2 Juli 2025

BKKBN Bersama Ali Ahmad Komisi IV DPR-RI Dorong Prevalensi Stunting Target 14 persen di Malang Raya

IMG20220902142037_resize_0_compress21

Foto bareng narasumber dan peserta sosialisasi Promosi KIE Program Bangsa Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting BKKBN, Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IX DPR-RI Ali Ahmad di Kota Batu, Jum'at (2/9/22).(foto: Djoko W)

Jum’at, 2 September 2022

Malangpariwara.com
Mengacu pada Rapat Kabinet Terbatas tanggal 25 Januari 2021, BKKBN mendapat mandat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk berperan menjadi Ketua Pelaksana Percepatan Penurunan Stunting dan regulasi yang mengatur (Peraturan Presiden) yang masih dalam proses penandatanganan.

Hal ini disampaikan Deputi ADPIN BKKBN PUSAT Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd acara Promosi KIE Program Bangsa Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IV DPR-RI Ali Ahmad di Kota Batu, Jum’at (2/9/22).

‘Untuk itu, pada Pagu Indikatif 2022 yang tertulis didalam Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri PPN/ Ka.Bappenas dan Menteri Keuangan Nomor: B.238/M.PPN/D.8/PP.04.02/04/2021 dan S-361/MK.02/2021 Tanggal 29 April 2021 Perihal Pagu Indikatif Belanja K/L TA 2022, BKKBN mendapat penugasan untuk melaksanakan berbagai kegiatan Percepatan Penurunan Stunting di seluruh tingkatan wilayah,” urainya.

Hal ini menunjukan bahwa pada tahun 2022 BKKBN memiliki tugas yang cukup berat, selain tugas utama kita untuk meningkatkan implementasi Program Pembangunan Keluarga, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana), kita juga mendapat mandat yang sangat strategis untuk berkontribusi terhadap upaya Percepatan Penurunan Stunting,” imbuh Teguh.

Deputi ADPIN BKKBN Pusat ini menghimbau masyarakat untuk bersama-sama mencegah terjadinya stunting.

Ali Ahmad Anggota DPR-RI Komisi IX saat membuka acara Promosi KIE Program Bangsa Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting bersama BKKBN Pusat(foto: Djoko W)

Sementara itu, Anggota Komisi VI DPR RI, Ali Ahmad, SH, mengatakan, terkait stunting, pemerintah telah menargetkan untuk menurunkan prevalensi stunting menjadi 14 persen di tahun 2024 mendatang. Dan Presiden telah menunjuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai garda terdepan dalam percepatan penurunan angka stunting.

“Ini cukup berat, tapi harus dilakukan karena presiden selalu menekankan Indonesia harus dapat menurunkan angka stunting di tahun 2024,” ujarnya,

Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Gus Ali ini menjelaskan, stunting adalah kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama. Sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan otak dan tumbuh kembang anak.

“Stunting dapat dialami semua balita. Tidak peduli kaya atau miskin. Selama kebutuhan gizinya tidak terpenuhi, tentu itu akan menyebabkan anak menjadi stunting,” ungkapnya.

Padahal targetnya Indonesia 2045 harus menjadi Indonesia emas. Sehingga SDM nya harus bagus dan tentunya harus dimulai dari sekarang.

“Karena itu, melalui kegiatan ini, kami berharap peserta sosialisasi betul-betul menyimak apa yang disampaikan narasumber. Apa itu arti stunting dan bagaimana caranya menanggulanginya,” tandasnya.

Berhijab Kepala perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati sebagai narasumber
.(Foto: Djoko W)

Sedangkan Kepala perwakilan
BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati sebagai narasumber, dihadapan peserta mengatakan pentingnya mencegah Stunting dan dampak dari stunting.

Menurutnya balita stunting akan mengalami gagal tumbuh. Sehingga secara fisik tubuhnya akan terlihat pendek.

“Meskipun sekali lagi, tidak semua yang pendek itu stunting. Tapi kalau stunting, pasti tubuhnya pendek,” terangnya.

Balita stunting itu kecerdasannya rendah. Karena pertumbuhan otaknya terganggu, menyebabkan kecerdasan seorang anak apabila nanti tumbuh dan berkembang memasuki usia sekolah dewasa, akan memiliki kecerdasan yang rendah.

Balita yang dikatakan stunting ini, pada saat dewasa nanti akan lebih rentan mengalami penyakit-penyakit tertentu. Seperti diabetes, tekanan darah tidak stabil, jantung dan penyakit lainnya.

Sehingga pada akhirnya memang balita ini menjadi tidak produktif dikemudian hari.

“Beberapa kerugian ini disebabkan karena persoalan gizi atau kekurangan gizi secara kronis khususnya selama kurun waktu 1.000 hari pertama kehidupan. Atau sejak kehamilan hingga bayi berusia 2 tahun,” urainya.

Karena itu, peran masyarakat menjadi sangat penting untuk mencegah stunting. Jangan sampai yang sekarang mau menikah kemudian hamil, kemudian melahirkan balita yang tergolong stunting gara-gara tidak terpenuhinya gizi yang baik selama kurun waktu seribu hari pertama kehidupan.

Penting juga bagi yang saat ini sedang hamil, harus diingatkan agar diperiksakan dengan baik kepada tenaga kesehatan. Untuk memastikan bahwa Ibu yang mengandung dan anak yang dikandungnya tumbuh dan berkembang dengan baik.

Kemudian bagi keluarga-keluarga yang Ibunya baru saja melahirkan dan punya bayi. Pastikan betul agar diberikan asupan gizi melalui ASI eksklusif selama 6 bulan. Ini wajib hukumnya.

“Karena ASI adalah pemenuhan gizi yang terbaik dari seorang ibu kepada anaknya. Tapi tentu saja tidak cukup sampai 6 bulan itu saja, karena mulai bulan ke 7 harus diberikan makanan pendamping, ” sebutnya.

“Inilah pentingnya peran masyarakat saling mengingatkan dalam mencegah stunting,” pungkasnya.

Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kata Batu Aditya Prasaja, S.STP, M.AP menyampaikan untuk data Stunting di Kota Batu cukup baik. Angka Stunting 14%.

“Memang peran serta masyarakat itu kunci utama keberhasilan kami di Kota Batu,” terangnya.

Langkah tepat yang dilakukan Dinas terkait yaitu pada aspek pencegahan di Kota Batu

Dari sejumlah data, penyebab besarnya kasus stunting yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pemenuhan gizi yang tepat.

Contohnya, banyak calon pengantin yang mengalami anemia. Dari situ, begitu kehamilan terjadi, si ibu mengalami kekurangan gizi.

“Menurut data dari WHO, hampir 33 persen calon pengantin anemia. Setelah menikah makanannya kurang gizi sehingga bayinya stunting,” ujarnya.

Demi menanggulangi hal tersebut, Pemkot Batu mengupayakan terobosan.

Misalnya, meluncurkan Pos Gizi Penanganan Stunting (POZTING) di setiap desa/kelurahan.

Menurut Aditya, pos tersebut akan melayani para ibu hamil dan balita stunting.

“Kita juga memiliki identitas anak stunting. Jadi bila sungkan ke RS bisa datang ke pos tersebut,” tegasnya.

Keseimbangan gizi menjadi hal mutlak agar anak tumbuh dan berkembang baik.

“Makanan sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak. Anak butuh asupan yang sesuai. Tidak hanya dari satu jenis. Semua harus berimbang, termasuk pola asuh,” tandasnya.

Gua Ali menyerahkan hadiah televisi bagi peserta yang ber untung (Foto: Djoko W)

Acara sosialisasi dan Promosi KIE Program Bangsa Kencana dan Percepatan Penurunan Stunting Bersama Mitra Kerja Anggota Komisi IV DPR-RI Ali Ahmad di Kota Batu, Jum’at (2/9/22). Semarak karena diselingi dengan pengundian door price dan pemberian hadiah tali asi bagi dua penanya dari peserta sosialisasi.(Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *