Waketu Dewan Pengawas Danantara di UMM: Indonesia Butuh Mesin Ekonomi Baru di Luar APBN

Berita22 views

Kamis, 23 Oktober 2025

Malangpariwara.com – Perekonomian Indonesia dinilai memerlukan mesin penggerak baru di luar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) agar bisa menembus stagnasi pertumbuhan di angka lima persen.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Pengawas Danantara Indonesia, Prof. Dr. Muliaman Darmansyah Hadad, Ph.D., dalam Stadium General di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Kamis (23/10/2025).

Menurutnya, Danantara Indonesia dibentuk sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) atau dana kekayaan negara yang mengelola aset dan dividen BUMN secara produktif. Langkah ini menjadi strategi penting untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional yang berkelanjutan dan berdampak lintas generasi.

“Pertumbuhan ekonomi kita terlalu lama tertahan di sekitar lima persen karena tumpuannya hanya pada APBN. Kita butuh mesin ekonomi kedua yang bisa menggerakkan produktivitas, mengonsolidasikan aset negara, dan menyalurkannya ke investasi jangka panjang agar memberi manfaat nyata bagi masyarakat,” ujarnya.

Dijelaskannya, Danantara memiliki mandat untuk mentransformasi aset BUMN yang nilainya mencapai sekitar satu triliun dolar AS agar lebih produktif. Lembaga ini mengadopsi prinsip tata kelola global (Santiago Principles) untuk menjamin transparansi dan akuntabilitas.

“BUMN adalah aset negara yang harus produktif. Tugas Danantara adalah memastikan aset-aset itu tidak lagi menjadi beban, tetapi justru menjadi kekuatan baru untuk membangun ekonomi nasional yang berdaya dan mandiri,” tegasnya.

Muliaman menyebut empat alasan utama pembentukan SWF, yakni sebagai tabungan antar generasi, sarana diversifikasi aset, pendorong pembangunan ekonomi, serta mekanisme untuk memaksimalkan hasil investasi jangka panjang.

Berbeda dengan SWF di negara penghasil minyak seperti Norwegia atau Uni Emirat Arab, Indonesia membangun Danantara berbasis non-komoditas. Fokusnya pada hasil usaha BUMN dan aset domestik yang dikelola profesional.

Danantara menempatkan investasinya di delapan sektor prioritas yakni energi terbarukan, mineral, infrastruktur digital, jasa keuangan, kesehatan, pangan, serta kawasan industri dan properti. Langkah ini diharapkan mempercepat transformasi menuju Indonesia Emas 2045.

“Sumber kekuatan kita bukan minyak atau gas, melainkan kreativitas dan produktivitas bangsa sendiri. Karena itu Danantara berfokus domestik, namun tetap membuka ruang bagi investor global untuk berkolaborasi,” katanya.

Sementara itu, Wakil Rektor II UMM, Dr. Ahmad Juanda, Ak., M.M., C.A., menyatakan UMM mendukung visi pembangunan ekonomi nasional melalui pendidikan dan penguatan SDM.

“Melalui Center of Future Work (CFW) dan Center of Excellence (CoE), UMM berupaya menyiapkan lulusan yang proaktif, tidak hanya siap kerja tetapi juga mampu menciptakan kerja,” terangnya.

Juanda menilai, semangat yang dibawa Danantara untuk membangun ekonomi mandiri sejalan dengan misi UMM sebagai kampus berdampak. Yakni terus berkontribusi menuju terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Dengan hadirnya kuliah umum ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami bagaimana arah kebijakan investasi nasional dan peran Danantara sebagai bagian penting dalam memperkuat ekonomi bangsa. Kolaborasi antara dunia akademik dan lembaga strategis seperti Danantara menjadi kunci untuk membangun generasi emas yang berdaya, mandiri, dan siap menghadapi tantangan global.(Djoko W)