22 Maret 2025

UB Tambah Profesor Baru Lintas Ilmu Dikukuhkan Hari Ini

IMG-20250225-WA0134

Prosesi pengukuhan guru Besar di UB (istimewa)

Selasa, 25 Februari 2025

Malangpariwara.com – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan sejumlah guru besar lintas ilmu. Ada tujuh profesor yang dikukuhkan di gedung Samantha Krida UB, Selasa (25/2/2025).

Dari tujuh gubes itu, empat diantaranya adalah Prof. Susilo sebagai guru besar
Bidang Perilaku Ketenagakerjaan,
Prof. Asihing Kustanti sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Pengelolaan Hutan, Prof. Lilik Purwanti Profesor dalam Bidang Ilmu Akuntansi Keperilakuan, dan Prof. Setyono Yudo Tyasmoro sebagai Profesor dalam Bidang Ilmu Pertanian Organik.

Empat Prof ini : Prof. Susilo, Prof. Asihing Kustanti, Prof. Lilik Purwanti, dan Prof. Setyono Yudo Tyasmoro (Djoko W)

Dalam pengukuhannya, Prof. Susilo menyampaikan pidato tentang “Model Pengembangan Tenaga Kerja Terintegrasi menuju s Transformasi Indonesia Emas 2045 dengan Hexa Helix”. Model ini memadukan paradigma ekonomi perilaku ketenagakerjaan, teknologi modern, dan kolaborasi lintas sektor untuk menciptakan tenaga kerja yang adaptif dan relevan dengan kebutuhan sektor hilirisasi.

“Dengan menggabungkan wawasan dari perilaku ekonomi, model ini mampu mengatasi tantangan ketidakselarasan keterampilan tenaga kerja dan kebutuhan sektor hilirisasi dengan cara yang lebih relevan dan adaptif,” kata Profesor aktif ke-32 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) ini.

Keunikan lainnya, sambung Prof. Susilo, pendekatan ini mengintegrasikan enam aktor utama: tenaga kerja, pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat/media, dan alam/lingkungan, untuk menciptakan ekosistem pelatihan yang inklusif dan berkelanjutan.

“Platform berbasis Internet of Things (IoT) dan Artificial Intelligence (Al) digunakan untuk memetakan kebutuhan keterampilan dan mengevaluasi keberhasilan program pelatihan. Model ini menawarkan fleksibilitas dalam desain, implementasi, dan evaluasi program pelatihan pembangunan kawasan agropolitan,” ujar Profesor ke-410 yang telah dihasilkan UB ini.

Ia berharap model Hexa Helix mampu menciptakan tenaga kerja unggul, mengurangi ketimpangan sosial, dan mewujudkan pembangunan berkelanjutan sebagai fondasi terwujudnya Indonesia Emas 2045.

Sementara Prof. Asihing Kustanti dalam orasi ilmiahnya berjudul “Brawijaya Smart People and Sustainable Forest (Brawijaya SPSF) Model Kelembagaan Pengelolaan Hutan Secara Berkelanjutan Sesuai Karakterisrik”.

Profesor aktif ke-33 di Fakultas Pertanian (FP) ini
merumuskan model pengelolaan hutan berkelanjutan yang mengintegrasikan sumber daya hutan, keterkaitan pemangku kepentingan dan aturan main.

“Brawijaya Smart People and Sustainable Forest, merupakan konsep keilmuan kehutanan dari Universitas Brawijaya, yang saat ini mengelola UB Forest seluas 544.74 hektar,” katanya.

Menurutnya, Model BrawijayaSPSF melengkapi pembahasan secara holistik terkait kinerja pengelola kawasan hutan yang berorientasi pada aturan main, sosial, ekonomi, dan karakteristik hutan.

“Interaksi manusia dengan hutan sangat beragam, bergantung pada karakter hutan dan posisinya di muka bumi. Sedangkan manusia sebagai aktor sangat ditentukan oleh pikiran, sikap dan aktivitas dengan keberadaan hutan. Sementara itu, peran pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan secara ilmiah pun berbeda-beda, tergantung pada karakteristik hutan,” ujarnya.

“BrawijayaSPSF) merupakan jawaban bagaimana seharusnya aktor berperilaku dan bertindak dalam mencapai keberlanjutan pengelolaan hutan sesuai dengan karakteristiknya,” imbuhnya.

Sedangkan Prof. Lilik Purwanti menyampaikan orasi ilmiah berjudul “WETON-HEPTAGON MODEL (WHM): Pendekatan Baru dalam Deteksi Fraud Berbasis Kearifan Lokal”. Penelitian ini merupakan pengembangan dari Fraud Hexagon Theory yang mengintegrasikan kearifan lokal dalam deteksi fraud.

“WHM menambahkan Weton atau perhitungan hari kelahiran dalam tradisi Jawa sebagai elemen ketujuh, melengkapi enam komponen konvensional yang terdiri dari tekanan, peluang, rasionalisasi, kemampuan, arogansi, dan kolusi,”
ujarnya.

Prof. Lilik menyebut, WHM memberikan beberapa keunggulan praktis yaitu memungkinkan organisasi mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih efektif dan terpersonalisasi, memfasilitasi identifikasi dini terhadap karyawan yang berpotensi melakukan fraud.

“Selain itu memperkaya rangkaian strategi mitigasi fraud dengan dimensi kultural yang relevan. Yang terakgir Memberikan kerangka analisis yang lebih komprehensif dalam manajemen risiko fraud,” kata dia.

Kemudian Prof. Setyono Yudo Tyasmoro menyampaikan orasi Ilmiahnya berjudul “AGRO-SINERGI: Optimalisasi Pupuk Organik dan Anorganik untuk Pertanian Berkelanjutan”. Ia menjelaskan bahwa, dibandingkan dengan sistem pemupukan tradisional, strategi ini menunjukkan efisiensi nitrogen yang lebih tinggi, peningkatan kesuburan tanah, serta penurunan emisi NO hingga 35-60%.

“Meskipun pupuk organik memiliki laju pelepasan nutrisi yang lebih lambat, kombinasi dengan pupuk anorganik menghasilkan produktivitas tanaman setara atau lebih tinggi dibandingkan penggunaan pupuk anorganik saja,” ungkapnya.

Kebaruan dari konsep ini terletak pada pengoptimalan pemanfaatan bahan organik lokal, seperti Azolla, limbah pertanian, dan kotoran hewan yang mendukung siklus nutrisi alami yang disinergikan dengan pupuk anorganik.

“Konsep ini tidak hanya ekonomis, tetapi juga ramah lingkungan, menjadi solusi strategis untuk sistem pertanian berkelanjutan,” tandasnya.(Djoko W)