Komitmen Ketua Dekranasda Lima Tahun Geliatkan Ekraf Kuatkan Ketahanan Pangan

Ketua Dekranasda meraih penghargaan pada ajang Anugerah Inspiratif Festival 6 Indonesia 2023 beberapa waktu lalu.(Kominfo)

Dalam hal ini, Dekranasda cukup berkontribusi dalam penguatan ekonomi kreatif melalui UMKM berbasis budaya, pelestarian flora bernilai ekonomi, dan pelestarian budaya melalui fesyen. Bahkan hal itu juga membawanya untuk meraih penghargaan pada ajang Anugerah Inspiratif Festival 6 Indonesia 2023 beberapa waktu lalu.
“Terima kasih atas penghargaan ini. Semoga ini dapat menjadi inspirasi bagi ibu-ibu dan seluruh perempuan di manapun, khususnya Kota Malang. Sesungguhnya perempuan bisa ikut terlibat dalam mewujudkan masyarakat yang aktif, produktif dan menuju Kota Malang yang bermartabat,” ucap Widayati.
Hal tersebut juga menjadi bukti atas komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Malang untuk melibatkan semua pihak dalam menjalankan kebijakannya. Termasuk melalui Dekranasda yang secara konsisten terus berupaya menggeliatkan ekraf dan UMKM di Kota Malang. Sejumlah inovasi pun diluncurkan. Seperti Gerakan Budidaya Bunga Telang (Gerbudbute) dan urban farming.
Dikatakannya, ada tiga esensi dari program Gerbudbute dan urban farming ini, yaitu tangguh kesehatannya, tangguh ekonominya, dan tangguh sosialnya.
“Beragam upaya dilakukan Pemkot Malang bersama TP PKK untuk menyukseskan program ini, diantaranya menguatkan kebijakan hexa helix. Teman-teman perbankan dan sektor jasa keuangan kami ajak dan libatkan secara aktif terkait dengan permodalan. Perumda Tunas juga kami gandeng untuk pemasarannya,” jelasnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, di Kota Malang yang meski lahan pertaniannya terbatas, tak menyurutkan spirit sebagaimana program yang dimotori Ketua TP PKK Kota Malang melalui program urban farming dan Gerbudbute.
Dalam rangka penguatan UMKM di Kota Malang, Widayati dinilai memberikan kontribusinya melalui pelaksanaan gebyar UMKM yang berjalan sukses dan meriah oleh Dekranasda yang diikuti kelompok UMKM, dan masyarakat melalui pendekatan budaya tradisional. Tentu dalam hal ini, sangat berdampak pada perputaran ekonomi di masyarakat.
Selain dalam berkolaborasi untuk menguatkan ketahanan pangan dan ekonomi kreatif, ia juga turut aktif dalam pelestarian budaya melalui fesyen dengan bekerjasama dan berintegrasi dengan Diskopindag Kota Malang.
Hal itu lantaran Kota Malang dinilai punya potensi industri fesyen untuk terus dikembangkan. Seperti melalui lomba fashion show yang di dalamnya adalah pertunjukan fesyen yang memadukan corak, motif tradisional dan busana kontemporer khas Kota Malang. Tak heran jika hal tersebut membawa sejumlah produk fesyen Kota Malang mejeng di beberapa event bergengsi. Bahkan hingga di luar negeri.

Selain hal tersebut, PKK Kota Malang secara konsisten turut berkontribusi dalam mewujudkan Malang sebagai Kota Ramah Lansia. Bukan tanpa alasan, upaya tersebut juga dilatarbelakangi jumlah lansia yang terus meningkat setiap tahunnya. “Jumlah lansia meningkat setiap tahun, tahun ini 65 tahun ke atas ada sebanyak 13,02 persen dari total penduduk,” jelas Widayati.
Hal tersebut menandakan bahwa angka harapan hidup di Kota Malang juga baik. Dimana menurutnya, saat ini angka harapan hidup di Kota Malang sudah lebih dari 70 persen. Dirinya pun berharap agar terus naik.
“Sekarang kalau tidak salah sudah 74 persen. Tentu kami berharap secara berkelanjutan bisa terus naik menjadi 80 persen. Tentu itu berarti juga untuk menuju kota ramah lansia,” terang Widayati.
Ia mengatakan salah satu cara yang akan digencarkan adalah program sekolah lansia tangguh (Selantang). Dimana pada program tersebut, masyarakat yang usianya tergolong lansia akan mengikuti semacam pendidikan.
Seperti self treatment tentang kesehatan yang datang secara alami terhadap lansia dan ada beberapa materi lain. Program tersebut dimaksudkan untuk bisa membuat lansia menjadi lebih mandiri.
“Tentunya untuk membuktikan bahwa lansia itu bukan menjadi beban keluarga apalagi beban pembangunan,” ujar Widayati.
Saat ini, program tersebut baru dimulai di Kota Malang. Yakni melalui Kelompok Bina Lansia Puntodewo Kelurahan Bunulrejo. Setidaknya sudah ada 45 lansia yang telah diwisuda setelah mengikuti pendidikan selama 6 bulan.
“Insya Allah Kota Malang akan turut menjadi lilot project di Jawa Timur untuk melanjutkan pendidikan ke Standart Dua,” imbuh Widayati.
Dirinya mengatakan program itu pun dinilai perlu dilakukan di Kota Malang. Untuk itu dirinya berencana mengusulkan program itu menjadi salah satu program prioritas di Kota Malang. Dirinya berharap bahwa dalam waktu dekat setidaknya sudah ada satu kelompok Selantang di setiap kecamatan. Dan diteruskan hinga ada satu kelompok di masing-masing 57 kelurahan.
Khusus soal Selantang, dirinya juga mendapat apresiasi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jawa Timur mengapresiasi pelaksanaan sekolah lansia tangguh (Selantang) di Kota Malang. Atas inisiasi hingga Selantang di Kota Malang berjalan sukses. Bahkan akan turut dimasukkan menjadi piloting pelaksanaan Selantang di Jawa Timur.
Sementara menurut Ketua Tim Bina Ketahanan Keluarga Balita dan Keluarga Lansia BKKBN Provinsi Jawa Timur, Nur Khotimah rencana untuk membentuk Selantang di setiap kecamatan juga perlu didukung.
“Sangat apresiatif, apalagi sambutan dari Ketua TP PKK Kota Malang yang memberikan support sebegitu besar. Kalau bisa terbentuk setidaknya lima kecamatan satu kelompok, semoga itu terealisasi,” ujar Khotimah.
Saat ini, di Kota Malang baru ada 1 kelompok Selantang. Yakni Kelompok Bina Lansia Puntodewo Kelurahan Bunulrejo. Yang saat ini baru ada 1 angkatan yang telah lulus pendidikan standart I.
“Setelah standart I, selanjutnya akan dilanjutkan ke Standart II, kurikulum juga sudah kami siapkan,” imbuh Khotimah.
Pada standart II ini, para lansia yang ikut pada pendidikan di Selantang akan mendapat materi yang tak jauh berbeda dengan materi pada Standart I. Namun menurutnya lebih banyak praktik.
“Kan ada materi mengenali penyakit degeneratif, itu di standart II nanti akan lebih banyak praktik tentang self therapy nya,” terang Khotimah.
Namun demikian, menurutnya Kota Malang dinilai mampu untuk menjalankan Selantang secara lebih masif. Dan mengikuti 3 daerah lain di Jawa Timur yang sudah lebih dulu menjadi pilot project.
“Kan ada Kota Pasuruan, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Malang, itu pilot project nya Jawa Timur. Nah kalau Kota Malang ini baru pilot project di satu kelompok,” jelas Khotimah. (Djoko W)