11 Februari 2025

Puluhan Anak Down Syndrome Malang Raya Perform Bakatnya dalam Peringatan Hari Down Syndrome Sedunia

c1_20240303_13540764

Minggu, 3 Maret 2024

Malangpariwara.com – Mengambil tema ‘End the stereotype,’ untuk menghilangkan stigma negatif kepada anak down syndrome, Komunitas Words atau walk together and love people with down syndrome mengadakan peringatan hari down syndrome se dunia.

Even yang melibatkan anak anak berkebutuhan khusus down syndrome se Malang Raya ini di gelar di lantai 2 gedung Malang Creative Center pada Minggu (3/3/2024).

Unjuk kebolehan anak anak down syndrome se Malang Raya ini menampilkan pentas seni (Djoko W)

Puluhan anak down syndrome se Malang Raya ini menampilkan pentas seni dihadapan para orang tua dan pengunjungi MCC.

Pembina komunitas Words, Dr. dr. Ariani, M.Kes, Sp.A (K)., menjelaskan bahwa peringatan hari down syndrome sedunia atau world down syndrome day diperingati setiap 21 Maret. Namun, tahun ini diperingati lebih awal pada 3 Maret 2024 karena bersama dengan bulan Ramadan.

Pembina komunitas Words, Dr. dr. Ariani, M.Kes, Sp.A (K).(Djoko W)

Peringatan tahun ini mengusung tema ‘End the stereotype,’ untuk menghilangkan stigma negatif kepada anak down syndrome.

“We are people, treat as like people. Mereka juga manusia jadi perlakukan sama selayaknya manusia yang lain meskipun punya keterbatasan,” ungkap dokter dari Rumah Sakit Saiful Anwar tersebut.

dr. Ariani menjelaskan, anak down syndrome yang hadir sekitar 170 orang dari Malang Raya dengan berbagai usia mulai balita sampai usia 25 tahun. 50 orang diantaranya menampilkan berbagai seni, seperti pantomim, dance, perkusi, angklung, tari bantengan, dan fashion show.

“Dengan acara ini mereka punya kelebihan yang bisa dilatih dan ditunjukkan pada semua orang. Words berharap kepedulian dari seluruh masyarakat agar membantu down syndrome bersosialisasi dan mendapat fasilitas seperti yang lain, baik pendidikan, kesehatan, atau fasilitas umum lainnya,” tegas dosen FK Universitas Brawijaya ini.

Dijelaskannya, komunitas words adalah komunitas pemerhati anak down syndrome di Malang Raya. Komunitas ini juga terbuka untuk semua anak down syndrome karena ada anggota yang berasal dari luar Jawa.

“Untuk perhatian pemerintah sejak beberapa tahun terakhir, alhamdulillah kami selalu melibatkan komunitas. Ketika ada Musrenbang untuk disabilitas kita diberi wadah untuk saran dan masukan tentang berbagai hal yang perlu dilakukan pemerintah,” ujarnya.

dr. Ariani menuturkan bahwa sejak lahir anak down syndrome memiliki keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu, harus dibimbing dengan terapi agar anak tidak terlambat.

“Biasanya anak down syndrome 1 sampai 6 tahun terlambat daripada anak pada umumnya. Jadi orang tua harus ekstra memberikan terapi dan pelatihan. Down syndrome ini sebenarnya bisa terdeteksi dari saat di USG, misalnya adanya lipatan tertentu atau ada adanya kelainan pada jantung,” katanya

Meski begitu, Anak down syndrome sangat sensitif dan humble, mereka mudah beradaptasi dengan orang baru. Tak hanya pendampingan anak, tetapi komunitas Words membantu orang tua agar lebih siap menghadapi anak down syndrome.

“Komunitas ini untuk orang tua agar lebih terbuka dan tidak merasa malu atau bahkan mengucilkan anaknya. Kita ingin membangun stigma positif bahwa punya anak down syndrome bukan aib atau hal memalukan. Apalagi bisa dikatakan anak down syndrome tidak punya dosa dan punya berbagai kelebihan,” kata Ariani menutup.

Sementara itu, Titik Hidayati, ibu dari anak down syndrome bernama Faza yang berusia 13 tahun menceritakan kisahnya. Pada usianya saat ini sang anak sudah dapat dikondisikan. Sejak kecil sekitar usia 1 tahun, Faza terus dilatih dan dibiasakan agar dapat berkomunikasi secara lancar.

“13 tahun lalu saat lahir kami sempat bingung, sempat merasa kurang menerima. Alhamdulillah seiring berjalannya waktu kita bisa menerima. Anak saya sekarang punya hobi menari dan fashion show, sudah ikut berbagai event fashion show tingkat Jawa Timur dan nasional,”

Nurul warga Bandulan GG 1 orang tua dari Ahmad Ferdaus.(Djoko W)

Selain itu orang tua lain dari anak down syndrome bernama Ahmad Firdaus mengatakan bahwa sang anak punya jiwa sosial yang bagus. Ia pandai bersosialisasi dengan orang baru dari berbagai jenjang usia berbeda.

“Saya yakin ciptaan Allah tidak ada yang minus, semua plus, tinggal orang tua harus bisa menguatkan sisi plusnya itu. Anak saya ini tidak bisa minum obat, jadi sampai sekarang tidak pernah ke dokter, saya menggunakan penyembuhan secara religius,” imbuh Nurul, perempuan paruh baya asal Bandulan.

Anaknya yang kini berusia 19 tahun punya bakat dalam seni terbangan, ia secara konsisten berlatih dengan banyak komunitas terbangan. Bahkan dalam seminggu, Ahmad Firdaus mampu berlatih terbangan dengan empat komunitas berbeda. (Djoko W)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *