Pj Wali Kota Malang Dorong Kampung Pengrajin Rotan di Tasikmadu jadi Destinasi Wisata

Pj Wali Kota Malang kunjungi Kampung Pengrajin Rotan di Tasikmadu.(Ist)
Minggu, 17 Juni 2024
Malangpariwara.com – Pj Wali Kota Malang Wahyu Hidayat berkeinginan agar kampung pengrajin rotan di wilayah Kelurahan Tasikmadu Kecamatan Lowokwaru bisa menjadi salah satu destinasi wisata. Menurutnya, hal tersebut bagian dari upaya untuk memberi perhatian pada geliat usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Kota Malang.
Sebagai informasi, kampung yang berada di wilayah RW 2 Kelurahan Tasikmadu ini, sebagian besar masyarakatnya memang bekerja dengan beraktivitas produksi kerajinan rotan. Tidak semuanya memiliki usaha produksi kerajinan rotan, sebagian diantaranya juga ada yang hanya bekerja sebagai buruhnya saja.
“Nanti ini sebagai aset, bisa jadi bagian dari destinasi wisata karena ini hampir semua rumah mempunyai kemampuan untuk bisa memproduksi kerajinan (rotan) seperti ini. Dan ini akan menjadi pembelajaran, menjadi kampung wisata sendiri terkait dengan produk-produk baik yang sintetis maupun yang rotan,” jelas Wahyu, Sabtu (16/6/2024).
Rencananya, dalam waktu dekat seluruh pemilik usaha kerajinan rotan di kampung tersebut akan dikumpulkan untuk dilakukan pembinaan, bimbingan hingga pembekalan. Tujuannya agar produk yang selama ini dihasilkan, bisa dapat lebih dikenal lagi.
“Agar yang selama ini sudah dipunyai itu bisa terjaga dan lebih terkenal lagi. Termasuk showroomnya. Selain itu juga nanti kami akan meminta di Pemkot Malang untuk menggunakan produk yang sudah diproduksi oleh home industri di kelurahan Tasikmadu ini,” terang Wahyu.
Tidak hanya itu, Wahyu juga berencana untuk memberikan bantuan berupa akses pemasaran dari yang selama ini masih belum dapat dijangkau oleh pengrajin rotan tersebut. Salah satunya seperti dengan mengikutsertakan hasil kerajinan rotan dalam sebuah event pameran.
“Termasuk juga kami akan mengajak untuk pameran-pameran promosi, baik yang ada di Jakarta atau dimanapun agar kita bisa mengenalkan produk tersebut yang selama ini hanya (promosi) dari mulut ke mulut,” tutur Wahyu.
Selain itu, Pemkot Malang juga berencana akan membantu untuk meningkatkan terkait dengan pembinaan. Dimana pembinaan ini nantinya untuk dapat membentuk kaderisasi agar ekosistem kerajinan tersebut dapat terus berlanjut.
“Kemudian kami akan memberikan sarpras yang mungkin masih dibutuhkan karena selama ini tadi saya tanya mereka belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Dan ini harus kita dukung termasuk juga promosi untuk mengenalkan produk mereka,” terangnya.
Bukan tanpa alasan dirinya berniat untuk membuka akses pemasaran bagi para pengrajin tersebut. Sebab selama ini, hasil produk kerajinan rotan dari kampung tersebut sebenarnya juga sudah banyak dikenal. Bahkan sampai menembus pasar ekspor.
“Pemkot Malang berencana menjangkau akses pemasaran. Kita tahu selama ini memang produk-produk sudah diekspor, tapi kan hanya tersentuh orang-orang yang mengetahui secara langsung, belum menyeluruh. Kami ingin memfasilitasi terkait dengan promosi itu, melalui pameran skala nasional dan internasional, termasuk juga dengan media sosial,” tutur Wahyu.
Sementara itu, salah satu pemilik usaha kerajinan rotan Misfandi mengaku bahwa produk kerajinan rotannya sudah memiliki sejumlah langganan. Untuk kebutuhan dalam negeri, dirinya secara rutin mensuplly hasil produksinya ke Pulau Bali.
“Yang banyak itu kita kirim ke Bali. Ada macam-macam, seperti keranjang, lalu kursi tamu, ada juga kursi yang biasanya untuk bersantai di pantai. Biasanya kita juga dapat pesanan dari hotel juga,” ujarnya.
Selain itu, yang paling banyak hasil produksinya juga dikirimkan untuk dijual oleh toko-toko di Pulau Bali. Dirinya mengaku bahwa usahanya dalam membuat kerajinan rotan ini cukup meningkat dalam dua tahun terakhir. Dengan harga yang beragam. Mulai dari Rp 75 ribu hingga jutaan setiap produknya.
“Ini ramai sudah hampir dua tahun terakhir. Sampai kewalahan. Biasanya mungkin dalam satu minggu hanya kirim satu truck saja. Tapi ini biasanya bisa sampai dua truk kiriman dalam sepekan. Satu truk biasanya total harga produk mencapai Rp 80 juta,” pungkasnya.( Djoko W)