15 Oktober 2025

Ratusan Santri Malang Raya Desak Trans 7 Minta Maaf Langsung ke Kiai Lirboyo Ini Kata Walikota Wahyu

img_1760523123777

Walikota Dewan menyambut aksi demo di Depan Balaikota Malang .(Djoko W)

Rabu, 15 Oktober 2025

Malangariwara.com – Ratusan santri dari berbagai pesantren di Malang Raya yang tergabung dalam Aliansi Santri Malang Raya Menggugat menggelar aksi damai menuntut pertanggungjawaban Trans 7 atas tayangan program yang dinilai menciderai martabat pesantren dan para kiai.

Diikuti sekitar 400 santri dari berbagai daerah Malang Raya yang berlangsung di depan Balaikota Malang, Rabu (15/10/2025).

Sekretaris Himpunan Alumni Santri Lirboyo (Himasal) Malang Raya, Muhammad Taufikurahman) menyampaikan bahwa aksi ini merupakan bentuk pembelaan terhadap kehormatan para kiai dan pesantren yang dianggap telah diframing oleh program Xpose Unsensored oleh media nasional Trans 7 beberapa waktu lalu.

“Kami dari Himasal bergabung dengan Aliansi Santri Malang Raya Menggugat. Tujuannya untuk membela kiai kami yang telah diframing buruk dan pesantren yang dianggap tempat feodalisme,” jelas Taufikurahman.

Ia menegaskan bahwa tuduhan tersebut sangat keliru dan menciderai nilai-nilai luhur pesantren yang telah eksis selama lebih dari satu abad. Menurutnya, tradisi penghormatan santri terhadap kiai bukanlah bentuk penghambaan, melainkan wujud cinta dan rasa terima kasih.

“Pondok kami sudah berdiri 115 tahun. Kami menghormati kiai bukan karena menghambakan diri, tapi karena rasa cinta. kiai telah merawat kami, mengajarkan ilmu dunia dan akhirat. Jadi wajar kalau kami tersakiti ketika beliau difitnah,” tambahnya.

Aksi tersebut, para santri menuntut agar Trans 7 menarik seluruh tayangan dan konten digital yang menyinggung pesantren, serta meminta maaf secara langsung kepada para kiai di Pondok Pesantren Lirboyo.

“Permohonan maaf memang sudah dilakukan secara tertulis dan digital. Tapi kami menuntut agar pimpinan Trans 7 datang langsung sowan ke kiai kami. Selain itu, harus ada tayangan pembanding untuk meluruskan persepsi publik,” tegas Sekretaris Himasal Malang Raya itu.

Taufikurahman juga menyebut bahwa aksi seupa juga terjadi di berbagai daerah di Indonesia, seperti di Semarang, Madura, dan Majalengka. Santri di wilayah-wilayah tersebut mengampaikan langsung tuntutan mereka ke kantor Trans 7. Sementara di Malang, siap berangkat ke Jakarta apabila mendapatkan izin dari para kiai.

“Kalau para kiai memperbolehkan, kami siap ke Jakarta untuk membela kiai kami,” ujarnya.

Menurut Taufikurahman, sosok kiai bagi santri bukan hanga sekedar guru, melainkan figur spiritual yang membimbing lahir batin.

“Kalau orang tua hanya mendidik jasmani, kiai mendidik jasmani dan rohani. Bagi kami, kiai itu ibarat jantung, sementara santri adalah tubuhnya. Jika jantung tersakiti maka seluruh tubuh juga ikut merasakan sakit,” ucapnya.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Malang Wahyu Hidayat menyatakan bahwa pemerintah daerah akan memfasilitasi dan mengawal aspirasi para santri agar disalurkan melalui jalur hukum. Ia menilai, langkah hukum menjadi jalan terbaik untuk menyelesaikan persoalan tanpa muncul konflik baru.

“Kami sudah menerima aspirasi para santri dan akan mengawal tuntutan mereka melalui jalur hukum. Kami tidak ingin aksi ini menjadi pemicu hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Wahyu.

Wahyu juga mengonfirmasi bahwa tuntutan pencabutan izin siaran Trans 7 akan difasilitasi sesuai prosedur hukum yang berlaku.

“Kalaupun nanti ada penutupan, itu harus melalui penilaian objektif dan keputusan hukum. Kita tidak bisa serta merta menutup tanpa dasar yang kuat,” imbuhnya.

Wahyu menilai, tayangan yang menyinggung kehidupan pesantren menunjukkan ketidaktahuan pihak media terhadap tradisi santri dan kiai. Ia menegaskan bahwa hubungan santri dan kiai bukanlah bentuk feodalisme, melainkan wujud penghormatan yang telah mengakar sejak Indonesia belum merdeka.

“Kehidupan santri adalah bagian dari pendidikan yang luhur. Bangsa ini bisa berdiri juga berkat perjuangan kiai dan santri. Jadi tuntutan ini sangat wajar,” tandasnya.( Djoko W)