Caleg Muda Partai Beringin Terseret Pusaran ‘Skandal’ Eks Ketua KPU Kabupaten Malang

Rabu, 24 Juli 2024
Malangpariwara.com – Praktik jual beli suara yang dilakukan oleh penyelenggara Pemilu di Kabupaten Malang terus terkuak. Derasnya berita di media massa dan online yang mengangkat adanya dugaan ‘main mata’ antara eks Ketua KPU Kabupaten Malang Anis Suhartini (AS) dengan GA, caleg DPR RI dapil Malang Raya seakan membuka tabir kelam perpolitikan tingkat bawah. Apalagi, AS beberapa kali dipanggil tim Polda Jawa Timur untuk dimintai keterangan.
Yang membuat miris, dana siluman itu seperti lingkaran setan, budget besar tersebut tidak hanya dipakai untuk mengamankan konstituen saja. Tetapi juga menyuap oknum penyelenggara Pemilu. Salah satu sumber terpercaya media ini membeberkan, sejatinya hampir semua caleg ‘bermain’ untuk mengamankan suara. Karenanya, agar ‘ekor’ tidak bergerak liar, maka ‘kepala’ yang dikendalikan. “Yang saya tahu, oknum penyelenggara Pemilu di Kabupaten Malang itu ‘player’. Dia tidak hanya menampung uang GA saja, tetapi juga caleg-caleg yang lain,” ungkapnya.
Besarnya aliran dana dari para caleg tersebut bervariasi. Tergantung sasaran tembak tujuan. Jika caleg kelas daerah atau DPRD tingkat satu dan dua (DPRD kabupaten-DPRD Jatim), kisarannya di angka ratusan.
Tetapi jika pertarungan di level satu (DPR RI), maka bisa sampai miliran rupiah. Jika dikalkulasi, maka jumlahnya sangat banyak. Belasan, mungkin pula puluhan miliar. Bahkan dia menyebut ‘operasi senyap’ tersebut tidak benar-benar sunyi. Karena sudah menjadi rahasia umum sejak dulu.
“Hampir semua caleg setor kepada oknum itu. Yang jadi tentu diam saja,” kata dia.
Sumber lain media ini membeber, salah satu yang sempat bocor di kalangan internal mereka adalah suntikan dari caleg DPR RI berinisial AI. Caleg muda dari partai berlambang beringin ini diduga bertransaksi dengan AS agar perolehan suaranya di Kabupaten Malang terkawal. Praktik yang diterapkan AS di lapangan pun sama dengan ‘operasi senyap’ untuk pengamanan GA. Yakni mengkondisikan petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS), Panitia Pemilih Kecamatan (PPK), hingga Panitia Pemungutan Suara (PPS).
“Distribusinya seperti apa, tentu sudah diatur sedemikian rupa. Instruksi yang diberikan juga sistematis,” urainya.
Bahkan percakapan antara AS dengan timnya soal koordinasi dengan AI pun sempat bocor. Begini bunyinya. “Ok, aku ke Irawan dulu berarti ya,” “Aku tak mandi dulu terus ke Irawan”. Dari percakapan itu muncul dugaan bahwa Irawan yang dimaksud adalah AI atau Ahmad Irawan. Politisi muda Golkar yang saat Pileg Februari lalu mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI daerah pemilihan Jatim V (Malang Raya). “Ayah…Irawan wa aku” sambung AS dalam perbincangan WhatsApp tersebut.
Obrolan itu pun bersambung. AS meneruskan wa Irawan ke lawan bicaranya yang disebut dengan Ayah.
“Pokoknya saya nitip diri ke Mbak Anis” kata orang yang bernama Irawan itu kepada AS.
Karena relasi kuat itu, AI kabarnya juga sudah dipanggil dua kali oleh tim Polda Jatim untuk dimintai keterangan. Fokusnya mengkonfirmasi percakapan antara Irawan dengan AS. Apalagi, berembus warta HP milik eks ketua KPU Kabupaten Malang yang disita Polda Jatim adalah pemberian Irawan.
Masih menurut sumber terpercaya media ini, perbincangan tersebut masih panjang. Bahasan pun semakin detil. Sampai pada besaran distribusi amunisi kepada KPPS, PPK, dan PPS. Dan akhirnya, AI berhasil terpilih sebagai anggota DPR RI dengan raihan suara di dapil Malang Raya sebanyak 60.450. Dia menduduki peringkat delapan dari delapan kursi. (Djoko W)