Tak Ada Lahan Parkir Resmi di Kayoetangan Heritage Pengunjung Gak Nyaman

Suasana Kayoetangan Heritage petang hari sudah nampak kepadatan arus lalin dan parkir dua sisi Timur dan Barat mulai penuh .(foto: Djoko W )
Minggu, 11 Juni 2023
Malangpariwara.com –
Ketersediaan Parkir di Kayutangan Heritage Masih Menjadi PR Pemkot Malang.
Ketersediaan lahan parkir di Jalan Basuki Rahmad atau yang akrab di sebut Kawasan Kayutangan Heritage masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Malang. Hal itu pun ternyata membuat Pemkot Malang cukup dilematis.
Pasalnya, di satu sisi upaya Pemkot Malang untuk mempercantik kawasan Kayoetangan dinilai cukup efektif. Hal tersebut terlihat dari kunjungan masyarakat di kawasan tersebut yang semakin tinggi setiap harinya.
Hal tersebut dinilai cukup berdampak pada perputaran ekonomi di kawasan tersebut yang dinilai meningkat. Baik di barisan pertokoan Kayutangan Heritage, maupun di dalam perkampungan yang juga menjadi wisata tematik.
Namun sayangnya, padatnya pengunjung di kawasan itu tidak didukung ketersediaan lahan parkir yang cukup. Alhasil, kawasan yang menyediakan ruang untuk pedestrian malah tertutup kendaraan yang parkir.

“Dilematisnya begini, pemda dengan menghidupkan Kayutangan dengan dari sisi ekonomi cukup booming. Dan efeknya pada ketertiban, baik parkir dan keberadaan PKL (pedagang kaki lima),” jelas Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang, Widjaja Saleh Putra, Sabtu ( 10/6/23).
Pihaknya pun tidak bisa serta merta melakukan penertiban di kawasan tersebut. Sebab, untuk parkir sendiri pihaknya masih belum dapat menyediakan lahan parkir yang sesuai. Begitu juga dengan adanya PKL, yang tidak dapat serta merta dilakukan penertiban.
“Tentu kalau (penertiban) dilakukan, akan ada konsekwensi-konsekwensinya. Maka sesuai ketentuan, parkir bisa menggunakan badan jalan,” imbuh pria yang akrab disapa Jaya.
Pantauan di lokasi, pada jam-jam tertentu kawasan Kayoetangan memang sangat dipenuhi pengunjung. Sementara badan jalan, baik di sisi timur atau barat sama-sama digunakan untuk lahan parkir. Baik kendaraan roda dua maupun roda empat.
Alhasil, padatnya parkir terkadang membuat lalu-lintas menjadi padat. Meskipun tidak sampai terjadi penundaan laju kendaraan, aktifitas keluar masuk kendaraan yang parkir kerap membuat laju kendaraan melambat hingga lalu-lintas memadat.
Kondisi tersebut terjadi di ruas jalan Basuki Rachmat sisi selatan, arus yang mengarah dari selatan menuju ke utara. Atau dari arah Sarinah menuju ke Simpang Empat Rajabali.
“Makanya saya imbau, dan saya juga minta ke jajaran untuk memetakan. Agar jangan kedua sisi itu jangan diblok untuk parkir semua. Jadi sediakan space untuk jalan,” terang Jaya.
Selain itu, dirinya juga menyadari bahwa tidak adanya lahan parkir yang resmi disediakan di Kayutangan Heritage, membuat pengendara menjadi terkesan seenaknya.
“Disitu kan repot, biasanya ada pengendara yang begitu melihat ada space kosong langsung belok dan dijadikan lahan parkir. Juru parkirnya juga seperti itu langsung dilayani,” pungkasnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, saat ini Pemkot Malang tengah melakukan kajian. Untuk merumuskan solusi terkait persoalan ketersediaan lahan parkir di Kayutangan.

Sementara itu, Novi salah satu pengunjung Asal Paiton Probolinggo mengaku jauh jauh dari kotanya datang Ke Malang karena viral ada destinasi Heritage. Dia bersama keluarganya satu mobil singgah Malam Mingguan di ingin nongkrong. Namun sayang suasananya kurang nyaman untuk santai.
” Titik lokus musik jaraknya terlalu dekat sehingga bersaing suara ditambah lagi venuenya menghabiskan pendistrian sehingga tidak ada space orang berjalan. Kan kasihan orang orang difabel terpaksa turun ke badan jalan raya karena tehalang parkir ful kendaraan baik kendaraan roda empat atau dua,” terangnya kepada Malangpariwara.

Terpisah Arief Wahyudi SH Anggota DPRD Kota Malang saat ditemui Malangpariwara mengatakan, masalah parkir di Kota Malang ini memang menjadi PR Pemkot Malang dalam hal ini Dinas terkait yaitu Dinas Perhubungan.
“Banyak keluhan masyarakat penikmat keramaian Kajoeetangan Heritage merasa tidak nyaman karena tujuan bersama keluarga santai menikmati udara dingin pada malam hari sambil nongkrong di kursi yang telah disediakan DLH di Pedestarian ditambah suasana syahdu alunan musik jalanan terganggu pemandangannya oleh kendaraan yang di parkir,” ungkap Legislator F-PKB yang akrab disapa AW.
Sebetulnya ada dua hal penting yang seharusnya masuk didalam perencanaan awal, disamping masalah parkir juga masalah prasarana penunjang lain yaitu fasilitas umum berupa toliet.
“Khusus untuk parkir perlu dilakukan kajian mendalam apakah ditempatkan pada lokasi seputar Kajoetangan ataukah diluar kawasan Kajoetangan itu sendiri,” tukas legislator Dapil Klojen.
Arief Wahyudi berpesan
Kalau di kawasan Kajoetangan apabila akan membebaskan lahan jangan sampai ada permainan harga dan sejenisnya seperti kasus 50 ( Kayutangan nomor 50 . red ). disamping kajian tentang arus lalu lintasnya.
“Namun bila di taruh diluar kawasan Kajoetangan sarana pendukungnya juga perlu disiapkan, misalnya disediakan angkutan dari lokasi parkir ke Kajoetangan, atau sekalian kita pakai rekreasi jalan kaki dari lokasi parkir menuju Kajoetangan. Namun sayangnya prasarana pendukung berupa kenyamanan pejalan kaki belum memadai yang tentu hal tersebut harus dikerjakan juga, kalau Pemerintah serius membuat Kajoetangan lebih baik lagi,” tegas Arief Wahyudi SH. (Djoko W)