Sang Pendiri ITN Malang ‘BX Soeherman’ Berpulang Diusianya ke 86
Foto: Jenasah Almarhum BX Soeherman disemayamkan di Aula ITN sebelum diberangkatkan ke Makam
Senin, 11 Mei 2020
Malangpariwara.com –
Salah satu pendiri ITN Malang, BX Soeherman (86), meninggal dunia, Minggu (10/5/2020).
Acara pelepasan almarhum yang biasa disapa Soeherman ini, dilakukan di aula Kampus 1 ITN Malang, di Jalan Bendungan Sigura-gura, Kota Malang, Senin (11/5/2020).
Suasana berkabung pagi itu, menyelimuti Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang.
Dimata anak anaknya, almarhum yang mempunyai 7 anak dan 14 cucu serta 6 cicit ini adalah sosok orang tua yang baik dan disiplin, memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan cita-cita mulianya, yaitu mencerdaskan kehidupan anak bangsa.
Lebih dari setengah abad, Pria kelahiran Dampit, Kabupaten Malang pada 1 Oktober 1933 ini, bersama rekan-rekannya yang telah lebih dulu berpulang (Siswo Atmowidjojo, Gonowiyadi dan Iswandi Kartasentana), berjuang mewujudkan cita-cita bersama hingga lembaga-lembaga ini tetap eksis sampai saat ini.
“Ayah kami sudah sakit selama 1,5 bulan lalu. Wasiat beliau, selalu titip agar lembaga ini tetap dijalankan. Kami berterima kasih pada semuanya atas bantuan doa dan moril sejak almarhum sakit. Atas nama keluarga, kami mohon maaf jika ada yang kurang berkenan,” ungkap Maria Angelina Herawati Ekorini, anak pertama almarhum.
Sementara itu, Ketua P2PUTN, Ir Kartiko Ardi Widodo MT, sangat menaruh hormat dan apresiasi setinggi-tingginya kepada almarhum. Meski berusia lanjut, semangat dan daya kritisnya patut ditiru pengurus P2PUTN, dosen, kepala sekolah, mahasiswa dan siswa saat ini. Terutama cara kekeluargaan dalam menyelesaikan masalah.
P2PUTN sendiri adalah (Perkumpulan Pengelola Pendidikan Umum dan Teknologi Nasional), selain ada ITN, juga ada SMP, SMA dan SMK Nasional.
Dimata Kartiko, meski Almarhum telah berumur lanjut, namun BX Soeherman selalu update perkembangan terkini.
“Saat Covid-19 melanda, beliau menanyakan bagaimana program kampus, model perkuliahannya, dan lainnya. Beliau suka diskusi dan interaksi. Sejak memulai pekerjaan sebagai guru, banyak orang yang menganggap beliau itu sebagai sahabat, kolega, juga orang tua yang kerap memberi nasihat. Dan kami merasa seperti kehilangan orang tua,” kenang Kartiko.
Selama hidupnya, almarhum selain aktif di bidang pendidikan, juga aktif di bidang politik, kemasyarakatan dan kerohanian. Tak ayal, pria sempat terjun sebagai Ketua Partai Demokrasi Indonesia Kabupaten, pemrakarsa RT/RW di sebelah Selatan Lapas Lowokwaru, dan Ketua Dewan Paroki Celaket Keuskupan Malang.( JKW )