Gandeng ITN Malang Kemenristekdikti RI Gelar Pelatihan Peningkatan Paten dan HAKI
Kepala Subdirektorat Valuasi dan Fasilitasi Kekayaan Intelektual Ristekdikti, Juldin Bahriansyah. (Foto: Djoko Winahyu/Malangpariwara)
MALANG – Untuk yang kesekian kalinya ITN Malang menjadi tuan rumah pelatihan Pemanfaatan Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat yang di selenggarakan Kemenristekdikti RI.
Kepala Subdirektorat Valuasi dan Fasilitasi Kekayaan Intelektual Ristekdikti, Juldin Bahriansyah menyampaikan bahwa penelitian berpaten atau memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) Indonesia ternyata masih tertinggal jauh oleh negara Asia Timur.
“HAKI Indonesia masih kalah dengan negara Asia Timur, yakni Jepang, Cina dan Korsel. Namun, menduduki peringkat pertama, sedangkan pada publikasi berada di peringkat kedua kalah dengan Malaysia,” kata Juldin Bahriansyah, Rabu (3/6/2019).
Berdasarkan data Kemenristekdikti RI pada tahun 2018, Indonesia menduduki peringkat dua dengan 30.924 publikasi, sedangkan Malaysia 31.968 publikasi, dan menyalip posisi Singapura 22.081 publikasi di posisi ketiga.
“Publikasi penelitian kita berada di angka 30 ribu, sementara penelitian berpaten di angka 2.800. Rencananya, Pemerintah akan menargetkan jumlah paten harus melebihi jumlah publikasi internasional. Kita optimis bisa,” katanya.
Ia mengatakan jika pemerintah akan meniru Jepang yang menduduki peringkat pertama, jumlah paten harus dua kali dari jumlah publikasi. Namun, untuk saat ini Kemenristekdikti RI masih memprioritaskan publikasi, sementara paten belum menjadi prioritas yang sama.
“Itu masih jadi rencana. Jika publikasi sudah cukup baik, kami bisa beralih di bidang paten, mungkin kami bisa mengejar model tersebut,” terangnya.
Untuk peningkatan paten, Kemenristekdikti RI terus menggenjot paten dengan menggelar pelatihan. Salah satunya dengan menggelar pelatihan Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dengan tuan rumah ITN Malang, di The Shingasari Resort, Kota Batu, Jawa Timur.
Sementara itu, Rektor ITN Malang, Kustamar menyampaikan pihaknya menyambut optimis kegiatan dari Kemenristekdikti RI. Ia pun mengaku pihaknya akan mendorong civitas akademika ITN untuk mengurus paten.
“Dosen yang telah memiliki paten telah merasakan hasil penelitian yang telah diproduksi massal dan telah mendapatkan royalti. Selain demi perkembangan akademisi, di sisi lain kesejahteraan dosen ikut terangkat,” katanya.
Untuk publikasi sendiri, ITN sesuai dengan visinya, yakni teknologi terapan, sehingga konsentrasinya produk berupa alat. Saat alat tersebut dibutuhkan dan diproduksi massal, secara otomatis berdampak positif bagi dosen untuk kesejahteraan.
Sebagai informasi, dalam pelatihan pemanfaatan hasil penelitian dan pengkajian pengabdian masyarakat oleh Sentra HAKI Kemenristekdikti RIini diikuti oleh 79 peserta dosen dari berbagai perguruan tinggi, universitas, dan institut di Indonesia.(JKW)