Mahasiswa UMM, Sulap Sampah Jadi Bahan Baku Furniture Bernilai Rupiah dan Ramah Lingkungan
MALANG – Sejalan dengan program yang tengah digalakkan UMM untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik, memantik lima mahasiswa Program Studi (Prodi) Kehutanan, Fakultas Pertanian Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk menginisiasi pengolahan sampah plastik menjadi lempengan sebagai bahan baku furniture.
Berangkat dari keprihatinannya pada sampah plastik yang menggunung di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), akhirnya munculah ide pengolahan sampah plastik menjadi lempengan sebagai bahan baku furniture.
Lima mahasiswa kreatif ini, Ainun Fadillah, Agus Firmansyah, Dany Fiqrullah Jaki, Oktavian Dwi Sumbermanto dan Samsul sebagai ketua.
“Karena keprihatinan kami atas hal tersebut (menggunungnya sampah), maka kami mencoba untuk mengolah sampah plastik sebagai bahan baku untuk furniture,” ucap Agus Dkk, saat ditemui Jumat (19/07/2019).
Dikatakan Agus, bahwa produk olahan mereka sangat ramah lingkungan serta tidak mencemari lingkungan sekitar. Hal ini dilihat dari cara mereka mengolah sampah yang akan dibakar. Dimulai dari proses memilah sampah-sampah plastik seperti botol kemasan mineral, kresek ataupun bungkus jajanan plastik ke proses pembakaran.
“Karena saat dibakar sampah plastik ditutup dan asapnya disalurkan ke dalam air melalui selang yang dipasang sebagai satu-satunya saluran untuk mengeluarkan asap. Ini tidak akan merusak lingkungan karena Karbon Dioksida kita salurkan kedalam sebuah wadah berisi air yang diletakkan di sebelah tempat pembakaran,” lanjut Agus.
Cairan plastik hasil pembakaran dialirkan kedalam cetakan yang berbentuk kotak berukuran 50 x 50 cm.
Menariknya dari lempengan itu, PKM hasil bimbingan Dr. Ir. Nugroho Tri Waskitho, MP., IPM. Ini, menghasilkan produk olahan berupa Dingklik, Meja, bahkan Lemari dengan kisaran harga dimulai dari 85ribu hingga 250ribu rupiah.
Proyek ini, sambung mahasiswa 2015 ini, didaftarkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Kewirausahaan.
“PKM kami dimulai sejak tahun 2015 atau lebih tepatnya dari jaman kami mahasiswa baru. Kebetulan kami semuanya satu kelas, sehingga untuk koordinasi jadi lebih mudah. Sekarang tinggal fokus pemasaran,” tukasnya. (*) (JKW)