UB Kukuhkan Empat Profesor dari Fakultas Pertanian, FISIP dan FEB

Kamis, 22 Februari 2024
Malangpariwara.com – Universitas Brawijaya kembali menambah empat Guru Besar (Profesor) dari Fakultas Pertanian, FISIP dan FEB.
Keempat profesor yang di kukuhkan kemarin, Rabu(21/02/24) itu antara lain; Prof Dr Ir Sitawati M.S.; Prof. Dr. Ali Maksum., M.Ag.,M.Si; Prof. Dr. Ir. Nur Edy Suminarti,MS dan Prof. Dr. Wuryan Andayani, S.E., Ak., M.Si.

Prof. Dr. Ir. Sitawati, M..S dikukuhkan sebagai profesor pada bidang Ilmu Holtikultura. Dalam pidato ilmiahnya Ia membacakan naskah pidato dengan judul “Holtikultura Lanskap Model 3E (Estetika-Ekologis-Ekonomis) sebagai Solusi Kenyamanan Lingkungan Perkotaan.
Menurutnya, Hortikultura Lanskap merupakan bagian dari ilmu Hortikultura yang khusus mempelajari tentang penataan tanaman untuk mengatur dan mendapatkan lingkungan yang estetik.
Hortikulura Lanskap Model 3E (Estetika-Ekologis-Ekonomis), merupakan pengembangan dari hortikultura lanskap yang menambahkan nilai ekologis dan ekonomis.
“Hortikultura Lanskap 3E menjadi penting mengingat pada saat ini populasi penduduk di perkotaan meningkat dengan perkiraan sekitar 53% penduduk bertempat di perkotaan. Maka kebutuhan lingkungan tidak hanya estetika dengan tampilan bentuk, struktur vegetasi dan arsitektur tanaman yang indah, namun juga ekologis dan ekonomis.,” tandasnya.

Sementara Profesor Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si. sebagai Profesor aktif ke 4 di Fakultas llmu Sosial dan llmu Politik (FlSlP) dan Profesor aktif ke 209 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 372 dati seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.
Prof Maksuma mengangkat judul naskah pada pengukuhan profesornya yakni Model Transformasi Sosial Profetik Untuk Masyarakat Sipil Berkeadaban.
Ia menyampaikan model transformasi sosial profetik muncul sebagai respon atas kegelisahan kondisi sosial.
Persoalan fragmentasi sosial, kesenjangan, konflik, dan krisis lingkungan hidup di basis akar rumput mendesak untuk ditemukannya solusi aktual dan implementatif.
Dikatakannya, Kejadian di akar rumput sejak lahirnya Reformasi dimulai dari kontestasi politik yang telah mempolarisasi masyarakat pada dimensi politik dan ekonomi. Selain itu kesenjangan ekonomi di Indonesia yang dilaporkan World Inequality Report pada tahun 2022 yang tidak berubah selama dua dekade terakhir.
Respon atas persoalan tersebut hadir dalam gagasan model transformasi sosial profetik. Model transformasi ini beranjak dari refleksi kritis dan elaborasi konsepsi antara transformasi sosial dan nilai profetik.
Unsur-unsur pembentuk model ini terdiri dari integrasi antara nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat sipil dan nilai-nilai profetik. Unsur-unsur tersebut dapat bekerja secara baik apabila didukung oleh pilar-pilar perubahan yang terdiri dari tiga elemen: struktur, kultur, dan agen pada dimensi sosial makro, meso, dan mikro.
“Melalui model transformasi ini diharapkan terbangun relasi sosial masyarakat sipil yang berkeadaban,” pungkas Profesor Dr. Ali Maksum, M.Ag., M.Si.

Prof. Dr. Ir. Nur Edy Suminarti,MS berkesempatan membacakan pidato ilmiahnya berjudul Metode PM-BWEB Untuk Pengembangan Tanaman Talas Dompol Di Lahan Kering.
Menurut Prof Suminarti, umbi talas sebagai bahan pangan fungsional, terutama untuk penderita diabet. Tanaman talas dompol biasanya ditanam petani pada awal musim penghujan dengan mengikuti budaya lokal menggunakan sistem kalender pranoto-mongso tradisional (PMT).
Prof. Dr. lr. Nur Edy Suminarti, M.S. sebagai Profesor aKif ke 34 di Fakultas Pertanian (FP) dan Profesor aKif ke 210 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 373 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya.

Prof. Dr. Wuryan Andayani, S.E., Ak., M.Si. sebagai Profesor aKif ke 29 di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) dan Profesor aktif ke 211 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesot ke 374 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya ini membacakan pidato ilmiahnya tentang Octuple Bottom Line (OBL) Sebagai Instrumen Untuk Mendukung Terciptanya Keberlanjutan Kesejahteraan Bumi Dan Manusia.
Dijabarkan Prof Wuryan Andayani, bahwa Model keberlanjutan OBL merupakan sinergi dari Sustainable Development Goals, Triple Bottom Line (People, Planet, Profit/3P) dan Pentuple Bottom Line (2P, Phenotechonology, Prophet)
Pembangunan tidak hanya difokuskan pada pencapaian ekonomi, tetapi harus memperhatikan 8 (delapan) pilar pembangunan berkelanjutan lainnya.
“Nilai-nilai Octuple Bottom Line yang merupakan 8 (delapan) pilar Pembangunan berkelanjutan meliputi people, planet, profit, phenotechnology, prophet, power, peace-loving dan partnership,” urainya.
Delapan pilar pembangunan berkelanjutan melibatkan pencapaian ekonomi, sosial, lingkungan, kesadaran akan adanya Tuhan, spiritualitas, pentingnya teknologi informasi, dorongan kekuatan pikiran yang sehat, perdamaian dan keadilan, serta kemitraan.
Kondisi dunia saat ini terutama di forum Dewan Keamanan PBB, Power, Peace-Loving, dan Partnership saling terkait satu sama lain dalam mengatasi konflik di negara-negara dan hubungan diplomatik antarnegara di dunia.
Power lebih menekankan pada kekuatan, dorongan, dukungan dari internal yaitu adanya pikiran positif dan sehat, Kesehatan mental yang baik dan jiwa yang bersih. Organisasi yang memiliki kekuatan internal untuk saling menghormati dan menghargai akan menciptakan kondisi yang positif sehingga bisa meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi.
“Kelemahan OBL adalah membutuhkan konsistensi, kesepakatan bersama dan waktu untuk bisa tercapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia yaitu tahun 2030 dan menuju Indonesia Emas tahun 2045,” tutupnya. (Djoko W)