Kampanye World Cancer Day 2025 Di RS Lavalette, Testimoni Penderita Sekeluarga Rela Gundul

Dalam rangka memperingati World Cancer Day 2025, RS Lavalette mengadakan seminar "Stress and Anxiety Management for Cancer Patients" untuk memberikan edukasi kepada pasien kanker dan masyarakat.(Djoko W)
Malang, 20 Februari 2025
Malangpariwara.com – Dalam rangka memperingati World Cancer Day 2025, Rumah Sakit Lavalette mengadakan seminar bertajuk “Stress and Anxiety Management for Cancer Patients” pada Kamis, 20 Februari 2025.
Acara ini berlangsung secara hybrid melalui Zoom dan dihadiri oleh pasien kanker, keluarga, serta masyarakat umum yang ingin mendapatkan edukasi terkait manajemen stres dan kecemasan bagi penderita kanker.

Acara ini menghadirkan beberapa pembicara, di antaranya Lebda Katodhia, S.Psi., M.Psi., Psikolog, yang merupakan Psikolog Klinis IHC RS Lavalette, serta Deni Dwiyanti, S.Si, seorang cancer survivor yang berbagi pengalaman dan motivasi bagi peserta. Acara ini didukung oleh berbagai sponsor seperti Ensure, BESINDO Gold, dan Young Living Essential Oils.
Dalam sesi wawancara dengan Direktur RS Lavalette, drg. Indra Gunawan, M.Kes., QHIA, beliau menekankan pentingnya layanan kesehatan holistik bagi pasien kanker.

“Kami menyediakan layanan cancer center yang mencakup skrining, vaksinasi, pemeriksaan laboratorium, hingga perawatan seperti pembedahan, kemoterapi, dan radioterapi. Pada 1 Maret 2025, kami juga akan meluncurkan layanan brachytherapy yang dapat diakses oleh pasien BPJS,” jelasnya.
“Berdasarkan dengan jam layanan dan juga kemampuan alat yang kami miliki, kurang lebih nantinya kami bisa melayani 8-10 tindakan,” imbuhnya.
“Harapan kami, melalui acara ini masyarakat bisa lebih mengenalkan layanan cancer center kami kepada masyarakat umum. Dan kami juga memberikan harapan bahwa pasien-pasien yang dirawat RS Lavalette tetap bisa menjalani perawatan rutin secara maksimal dan memiliki survival rate yang tinggi ke depannya,” tandasnya.

dr. Rafiq Sulistyo Nugroho, Sp.Onk.Rad (K).(Djoko W)
Sebelumnya Malangpariwara mendapatkan keterangan dari Dokter spesialis onkologi radiasi,
dr. Rafiq Sulistyo Nugroho, Sp.Onk.Rad (K). Dikatakannya, penyebab kanker adalah faktor risiko dari life style, usia di atas 50-60 tahun beresiko, kurang aktivitas fisik, obesitas, minum alkohol dan merokok.
“Sehingga masyarakat harus meningkatkan kesadaran untuk pencegahan, pengobatan, maupun terapi setelahnya,” tuturnya.
Namun demikian menurut Dokter Rafiq, pengobatan kanker sebenarnya tidak hanya dari sisi medis saja, tapi juga dari sisi mental juga. Bagaimana agar pasien itu tidak stres dan tetap mau berobat sehingga tidak memperparah penyakitnya.
“Jadi kalau seseorang itu stress, justru akan menurunkan imun atau daya tahan tubuhnya,” ungkapnya.

Sementara itu, Menurut Lebda Katodhia, S.Psi., M.Psi., Psikolog, yang merupakan Psikolog Klinis IHC RS Lavalette, mengatakan bahwa pasien kanker sering mengalami kecemasan dan stres yang berdampak pada efektivitas pengobatan.
“Pendekatan yang kami berikan kepada pasien adalah dengan menciptakan kenyamanan terlebih dahulu, memvalidasi perasaan mereka, dan secara perlahan mengajak mereka untuk lebih terbuka dengan pengobatan yang dijalani,” ujarnya.
Salah satu sesi yang paling menginspirasi adalah kisah Ibu Deni Dwiyanti, seorang survivor kanker yang juga menjadi pegawai RS yang setiap hari bergelut dengan pasien cancer tetapi Allah telah mencobanya dirinya ternyata di vonis dr positif cancer.
Setres berat ?ya …itu yang si rasakan pertama kali. Dengan penuh semangat keyakinan menjadi narasumber Ibu Deni Dwiyanti berbagi perjalanannya dalam menghadapi penyakit ini.
“Saya pertama kali didiagnosis pada 2009 dan menganggap hasilnya jinak. Namun, pada 2019 saya menemukan benjolan di tempat yang sama. Sejak saat itu, saya sadar pentingnya pemeriksaan rutin dan dukungan psikologis dalam menghadapi kanker,” ungkapnya.
Deni juga menekankan bahwa penyembuhan kanker tidak hanya bergantung pada pengobatan medis, tetapi juga mental yang kuat dan keikhlasan.
“Kita harus yakin bahwa Tuhan memberikan yang terbaik. Dukungan keluarga dan lingkungan sangat membantu dalam proses penyembuhan,” tambahnya.
Menjalani kemoterapi dapat dukungan penuh dari keluarga suami anak ketika rambut abis akibat Kemoterapi ternyata Ibu Deni tidak sendiri suami dan anaknya sekeluarga menunjukkan empati menggundul rambutnya.
“Ya …kami sekeluarga gundul ini yang membuat saya semangat untuk terus berjuang melawan Canser hingga saat ini dinyatakan bebas setelah diangkat. Dan kami punya Grub WhatsApp cancer survivor untuk berbagi pengalaman dan saling suport,” tandasnya.
RS Lavalette terus berupaya meningkatkan layanan bagi pasien kanker. Dengan peningkatan jumlah pasien yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur dan luar pulau, rumah sakit ini telah mengembangkan sistem reservasi melalui call center, WhatsApp, dan pendaftaran online.
Selain itu, layanan radioterapi dan brachytherapy menjadi salah satu keunggulan RS Lavalette.
Brakiterapi atau brachytherapy adalah perawatan yang menggunakan radiasi internal untuk pengobatan kanker dengan menempatkan sumber radiasi secara spesifik di dalam atau dekat tumor.
Umumnya brakiterapi dilakukan untuk menangani pasien kanker serviks, kanker pada kepala dan leher, kanker payudara, maupun kanker prostat. Dengan brakiterapi, pengobatan tumor atau kanker akan lebih terfokus dan efek samping dari radiasi akan lebih rendah.
Brakiterapi atau brachytherapy adalah perawatan yang menggunakan radiasi internal untuk pengobatan kanker dengan menempatkan sumber radiasi secara spesifik di dalam atau dekat tumor. Umumnya brakiterapi dilakukan untuk menangani pasien kanker serviks, kanker pada kepala dan leher, kanker payudara, maupun kanker prostat. Dengan brakiterapi, pengobatan tumor atau kanker akan lebih terfokus dan efek samping dari radiasi akan lebih rendah.
“Radioterapi adalah pemberian sinar radiasi eksternal, sementara brachytherapy adalah metode radiasi internal yang lebih tepat sasaran,” jelas drg. Indra Gunawan.
Dengan diadakannya kampanye ini, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya manajemen stres dan kecemasan dalam menghadapi kanker. Edukasi dan dukungan sosial menjadi faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker, sehingga mereka dapat menjalani pengobatan dengan lebih optimis dan semangat.(Djoko W)