7 Februari 2025

Universitas Brawijaya Melantik Sembilan Profesor dari Berbagai Lingkup Kajian Ilmu

c1_20241219_15561116

Kamis, 19 Desember 2024

Malangpariwara.com – Universitas Brawijaya hari ini kembali kukuhkan sembilan profesor baru.

Dalam prosesi pengukuhan yang dilaksanakan pada Kamis, (19/12/24), UB melantik sembilan profesor dari berbagai lingkup kajian ilmu. 

Kesembilan Profesor itu diataranya :
1.Prof. Iwan Permadi (FH),
2.Prof. Suryadi (FIA),
3.Prof. Yulia Nuraini (FP),
4.Prof. Siti Azizah (Fapet),
5.Prof. Wisnu B (FK),
6.Prof. Dr.Eng. Ir. Yulvi Zaika, ST, MT,
7.Prof.Dr. Ir. Sandra Malin Sutan, MP. IPM :
8.Prof. Dr. Sony Sukmawan,
9.Prof.Dr. Ir. Joni Kusnadi, M.Si,

Dalam orasi ilmiahnya, Prof. Dr.Eng. Ir. Yulvi Zaika, ST, MT memaparkan penelitiannya dengan judul ” Pemanfaatan Limbah Bangunan untuk Penguatan Tanah Lunak” .

Menurutnya Tanah lunak adalah tanah yang mempunyai daya dukung yang rendah dan mudah mampat akibat beban, sehingga perlu upaya untuk meningkatkan kekuatannya. Sebelum dimanfaatkan untuk konstruksi, tanah lunak harus melalui proses pembebanan terlebih dahulu. Salah satu cara yang bisa dimanfaatkan untuk pembebanan ini adalah dengan memanfaatkan beton yang di daur ulang menjadi kolom granular. Kolom ini berfungsi untuk meneruskan beban dari struktur atas ke lapisan bawah yang bernama Geosynthetic-encased Geofoam Recycle Concrete Column (GEGRCC).

Yulfi dikukuhkan sebagai profesor dalam bidang ilmu Modifikasi Geo Material dan Geo Lingkungan. Ia merupakan profesor ke-30 dari Fakultas Teknik dan ke-401 dari seluruh profesor yang dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Prof.Dr. Ir. Sandra Malin Sutan, MP. IPM : meneliti Pengawasan Mutu dan Keamanan Pangan menggunakan Sistem INDEV.

Evaluasi mutu hasil pertanian dan keamanan pangan sangat penting untuk mencegah gangguan kesehatan akibat makanan. Saat ini, evaluasi mutu buah atau sayur sering dilakukan dengan metode destruktif, sementara analisis mutu pangan umumnya membutuhkan pengiriman sampel ke laboratorium.

Salah satu metode yang ditawarkan oleh Sandra adalah menggunakan sistem Intelligence Non-Destructive Evaluation (INDEV). Sistem ini menggunakan teknologi yang mampu mendeteksi dan memprediksi kerusakan serta kandungan pangan tanpa merusak sampel. 

“Metode tradisional, seperti analisis destruktif, tidak hanya merusak produk tetapi juga seringkali tidak representatif untuk seluruh batch, sehingga meningkatkan risiko distribusi produk dengan kualitas tidak konsisten. Oleh karena itu, diperlukan sistem yang mampu mengevaluasi bahan pangan secara non-destruktif, efisien, dan akurat”, jelas Sandra.

Sandra merupakan profesor dalam bidang ilmu Teknik Pengolahan Pangan dan Pasca Panen. Ia merupakan profesor ke-24 dari Fakultas Teknologi Pertanian dan ke-394 dari seluruh profesor di Universitas Brawijaya. 

Prof. Dr. Sony Sukmawan merupakan profesor dari Fakultas Ilmu Budaya di bidang Ilmu pembelajaran Sastra Lingkungan.

Ia Profesor aktif ke 1 di Fakultas Ilmu Budaya dan Profesor aktif ke 222 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 397 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Prof Sony menyampaikan naskah pidatonya dengan judul Model Susastra Cahaya: Merintis Pembelajaran Sastra Ekoteologis Untuk Peradaban Susastra Pascahumanis. Model susastra ini mengkaji narasi dan puitika tentang Tuhan sebagai keindahan tertinggi sekaligus sumber tunggal segala bentuk turunannya. 

“Model ini (Susastra Cahaya) merupakan refleksi kritis terhadap ekokritik sastra, ia merupakan metakritik potensi laten tabiat sekularistik,” ungkapnya.

Prof.Dr. Ir. Joni Kusnadi, M.Si merupakan profesor di bidang Bioteknologi Keamanan Pangan dari Fakultas Teknologi Pangan. Ia merupakan Profesor aktif ke 23 di Fakultas Teknologi Pertanian dan Profesor aktif ke 219 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 394 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Pada pengukuhan profesornya, ia memperkenalkan Halal Care Kit Real-Time PCR (Polymerase Chain Reaction ).

Ini merupakan alat yang dapat mendeteksi DNA Babi dalam bentuk asli maupun olahan yang dapat bersaing dengan produk impor. 

“Kit ini telah terbukti spesifik dan efektif mendeteksi kontaminasi maupun adulterasi spesies non halal pada suatu produk,”ungkapnya. 

Selain itu ia meyakini, kit yang terdiri dari tiga komponen ini yakni Primer spesifik, buffer PCR, serta Internal positive control lebih ekonomis. Pengguna lebih diuntungkan secara harga dibanding menguji di laboratorium  untuk sertifikasi halal. 

Kit-kit REAL-TIME PCR yang ada saat ini mempunyai harga sekitar Rp. 12 juta untuk 50 reaksi sampai Rp. 32 juta untuk 100 reaksi. Oleh karena itu, untuk mengurangi ketergantungan pada impor diperlukan pengembangan kit REAL-TIME PCR dengan primer yang didesain khusus untuk mengenali DNA Babi.
Namun, kit ini masih terus mengalami pengembangan karena penggunaannya hanya bisa digunakan di dalam laboratorium yang memiliki  mesin REAL-TIME PCR serta operator yang mampu menggunakannya.

Proses deteksi menggunakan kit ini memerlukan waktu sekitar 2,5 hingga 3 jam. Sehingga kedepannya masih ada tuntutan pengembangan rapid test berbasis DNA yang lebih sederhana dan waktu penggunaanya lebih singkat. ( Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *