MMD UB Tingkatkan Kualitas Pendidikan Melalui Literasi dan Digitalisasi Sumber Belajar di Desa Tenggerwetan

Senin, 31 Juli 2023
Malangpariwara.com –
Diluncurkannya Program KKN dengan bentuk MMD (Mahasiswa Membangun Desa) oleh Universitas Brawijaya yang dikomandani oleh LPPM-UB (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat – Universitas Brawijaya) memberi konstribusi nyata pada masyarakat pedalaman yang masih perlu pendampingan untuk terus meningkatkan taraf hidupnya dari berbagai sisi seperti pendidikan, religiusitas, karakter, pertanian, peternakan, pelestarian lingkungan dan ekonomi.
Dengan adanya program hibah pengabdian kepada masyarakat strategis 1000 desa, kelompok pengabdian yang diketuai Khalid Rahman, S.Pd.I., M.Pd.I. yang beranggotakan Dr. George Towar Ikbal Tawakkal, M.Si., Albar Adetary Hasibuan, M.Phil., dan Ahmad Zaki Fadlur Rohman, S.IP., M.A. melaksanakan program peningkatan kualitas pendidikan melalui literasi dan digitalisasi sumber belajar berbasis Kurikulum Merdeka.
Program ini awalnya akan dilaksanakan di Masjid desa Tenggerwetan karena kondisi yang kurang kondusif, maka program dilaksanakan di SDN Tenggerwetan 1 No. 453 dengan ijin pak Imam selaku Kepala Sekolah.
Pada pelaksanaan peningkatan kualitas pendidikan yang dibutuhkan menurut Pak Imam yaitu terkait pendalaman P5 (Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila) yang mengarah pada pendidikan karakter sebagai warga bangsa negara Indonesia. Pendidikan tidak sekedar sederet nilai-nilai angka pada rapot peserta didik, namun lebih pada nilai karakter sebagai warga negara yang baik dalam menyongsong kemajuan bangsa, masyarakat yang beradab dan menjunjung tinggi keadilan sosial.
Sebagai mana termaktub pada lirik lagu P5 yaitu pelajar Pancasila beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Esa dan Berakhlak Mulia, Ber-Kebhinnekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Kreatif dan Bernalar Kritis.
Ada beberapa kendala yang dihadapi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di desa Tenggerwetan salah satunya adalah sinyal selular dari berbagai provider yang tower pemancarnya belum ada satu pun.
Masyarakat desa Tenggerwetan mendapatkan sinyal selular hanya mengandalkan jaringan wifi yang dijualbelikan berbentuk voucher oleh usahawan lokal yang sinyalnya terbatas.
Masyarakat dan Guru-guru di sekolah berharap ada provider selular yang memasang tower pemancarnya di desa Tenggerwetan.
Dengan keterbatasan akses internet yang ada Tim Dosen Pengabdian menawarkan untuk memperbesar bandwidth yang ada terutama untuk sekolah. Namun pihak sekolah SDN Tenggerwetan 1 yang diwakili Pak Teguh mengatakan bahwa usaha itu sudah dilakukan namun tidak membuahkan hasil yang baik, seolah ada monopoli ketersediaan jual beli sinyal wifi. Maka usaha awal yang mampu diberikan oleh Tim Pengadian adalah menambah router yang ada di sekolah agar sinyal wifi yang ada bisa terjangkau dengan luas.
Tim Dosen Pengabdian akan berkirim surat untuk para provider agar merespon baik keresahan masyarakat dan guru-guru terkait sinyal selular terutama untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berbasis digital dan internet.
Jika dilihat dari kondisi Pendidik atau Guru di SDN Tenggerwetan 1 sudah luar biasa mereka memiliki potensi yang kreatif salah satunya sudah berusaha membuat website sekolah tenggersatu.id namun dukungan infrastuktur harus terus ditingkatkan agar mereka tetap semangat mendidik generasi penerus bangsa.
Dengan segala kondisi Tim Pengabdian kepada masyarakat 1000 desa tidak patah arang. Kami mendatangkan Pelatih Kurikulum Merdeka tingkat nasional yaitu pak Galih Puji Mulyoto, M.Pd. dan Tutor PPG (Pendidikan Profesi Guru) untuk mendampingi pembuatan modul ajar dan modul proyek, yang tentunya diawali dengan penyusunan capaian pembelajaran, tujuan pembelajaran dan alur tujuan pembelajaran hingga merancang pembelajaran dan jadwal pelajaran.
Karena kurikulum merdeka adalah urgen untuk mendongkrak kualitas pendidikan setelah menghadapi krisis Pandemi Covid-19, ancaman konten negatif di dunia digital, tekanan finansial di institusi pendidikan, akses digital di semua industri dan pembaharuan keterampilan di dunia digital yang membutuhkan cyber security (Analisa Kearney).
Lanjut kata Pak Galih, kurikulum merdeka menghantarkan anak didik siap menghadapi tantangan zamannya dengan tetap mewarisi nilai dan budaya karakter bangsa Indonesia, hingga siap memerankan diri di zamannya dengan tetap religius dan rahmatan lil ‘alamain.
Pada prinsipnya kurikulum merdeka itu sederhana, fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik, fleksibel, selaras, bergotong royong, dan memperhatikan hasil kajian serta umpan balik, begitu ujar Pak Albar Adetary Hasibuan yang juga dosen Pancasila di Universitas Brawijaya.
Dari pelatihan dan pendampingan yang diberikan oleh Tim Dosen Pengabdian kepada masyarakat strategis 1000 desa, akan menghasilkan luaran modul, perbaikan website sekolah dan aplikasi android untuk akses sumber belajar berbasis kurikulum merdeka.
Harapan tim juga agar Universitas Brawijaya bisa membangun kerjasama berkelanjutan untuk terus memajukan desa Tenggerwetan kecamatan Kerek kabupaten Tuban, tidak hanya pada aspek pendidikan tetapi juga aspek yang lainnya.(Djoko W)