2 Agustus 2025

Wisata Kali Talang Sinergi Bumdes Sejahtera Bululawang, Untuk Tingkatkan Ekonomi

IMG-20221208-WA0107

Caption : Kondisi Kali Talang Bululawang hasil kerja sama dengan Bumdes sejahtera.(Yon)

Jum’at, 8 Desember 2022

Malangpariwara.com – Pemerintah Desa Bululawang Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang memiliki peninggalan kolonial yang cukup banyak, seperti bangunan, taman, jalur rel maupun jembatan.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda dibangun salah satu tumpuan penyokong bagi perekonomian pemerintah Hindia Belanda waktu itu dengan membangun saluran irigasi yang ikonik atau warga Bululawang menyebutnya KalibTalang untuk kebutuhan perkebunan-perkebunannya.

Perkebunan-perkebunan besar yang ada di Kabupaten Malang pada waktu itu antara lain meliputi tebu, kopi, karet, dan teh.

Hasan Bashori, Kepala desa Bululawang menjelaskan, bahwa peninggalan-peninggalan masa Hindia Belanda yang kehadirannya berkenaan dengan adanya kepentingan bagi perkebunan-perkebunan itu masih berdiri kokoh seperti Jembatan Talang Bululawang (Waterbrug te Boeloelawang bij Malang).

Jembatan Talang sebenarnya merupakan jembatan untuk mengalirkan air irigasi melewati lembah atau Sungai (Kali) Manten. Warga setempat menyebutnya dengan talang air. Sehingga, akhirnya nama jembatan itu dikenal dengan Jembatan Talang.

Jembatan Talang ini dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1904/1905, setelah Jembatan Talang Kepanjen (Waterbrug te Kepanjen bij Malang).

Daerah Irigasi Kedungkandang merupakan daerah irigasi yang terletak pada Daerah Pengaliran Sungai Amprong, dengan luas daerah pengaliran sungai seluas 94,41 Km².

Daerah Irigasi Kedungkandang meliputi 5 kelurahan di Kota Malang dan 25 desa di Kecamatan Bululawang dan Gondanglegi.

Pembangunan Irigasi oleh Belanda di Kedungkadang beserta Jembatan kali Talang ini bertujuan untuk mengatasi kelangkaan air di daerah Bululawang dan Gondanlegi.

Karena kedua kecamatan tersebut tanahnya kering, tanamannya banyak yang tumbuh kurang optimal dan kekeringan sehingga mengakibatkan tanaman tersebut mati .

Hasan Bashori menambahkan, Pemerintah Hindia Belanda menyadari, jika tanaman tebu itu bisa berkembang baik dan subur tentunya akan menghasilkan kualitas hasil yang baik pula apabila ditopang dengan saluran irigasi yang memadai.

Jembatan kali Talang Bululawang lebih panjang ukurannya mencapai 100 meter dengan ditopang oleh 5 pilar terbuat dari batu bata setinggi 50 meter. Dari 5 pilar itu dihubungkan dengan 7 lengkungan, sehingga kesan arsitektur kolonialnya begitu menonjol ditengah keasrian di lingkungan sekitarnya yang menghijau.

Lebar saluran air yang di atas jembatan tersebut sekitar 3 meter dengan kedalaman 1 meter, dan yang berada di sebelah timur diberi pagar terbuat dari besi. Sehingga, badan saluran air di sebelah timur bisa digunakan untuk menyeberang penduduk antar desa.

“ujung jembatan di sebelah utara masuk wilayah Desa Bululawang, dan ujung selatan jembatan masuk dalam Dusun Krapyak Jaya, Desa Krebet Senggrong, ” ungkapnya.

Keunikan, dan kelangkaan bangunan, Jembatan Talang Bululawang ini berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata andalan, baik wisata heritage maupun alam. Karena tidak banyak daerah di Indonesia yang memiliki spot wisata seperti jembatan ini. Terlebih keberadaannya yang masih berada di lingkungan yang sangat asri dan natural ini.

Harapanya,wisata kali talang sebagai peninggalan jaman kolonial bisa meningkatkan perekonomian juga bisa berfungsi mengairi lahan pertanian di malang selatan.

Dalam peningkatkan ekonomi warga, bersama pemdes berusaha untuk menjadikan icon wisata edukasi akademi, disamping merawat juga mengoptimalkan sebagai wisata dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat, dibawah naungan bumdes sejahtera bululawang menjadi satu kawasan dengan rest area Jalan Lingkar Bululawang (JLB).(Yon)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *