ITN Malang Siapkan Mata Kuliah Daring di Tiap Prodi Sesuai Kurikulum yang Baru
Rektor ITN Malang Dr Kustamar MT saat mendampingi Sekretaris LL Dikti Jatim Dr. Widyo Winarso,MPd usai mengisi materi “Pengantar Sistem Pendidikan Tinggi” untuk mahasiswa baru ITN Malang
MALANG – ITN Malang targetkan mata kuliah daring setiap Prodi sesuai dengan kurikulum yang baru ditahun 2020 .
Hal ini disampaikan Rektor ITN Malang Dr Kustamar MT saat mendampingi Sekretaris LL Dikti Jatim Dr. Widyo Winarso,MPd usai mengisi materi “Pengantar Sistem Pendidikan Tinggi” untuk mahasiswa baru ITN Malang, Senin (09/09/2019) di aula Kampus 1 ITN Malang.
“ITN Malang akan siap daring pada tahun 2020. “Semester ini dimantapkan persiapannya,” jelas Dr Kustamar MT, Rektor ITN Malang.
Sebab perlu persiapan dosen dan mata kuliah. Juga perlu mempersiapkan infrastruktur keperluan MoU dengan Kemenristekdikti untuk memasang instalasi Spada di ITN. “Rencananya, di tiap prodi ada satu mata kuliah daring sesuai di kurikulum yang baru,” ujar Kustamar.
Di ITN saat ini ada 15 prodi. Diharapkan dari tiap prodi ada satu mata kuliah yang daring. Rencana akan diaplikasikan dulu di Teknik Elektro jenjang S1 karena akreditasinya A dan kesiapan dosennya.
Jika ada mata kuliah daring, maka dosen harus membuat konten yang menarik dan mudah dimengerti mahasiswa. Sehingga ketika tanpa dosen pun bisa dipahami mahasiswa.
Target ini segera akan diwujudkan sesuai dengan anjurkan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LL Dikti) Jawa Timur, agar perguruan tinggi ada perkuliahan daring sebagai alternatif untuk melengkapi perkuliahan konvensional.
Sementara itu, Dr Widyo Winarso MPd, Sekretaris LL Dikti Jatim mengatakan bahwa beberapa perguruan tinggi swasta (PTS) sudah ada yang mulai daring seperti di PENS, Universitas Pelita Harapan (UPH) di Surabaya. “Lainnya ada yang sedang mempersiapkan diri,” jelas Dr Widyo Winarso MPd, Sekretaris LL Dikti Jatim.
Widyo Winarso menjelaskan ini dihadapan ribuan mahasiswa saat mengisi materi “Pengantar Sistem Pendidikan Tinggi” untuk mahasiswa baru ITN Malang.
Dikatakannya, intinya daring bisa dimulai dari mata kuliah di prodi. Nanti jika sudah siap mencapai 50 persen dari mata kuliah, maka harus melakukan izin. “Misalkan jumlah mata kuliahnya 50. Kalau sudah mencapai 26 mata kuliah yang daring, maka perlu melakukan izin daring,” kata Widyo.
“Mata kuliah daring di prodi saja sudah cukup tidak perlu sampai di tingkat lembaga,” tambah Widyo.
Di Indonesia sejauh ini mata kuliah daring masih sekitar 7-9. Kecuali Universitas Terbuka (UT) karena sejak awal lembaganya disiapkan daring. Seperti halnya PTS baru di Jakarta yaitu Universitas Siber bentukan Universitas Nasional yang bekerjasama dengan perguruan tinggi di Korsel. Menurut dia, kemenristekdikti tidak ada target untuk daring kapan. Tapi kesiapan perguruan tingginya.
Sebab kapasitas Spada (Sistem Pembelajaran Daring Indonesia) Kemenristek juga masih terbatas. Maka kesiapan perguruan tinggi di sarpras dan SDM nya. Seperti kemampuan menyewa bandwith. “Kalau SDM lebih pada penyiapan TI nya, dosen dan mahasiswa karena merancang daring dari konvensional,” kata pria berkacamata ini.Dengan daring, maka perguruan tinggi yang kerjasama bisa mengikuti.
“Untuk perguruan teknologi seperti ITN, maka mahasiswa bisa ikut daring di PENS, misalnya,” pungkas Widyo.
Sebelum meninggalkan ITN Didampingi Rektor ITN, Sekretaris LL Dikti Jatim ini melakukan penanaman pohon palem merah secara simbolis. Rencananya akan ditanam ratusan pohon di lingkungan kampus dalam Program Pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru ( PKKBM ) 2019.(*) ( JKW )