Malangpariwara.com – Masa depan negara ini ada di tangan pemuda, tetapi bukan sembarang pemuda—melainkan mereka yang benar-benar menyiapkan diri.
Hal itu ditegaskan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia Bahlil Lahadalia, S.E., M.Si., saat membuka Tanwir XXXIII Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bertema “Energi Kolektif untuk Negeri”.
Pembukaan acara Tanwir IMM yang dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu berlangsung pada 29 Oktober 2025.
Bersama gubernur Jawa Timur Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua PP Muhammadiyah Dr. Agung Danarto, M.Ag, Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P. dan Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si., Bahlil membuka Tanwir IMM tersebut dengan memainkan dan memetik alat musik dawai.
Suasana pembukaan berlangsung meriah, mencerminkan semangat kebersamaan dan simbol kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan kader muda Muhammadiyah dalam membangun energi kolektif untuk negeri.
Adapun tema tersebut selaras dengan pesan utama Bahlil tentang pentingnya kemandirian bangsa yang hanya bisa terwujud melalui generasi muda yang siap berproses, berdaya saing, dan memiliki semangat kolektif membangun negeri.
Dalam orasinya, Bahlil menekankan bahwa masa depan Indonesia ditentukan oleh kesiapan pemuda untuk beradaptasi dan berinovasi, terutama dalam menghadapi tantangan energi dunia yang terus berubah. Ia menilai IMM memiliki peran strategis dalam mencetak kader pemimpin yang tidak hanya kritis secara intelektual, tetapi juga adaptif terhadap perkembangan teknologi dan kebutuhan nasional.
“IMM adalah kader yang kelak menjadi pemimpin negara ini. Jangan hanya berhenti pada wacana, tapi harus turun tangan mengeksekusi gagasan. Negara ini butuh anak muda yang punya visi dan keberanian mengambil keputusan,” ujarnya.
Lebih jauh, Bahlil menyoroti arah kebijakan energi nasional yang kini difokuskan pada dua hal utama, yaitu kemandirian energi nasional dan transisi energi berkelanjutan.
Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak boleh terus bergantung pada impor bahan bakar, karena hal itu dapat melemahkan kedaulatan ekonomi bangsa.
Bahlil kemudian menyoroti persoalan energi yang tengah dihadapi Indonesia. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak sedang berbicara soal oplos bensin, melainkan tengah mengembangkan etanol sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berbasis pada kekayaan alam Indonesia sendiri.
“Saya tegaskan, kita tidak bicara soal oplos bensin. Yang sedang kami kembangkan adalah etanol—energi bersih yang bisa dibuat dari jagung dan singkong. Ini bukan akal-akalan, tapi langkah nyata agar Indonesia tidak terus bergantung pada impor,” tegasnya.

Bahlil menjelaskan bahwa etanol merupakan bentuk bahan bakar bioenergi yang mampu menggantikan sebagian kebutuhan bensin, sekaligus mengurangi emisi karbon. Ia mencontohkan negara seperti Brazil dan India yang telah sukses mengembangkan industri etanol, sehingga dapat menekan biaya impor bahan bakar dan meningkatkan nilai ekonomi pertanian. Ia mengatakan kalau serius mengembangkan etanol, petani akan diuntungkan, lapangan kerja bertambah, dan devisa negara bisa diselamatkan. Maka Indonesia akan punya potensi itu, tinggal kemauan dan keberanian untuk mengeksekusinya.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki bahan baku melimpah untuk memproduksi etanol, terutama dari hasil pertanian. Karena itu, ia mendorong agar riset dan inovasi di perguruan tinggi terus dikembangkan guna memperkuat ketahanan energi nasional.
“Saya ingin mahasiswa, termasuk kader IMM, ikut terlibat dalam pengembangan energi alternatif ini. Jangan biarkan potensi negeri ini diambil alih pihak luar karena kita ragu untuk mulai,” tambahnya.
Sebagai bentuk dukungan terhadap generasi muda, Bahlil juga mengumumkan pemberian 10 beasiswa kepada kader IMM berprestasi sebagai bentuk dukungan terhadap regenerasi sumber daya manusia unggul di bidang energi dan kepemimpinan. Ia berharap kader IMM menjadi pelopor inovasi yang mampu mengintegrasikan nilai-nilai Islam, nasionalisme, dan kemajuan teknologi dalam kerja nyata bagi bangsa.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Sultan Bachtiar Najamudin, S.Sos., M.Si., turut menegaskan pentingnya kolaborasi lintas generasi dan lembaga dalam membangun masa depan Indonesia yang berkelanjutan.
Ia memperkenalkan konsep Green Democracy, yakni demokrasi yang tidak hanya menekankan partisipasi politik, tetapi juga tanggung jawab terhadap lingkungan dan kesejahteraan sosial.
“Tidak ada lagi namanya one man show. Membangun bangsa sebesar ini hanya bisa dilakukan dengan kolaborasi. Demokrasi kita harus pro-pemuda, pro-rakyat kecil, dan pro-ekologi,” ucap Sultan.
Sementara itu, Rektor UMM, Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si., menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Tanwir IMM di kampus yang dikenal dengan semboyan “Kampus Putih” itu. Ia menilai forum ini bukan sekadar pertemuan organisasi, melainkan ruang strategis untuk mengonsolidasikan gagasan besar tentang masa depan Indonesia.
“Tanwir IMM bukan sekadar forum seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan peran mahasiswa sebagai penggerak perubahan. Kami di UMM berkomitmen mendukung lahirnya generasi muda yang berani, cerdas, dan siap memimpin masa depan Indonesia,” pungkasnya. (Djoko W)






