” Emile mengemukakan dengan jelas bahwa yang menjadi penyebab bunuh diri adalah pengaruh dari integrasi sosial dan masyarakat mulai jauh dari nilai nilai kohesi sosial.
Bunuh diri dikategorikan ada tiga yakni Bunuh Diri Egoistik karena faktor psikologis tidak kuat dengan tekanan hidup sehingga mengambil jalan pintas seperti bunuh diri menjatuhkan diri dari ketinggian.
Bunuh diri alturistik bunuh diri untuk kepentingan yang lebih besar seperti pasukan tentara Jepang Kamikaze yang menabrakkan ke gudang – gudang senjata lawan dan intifada di Palestina karena Jihad Fisabilillah .
” Bunuh diri untuk kepentingan masyarakat luas seperti perlawanan intifada untuk umat Islam yang diperjuangkan, bukan frustrasi ditinggal pacar atau kemiskinan,” tukasnya.
Ketiga Bunuh diri Anomik terjadi karena transisi masyarakat, dari masyarakat tradisional ke modern itu ditengah – tengahnya manusia mengalami tidak ada norma artinya masyarakat norma baru gak dapat norma lama belum ditinggalkan akhirnya terjadi kebingungan.
Kota Malang adalah Kota Metropolis banyak sekali simbol- simbol kapitalis, tetapi warga tidak bisa mengakses, dia sudah benci kemiskinan, tetapi tidak bisa mengakses simbol kapitalis karena tidak mempunyai uang yang memunculkan prilaku menyimpang seperti kriminalitas atau dengan menghadang truk agar viral adalah potret masyarakat anomik.
” Menghadang truk agar viral itu adalah evek dari masyarakat anomik, ” tegasnya.
Solusinya bagi masyarakat seperti ini dihidupkan kembali lembaga lembaga komunal dengan melibatkan para tokoh – tokoh agama Kyai, Mudin dan Kelompok kesenian sebagai ketangguhan sosial seperti mengikuti acara tahlilan, atau mengikuti kegiatan – kegiatan yang ada di masyarakat.
Pria berkaca mata Alumni Ph.D di Public Policy and Social Governance, Hosei University, Tokyo Japan mengutip pesan Buya Syafii Ma’arif mengatakan manusia harus berani hidup dibanding berani mati.
“Kalau Wong soro yo soro , Wong kere yo akeh , tapi Wong kere seng sabar bekerja keras, tawakal dan qonaah lebih baik daripada yang bunuh diri, ” pungkasnya.
Data yang diambil di Polres Malang jumlah orang bunuh diri di Kabupaten Malang tahun 2020 ada 20 warga, tahun 2021 ada 17 dan tahun 2022 ada 16 .
Warga Kabupaten Malang yang bunuh diri dilatar belakangi berbagai macam mulai karena faktor penyakit menahun dan komplikasi, tekanan hidup faktor ekonomi dan sosial .
Berdasarkan data dari Polres Malang masyarakat Kabupaten Malang yang bunuh diri tersebar di beberapa kecamatan seperti Gondanglegi, Pakis, Tajinan, Tirtoyudo, Sumbermanjingwetan, Donomulyo, Tumpang, , Gedangan dan Sumberpucung.( Yon/Djok)