Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga RW 07 Bugel, Karawaci Belajar Manajemen Kampung di WNS Go Green Malang
Jum’at, 14 Januari 2022
Malangpariwara.com –
Bangga senang susah bercampur aduk yang dirasakan Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga RW 07 Bugel, Karawaci Tangerang.
Pasalnya, tak semua warga kompak menanam Jahe sehingga masih kekurangan jahe untuk produk olahan yang kini menjadi ikon Kampung Jahe di Kota Tangerang.
Tak tanggung-tanggung, olahan jahe merah milik warga RW 07 bahkan sudah merambah hingga mancanegara.
Bukan cuma di dalam negeri, sudah di ekspor sampai Jepang. Berbagai produk olahan jahe yang diproduksi bisa menjadi minuman khas kalau ada wisatawan yang berkunjung ke Kota Tangerang atau Kampung Jahe.
Hal ini disampaikan Hanifah kepada Malangpariwara saat mengikuti pelatihan lanjutan di 3G Glintung Go Green kota Malang, bagaimana cara berinovasi sosial serta mendalami tentang manajemen kampung tematik.
Hanifah tidak sendiri melainkan bersama rombongan KSM ( Kampung Sejahtera Mandiri) Kota Tangerang langsung berkunjung ke kampung wisata subuh WNS Go Green RW 19 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing( Replikasi kampung konservasi air 3 G) binaan Ir.H. Bambang Irianto.
Lima perwakilan KSM ( Kampung Sejahtera Mandiri) Kota Tangerang dalam binaan Dinsos yang berkolaborasi dengan OPD terkait itu KSM Darling , Kel. Sudimara Jaya, Kec. Ciledug, Kota Tangerang; KSM Anthurium, Kel. Nambo Jaya, Kec. Karawaci, Kota Tangerang; Kampung Jahe, Kel. Bugel, Kec. Karawaci, Kota Tangerang; KSM Anggur, Kel. Uwung Jaya, Kec. Cibodas, Kota Tangerang dan Paguyuban UMKM Kec. Karawaci, Kota Tangerang.
Mengawali cerita, Hanifah Bowo warga RW 07 Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci Kota Tangerang itu menjelaskan bahwa kampung tematik yang di beri nama kampung jahe, adalah sebuah kampung di tengah Kota Tangerang bisa jadi rujukan bagi penggemar pengobatan herbal, khususnya jahe merah.
Kampung yang terletak di RW 07 Kelurahan Bugel, Kecamatan Karawaci, memang sudah bisa disebut sebagai Kampung Jahe.
Pasalnya di lingkungan yang menjadi salah satu kampung tematik itu terdapat sentra pengolahan dan budidaya jahe merah salah satu kampung tematik di Kota Tangerang yang telah berhasil dibentuk lewat Program Kampung Kita yang kini menjadi Kampung Sejahtera Mandiri(KSM).
“Program Kampung Kita adalah sebuah program yang mendorong masyarakat untuk memberdayakan kampung dan lingkungannya menjadi lebih baik,” kata Hanifah Bowo.
Masyarakat diajak untuk semangat memanfaatkan ruang terbuka hijau atau lahan yang tersisa di lingkungannya, termasuk halaman rumahnya sekalipun untuk di tanami berbagai tanaman atau pohon yang produktif utamanya jahe.
“Seperti diketahui, manfaat jahe merah sangat banyak, mulai dari menurunkan tekanan darah, pengobatan syaraf hingga menjaga daya tahan tubuh,” ungkap Hanifah.
Beberapa olahan jahe merah yang diproduksi oleh warga Kampung Jahe diantaranya sirup jahe, bubuk jahe seduh, dodol jahe, permen jahe, dan kripik jahe.
Ketua Kelompok Wanita Tani (KWT) Kenanga RW 07 Bugel, Karawaci ini mengatakan awal mula dijadikan kampung tematik Jahe karena di kampung itu ada yang mengolah bermacam olahan jahe.
“Tanaman jahe ini dikembangkan karena yang mengolah jahe ditempat tersebut membutuhkan bahan baku yang sangat banyak setiap harinya. Karena itu dikampung ini akhirnya diarahkan untuk pengembangan tanaman jahe,” sebutnya.
Dikatakan Hanifah, karena lokasi kampung jahe berada di daerah perumahan dimana halaman juga tidak ada. Karena itu budidaya tanaman jahe dilakukan dengan menggunakan pot atau karung.
Lebih lanjut menurutnya, selama masa pandemi permintaan jahe sangat melonjak. Disitulah kemudian orang banyak yang datang ke kampung jahe untuk melihat produk olahan jahe apa saja yang ada di kampung Jahe. Disana ada aneka produk jahe instan diantaranya jahe instan pegagan, jahe instan jahe putih, jahe instan jahe merah, permen jahe dan sirup jahe gula aren.
“Jadi pengunjung yang datang ke kampung jahe, kita kenalkan dengan berbagai olahan jahe. Kemudian kita ajak mereka keliling lingkungan dimana sebagian masyarakat memang ada yang menanam jahe,” terangnya.
Hingga saat ini, disampaikan Hanifah, aneka produk olahan jahe tersebut sudah dipasarkan di pasar halal Kobe Jepang. Karena kebetulan anak sekolah di Jepang dan coba memasarkan dan hasilnya ternyata bagus.
“Selain itu kami juga memasarkan produk olahan jahe secara online melalui market place,” sebutnya.
Sementara itu Hanifah mengaku banyak belajar dari hasil kunjungannya ke Kampung Wonosari Go Green yang juga merupakan salah satu kampung binaan Ir Bambang Irianto.
Menurutnya ia merasa terharu dengan cara penyambutan tamu yang ditunjukkan oleh warga Wonosari.
“Saya merasa terharu. Di saat kami yang bukan siapa-siapa ini datang ke Wonosari Go Green, kedatangan kami disambut dengan antusias sekali oleh masyarakat di Wonosari.
Terimakasih kami sudah diterima dengan baik,” ucapnya.
Disamping itu, Hanifah juga mengaku sangat terinspirasi dengan sosok Ir Bambang Irianto yang menurutnya telah berhasil membina sejumlah kampung tematik di berbagai daerah termasuk di Wonosari Go Green.
“Begitu kami mengenal Pak Bambang, dibukalah wawasan kami. Ternyata tidak hanya jahe saja yang bisa dikembangkan di tempat kami. Tapi juga budaya dan kebersamaan antar masyarakat bisa di ekspos ke luar,” tukasnya.
Yang sampai saat ini tidak bisa kita tiru dari pak Bambang bagaimana pak Bambang ( pak Guru) Pembina Lingkungan tingkat Nasional ini bisa merubah Mindset warganya untuk bersama sama sadar dan maju untuk membangun Indonesia dari lorong kampung.
” Saya bermimpi bisa mengajak warga masyarakat di Desa saya untuk ikut semangat mengembangkan tanaman Jahe. Namun rupanya meski omset kami sudah ratusan juta pertahunnya tak membuat Warga semuanya tertarik. Saya akan belajar terus kepada Pak Bambang,” pungkas Hanifah menutup wawancara dengan Malangpariwara.(Djoko Winahyu)