16 September 2025

Supir Angkot Merasa Terabaikan, Lakukan Audiensi Tolak Transjatim di Kota Malang

img_1758024684958

Organisasi Angkutan Darat (Organda) bersama paguyuban sopir angkot melakukan audiensi bersama DPRD Kota Malang. ( Djoko W)

Selasa, 16 September 2025

Malangpariwara.com – Organisasi Angkutan Darat (Organda) bersama paguyuban sopir angkot melakukan audiensi bersama DPRD Kota Malang.

Audiensi ini perihal keterkaitan tentang peluncuran Trans Jatim di Kota Malang, Senin (15/9/2025) di Ruang Rapat Internal DPRD Kota Malang.

Sekretaris Organda Kota Malang, Purwono Tjokro Darsono menyebutkan bahwa pendampingan ini agar tidak ada gejolak dilapangan. Selain itu, Purwono menegaskan audiensi ini sebagai langkah komunikasi.

“Intinya kami mendengar pendapat DPRD, kemudian hasil komunikasi akhir menyampaikan penolakan terhadap Trans jatim.

Purwono mengatakan bahwa aat ini tidak ada diskusi dan persiapan akan hal tersebut. Menurutnya, informasi yang beredar di media menyebutkan bahwa angkot akan digunakan sebagai feeder (penerima) Trans Jatim. Namun, pada kenyataannya supir angkot tidak pernah mendapatkan penjelasan resmi.

“Mereka seharusnya melakukan sosialisasi dengan baik bukan malah sepihak begitu saja kebijakannya, karena ini permasalahannya urusan perut,” tegasnya.

Purowono juga meminta agar pemerintah tidak terburu-buru dalam program Trans Jatim ini tanpa kajian yang mendalam. Kajian lalu lintas dan sosial harus dilengkapi agar tidak menimbulkan permasalahan baru bagi pengemudi angkot yang sudah beroperasi lebih dulu.

“Bagaimana kemudian kita bisa menyakinkan bahwa dengan adanya Trans Jatim ini tidak menganggu pendapatan supir angkot. Intinya urusan perut saja,” ucap Purwono.

Mengenai pembenahan transportasi angkot. Purwono menegaskan bahwa saat ini angkutan publik membutuhkan perhatian yang serius. Ia menyebutkan bahwa sosialiasi itu penting untuk pembaharuan transportasi angkutan publik di Kota Malang.

“Dari dulu, Wali Kota sebelum-sebelumnya, kita selalu suarakan bahwa tata kelola transportasi publik butuh perhatian serius. Jangan hanya macet atau mahasiswa baru yang menambah kepadatan, tapi transportasi publik tidak pernah disentuh,” lanjutnya.

Purwono menegaskan bahwa komunikasi adalah hal penting dalam meluncurkan pembaharuan transportasi di Kota Malang. Jika tidak dikomunikasikan dengan baik, menurut Purwono akan melahirkan permasalahan yang baru.

“Kalau melihat peran Trans Jatim ini ngomongnya akan kerjasama dengan angkutan kota ternyata tidak ada komunikasi sama sekali, justru akan jadi masalah baru,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua Forum Komunikasi Paguyuban Angkot, Stefanus Hari Wahyudi menegaskan bahwa adanya Trans Jatim ini bisa dianggap menghancurkan rekan-rekan angkot yang masih berjalan.

“Kekhawatiran itu jelas, nantinya akan menghancurkan rekan-rekan angkot yang masih bertahan sampai hari ini,” tegas Stefanus.

Stefanus juga mengatakan bahwa saat ini para supir angkot berusaha bertahan dengan program yang tengah dijalankan oleh Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Malang.

“Program seperti pemutihan gratis, uji kir gratis, dan kita berupaya agar angkot ini dalam arti memiliki kelayakan, kenyamanan dan keamanan,” tambahnya.

Stefanus juga menegaskan bahwa pihak angkot belum pernah diajak secara resmi membahas mengenai proyek Trans Jatim ini. Namun, pihaknya hanya pernah melakukan diskusi biasa dengan Kepala Dishub.

“Kami dari semua jalur (trayek angkot) belum pernah duduk bersama secara resmi membahas Trans Jatim. Ujung-ujungnya di media ramai dan mau diluncurkan bulan 10,” ujarnya.

Meskipun program Trans Jatim ini akan mengintegrasikan para angkutan di Kota Malang, Stefanus mengungkapkan bahwa pihaknya dengan tegas menolak adanya Trans Jatim. Ia menambahkan banyak pembelaan dari Pemerintah yang tidak pernah direalisasikan.

“Pokoknya harga mati untuk saat ini tetap menolak. Argumen-argumen pembelaan yang selama di sering diwacanakan oleh Dishub Kota Malang, Kabupaten maupun Provinsi saya rasa sampai hari ini belum terealisasikan,” tandasnya.

Lebih lanjut, Stefanus menyampaikan bahwa selama ini hanya diberikan angin segar saja, namun tidak ditindaklanjuti dengan penerapan yang sesuai. Menurutnya, saat ini angkot sudah mulai sepi dan hasil pendapatan supir tidak menentu.

“Dikatakan angkot sepi, penghasilan tidak menentu, tidak seramai dulu. Tetapi mereka berupaya melayani warga meskipun situasi ekonomi seperti ini,” tegas Stefanus.

ia juga menegaskan untuk audiensi ini tidak ada yang diharapkan. Stefanus juga menegaskan bahwa audiensi ini hanya menyampaikan penolakan adanya Trans Jatim.

“Tidak ada, jadi rekan-rekan sepakat menolak semua, dari jalur yang ada di Kota Malang sepakat menolak,” tandasnya.(Djoko W)