Ganti Pemilik Kini Poltekom Merana Makin Tak Jelas
Senin, 20 November 2023
Malangpariwara.com –
Sejak ada pergantian kepemilikan dari pemerintah daerah kepada pihak yayasan Politeknik Kota Malang (Poltekom) setahun terakhir tidak ada kejelasan status perkuliahan.
Sejumlah mahasiswa Politeknik Kota Malang atau Poltekom menyatakan prihatin atas kondisi kampusnya.
Nampak di luar pintu masuk kampus terpampang baliho tulisan bentuk protes dari mahasiswa, sehingga semakin komplit tanda bahwa kampus sudah tak aktif lagi.
Hal itu juga ditunjukan dengan kondisi gedung-gedung perkuliahan yang banyak kosong tanpa aktivitas apapun. Bahkan juga terlihat ada beberapa kerusakan. Selain itu, sejumlah poster dan spanduk nampak terpasang di beberapa sudut.
“Kampus sama persis seperti gedung mati atau gedung terbengkalai. Tidak ada sama sekali (perawatan). Dosen tinggal 5 orang itu pun gak jelas. Mahasiswa mungkin kurang lebih di bawah 50 orang,” ujar mahasiswa Program Studi Mekatronika Mahbub Ubaidillah, Senin (20/11/2023).
Penyampaian protes melalui spanduk dan poster itu pun menurutnya juga tidak ia lakukan sendiri, melainkan bersama sejumlah mahasiswa lain. Sebab sebelumnya, ia bersama mahasiswa lain juga telah meminta penjelasan kepada kampus dan yayasan, namun tak kunjung mendapat kejelasan.
Beberapa informasi pun sempat ia terima terkait alasan terbengkalainya kampus tersebut. Salah satunya lantaran adanya konflik internal yang terjadi pada kampus yang berdiri sejak tahun 2008 tersebut. Konflik itu diperkirakan terjadi sejak ada pergantian kepemilikan dari pemerintah daerah kepada pihak yayasan.
“Intinya bahwa setelah pergantian kepemilikan dari Pemkot Malang dan berganti ke yayasan, itu sudah mulai goyang. Parahnya lagi, di tahun 2020 hingga sekarang, diduga dosen tidak digaji dan hampir 1 tahun kami, mahasiswa tidak ada perkuliahan. (Terakhir kuliah) Desember akhir tahun 2022, sampai sekarang,” terang Mahbub.
BACA JUGA: Ketua DPRD Kota Malang Sarankan Polemik Poltekom Dilaporkan Ke Disnaker
Mahbub sendiri masuk ke Poltekom sejak tahun 2021. Ia menceritakan bahwa saat itu, masih ada sekitar 50 dosen yang bekerja di sana. Namun sejak konflik tersebut tak kunjung ada kejelasan, saat ini hanya tinggal 5 orang dosen.
“Saya kira sampai masuk ke semester 3 itu masih biasa saja, tapi di 2023 awal itu jadwal kuliah langsung kacau. Istilahnya saat itu kami menanyakan apakah kampus ini memang ada niatan sebagai tempat kuliah atau tidak,” jelas Mahbub.
Kampus yang berdiri di lahan seluas 3 hektare itu terdapat empat program studi (prodi) . Yakni Teknik Informatika, Teknik Mekatronika, Teknik Telekomunikasi dan Destinasi Pariwisata
“Kemudian saya kan berharap ada kegiatan di kampus, tapi tidak sama sekali. Padahal SPP juga tetap, saya kurang tahu mengarahnya ke mana,” pungkas Mahbub.( Djoko W)