HUT Ke-104 PHD RS Lavalette Latih PWI Malang Raya PPGD

HUT Ke-104 PHD RS Lavalette Latih PWI Malang Raya PPGD(Djoko W)
Jum’at, 2 November 2022
Malangpariwara.com–
Tim Bantuan Hidup Dasar (BHD) IHC Rumah Sakit Lavalette menyelenggarakan kegiatan PPGD dalam rangka Hari Jadi ke 104 Holding Rumah Sakit BUMN Indonesia Healthcare Corporation (IHC) Rumah Sakit Lavalette.

Pelatihan ini adalah pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang diberikan Kepada Anggota PWI Malang Raya yang bertugas di Malang Raya.
selain pelatihan PPGD peserta yang semuanya awak media ini juga mendapatkan pelayanan cek kesehatan gratis.
Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya, Ir Cahyono sebelumnya mengucapkan selamat hari Ulang Tahun yang ke 104 untuk
IHC RS Lavalette.
“Kami ajak 25 orang anggota PWI Malang Raya yang bertugas sebagai wartawan baik cetak maupun online untuk mengikuti Pelatihan Pertolongan Pertama Pada Kegawatdaruratan ( darurat Medis). agar Wartawan memahami teknik dasar pertolongan pertama (PP) kegawatdaruratan ini sangat diperlukan wartawan saat bekerja jika ada situasi darurat,” ujar Cahyono saat membuka kegiatan Pelatihan Dasar Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan, di Gedung Serbaguna IHC RS Lavalette, Jum’at (2/12/22).

Menurut Cahyono, wartawan yang bertugas untuk mencari sebuah berita mengabarkan kejadian di lapangan, jangan sampai dievakuasi namun harus bisa memberikan pertolongan pertama khususnya yang mengalami luka ataupun gangguan kesehatan ringan.
“Meski telah tercover oleh BPJS Ketenagakerjaan, tapi jangan sampai menjadi korban, harus bisa memberikan dasar-dasar pemberian pertolongan pertama kepada orang lain,” jelasnya.
Cahyono menegaskan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan teknik dasar dengan memberikan bantuan kepada orang yang tidak sadarkan diri, seperti teknik memeriksa pernapasan dan melakukan Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) untuk mengembalikan kemampuan bernapas dan sirkulasi darah dalam tubuh agar organ tubuh tetap hidup dan berfungsi.
“Tentunya dengan menguasai teknik dasar dalam memberikan pertolongan pertama ini bisa menyelamatkan nyawa orang lain atau minimal bisa meringankan rasa sakit yang dialami korban, sembari menunggu tim medis tiba,” tegasnya.

Sementara itu, Direktur IHC RS Lavalette dr. Mariani Indahri, MMRS mengatakan, kegiatan pelatihan pertolongan pertama untuk wartawan ini diharapkan diimplementasikan ketika dalam kondisi gawat darurat untuk penanganan pasien yang membutuhkan pertolongan dan penanganan medis sesegera mungkin seperti pada kasus pasien mengalami henti jantung.
“Teknik pertolongan pertama ini perlu dipelajari karena tidak menutup kemungkinan terjadi di mana saja,” katanya.
Wanita yang akrab disapa dr Maya ini menjelaskan, profesi wartawan ini merupakan profesi yang bersinggungan dengan kegawatdaruratan.
“Lavalette berkomitmen akan terus suport layanan kesehatan lainya, yang merupakan langkah preventif dan terlatih menanggulangi kegawatdaruratan,” tukasnya.

dr Novita Apramadha k.s., salah satu pemateri PPGD, mengatakan bahwa wartawan harus memahami dulu langkah-langkah Dasar dalam PPGD yang dikenal dengan singkatan A B C D (Airway – Breathing – Circulation – Disability).
“Keempat poin tersebut adalah poin-poin yang harus sangat diperhatikan dalam penanggulangan pasien dalam kondisi gawat darurat,” Sebutnya memulai menerangkan materi.
Menurut dr Novita, Prinsip utama PPGD adalah menyelamatkan pasien dari kematian pada kondisi gawat darurat. Kemudian filosofi dari PPGD adalah “Time Saving is Live Saving/strong”, dalam artian bahwa seluruh tindakan yang dilakukan dalam kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif, dan efisien, karena pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan nyawa dalam hitungan menit saja (henti nafas selama 2-3 menit dapat mengakibatkan kematian).
Setelah mendapatkan materi di ruangan Tim BHD mengajak peserta pelatihan ke ruang terbuka untuk praktek.
Satu media praktek diikuti 6 peserta dengan satu pendamping medis.
Dalam praktek para wartawan diajari bagaimana menangani orang yang terkena serangan henti jantung, melihat nadi, mengamankan kepala sampai memberikan penekanan pada dada korban.
Dengan kegiatan ini diharapkan peserta pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan serta kemampuan (skill) dalam penanganan kasus gawat darurat.
Tim BHD menjelaskan secara rinci tahapan-tahapan yang bisa dilakukan para wartawan PPGD untuk memberikan pertolongan pertama pada korban gawat darurat.
“Kita mulai dengan memastikan kondisi aman, yaitu aman bagi penolong, aman bagi korban, serta aman lingkungan. Kan tidak mungkin melakukan pertolongan di tengah jalan yang ramai, kita harus tepikan dulu korban ke tempat aman, baru berikan bantuan,” kata dr. Novita mendampingi.
Langkah selanjutnya, memastikan korban sadar. Ada dua Iangkah menyadarkannya yaitu dengan tepukan di pundak sembari memanggil-manggil korban. Jika tidak ada respons, lakukan penyadaran dengan sensasi sakit, bisa dengan memberikan tekanan di daerah dada, kening, atau di pelupuk mata. Jika tak respons juga. periksa denyut nadi, persis satu jari di samping batang tenggorokan.
“Periksa selama 1O detik, jika berdenyut artinya korban sadar, jika kita ragu atau bahkan sama sekali tidak menemukan denyut nadi, Iangsung lakukan tindakan pijatan jantung guna memastikan jantung berdetak lagi. Caranya dengan memompa atau memberikan hentakan pada bagian dada, tiga jari dari tulang dada paling bawah,” instruksi dr.Novita.

Ditambahkan dr. Novita lakukan dengan satu siklus 30 kali pompa jantung dengan 2 kali nafas buatan untuk dewasa. Lakukan minimal 5 siklus, atau hingga korban sadar, atau hingga bantuan medis datang.
“Jika kondisi korban tidak memungkinkan untuk diberikan nafas buatan, misalnya ada pendarahan di mulut,jangan beri nafas buatan, tapi lakukan pijatan jantung terus menerus sampai korban sadar atau para petugas medis datang ke lokasi,” ucapnya.
Setelah itu, periksa apakah denyut nadinya ada. Jika ada, langkah selanjutnya memastikan tidak ada yang menyumbat saluran pernafasan. Kemudian, pastikan korban bernafas dengan cara mendengarkan dan merasakan hembusan nafas korban dengan mendekatkan pipi ke hidung korban sembari perhatikan kembang kempis dada.
“Jika sudah normal, posisikan korban dalam posisi mantap. Silangkan tangan korban, hingga punggung tangan menjadi sandaran pipi korban, kemudian baringkan dengan satu kaki menekuk, seperti sedang memeluk guling. Hal itu guna memperlancar saluran nafas,” ucapnya.
Ditambahkan dr. Novita, pertolongan pertama yang diberikan sangat berarti bagi korban. Sebab dalam kondisi gawat darurat, terlebih saat henti jantung, waktu untuk menolong korban diupayakan di bawah 10 menit saja.
“Setiap menit, tingkat harapan hidup korban semakin berkurang. Korban bisa hidup dengan kondisi normal kembali, hidup dengan kondisi cacat, hidup dengan kondisi tidak bisa melakukan apapun, atau kematian,” katanya.


Selain BHD, dalam pelatihan ini juga di ajarkan oleh tim Rumah Sakit Lavalette, Ns. Aris, Ns. Liska, Ns. Herman, dan Ns. Heribertus, mengenai Iangkah bagaimana mengangkat atau menggotong korban kecelakaan dengan contoh dengan trauma fraktur cruris dextra ( patah tulang tungkai kanan) dan cedera tulang Ieher yang sangat berisiko terhadap korban jika tidak dilakukan dengan benar.( Djoko W)