8 Juli 2025

Pernyataan Sikap Universitas Brawijaya atas Konflik Iran-Israel dan Krisis Kemanusiaan di Timur Tengah

c1_20250705_14451695

Pernyataan Sikap Universitas Brawijaya atas Konflik Iran-Israel dan Krisis Kemanusiaan di Timur Tengah.( Djoko W)

Sabtu, 5 Juli 2025

Malangpariwara.com
Universitas Brawijaya (UB) secara resmi menyatakan sikap atas memanasnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel yang kian mengkhawatirkan.

Pernyataan ini disampaikan di depan Gedung Rektorat UB, Jumat (4/7/2025) dalam momen pemberangkatan dua dokternya ke Gaza.

Mewakili civitas akademika UB, Prof. Andi Kurniawan, S.Pi., M.Eng., D.Sc., menyampaikan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan yang terjadi sejak 13 Juni 2025 itu.

Konflik tersebut tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi warga sipil, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan Timur Tengah dan tatanan global.

“Serangan militer Israel melalui operasi Rising Lion serta pengeboman fasilitas nuklir Iran yang didukung oleh Amerika Serikat merupakan pelanggaran atas kedaulatan negara, sesuai hukum internasional,” tegas guru besar UB itu.

UB mencatat data dari Kementerian Kesehatan Iran bahwa lebih dari 600 warga sipil tewas dan sekitar 4.700 lainnya luka-luka akibat agresi tersebut.

Di Jalur Gaza, kekerasan juga telah merenggut lebih dari 55.000 nyawa, termasuk dr. Marwan Al Sultan, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Sementara itu, dari pihak Israel, korban sipil juga dilaporkan mencapai lebih dari 1.000 jiwa.

Situasi ini diperparah oleh ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran yang menyuplai sekitar 20% kebutuhan minyak dunia. Hal ini berdampak besar pada kestabilan ekonomi dan energi global.

Enam Sikap Resmi Universitas Brawijaya
Dalam kesempatan tersebut, Universitas Brawijaya menyampaikan enam poin sikap resmi sebagai bentuk komitmen terhadap perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan:

  • Mengecam keras tindakan militer Israel sebagai bentuk kejahatan kemanusiaan yang berdampak pada infrastruktur dan kehidupan warga sipil di Iran dan Palestina.
    Tindakan ini melanggar prinsip hukum humaniter internasional dan memperbesar risiko krisis kemanusiaan dan instabilitas kawasan. 
  • Menolak segala bentuk pendekatan militer sebagai solusi konflik. Klaim ancaman nuklir Iran tidak didukung oleh laporan International Atomic Energy Agency 2025 dan narasi hak membelah diri tidak dapat digunakan untuk membenarkan serangan terhadap warga sipil manapun. Pendekatan militer yang berakibat pada jatuhnya korban sipil baik di Palestina, Iran, maupun Israel hanya akan memperparah situasi dan menciptakan siklus kekerasan tanpa akhir.
  • Menyerukan penghentian segera kekerasan bersenjata dan mengadakan gencatan senjata menyeluruh serta mendorong diplomasi damai melalui forum multilateral seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Organisasi Konferensi Islam. Gencatan senjata harus dipatuhi dan ditaati oleh pihak yang mengikatkan diri pada perjanjian tersebut karena pengingkaran terhadap gencatan senjata akan berimplikasi pada semakin berkepanjangannya konflik.  Revitalisasi Joint Cooperative Plan of Action perlu menjadi prioritas untuk menjaga transparansi dan stabilitas proyek nuklir kawasan.
  • Mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk mengambil peran aktif dan memimpin inisiatif diplomasi yang menjunjung penyelesaian damai, adil, dan bermartabat di Timur Tengah. Indonesia dapat memainkan peran strategis di berbagai forum internasional untuk mendorong penyelesaian konflik tanpa kekerasan di Timur Tengah. 
  • Mendorong solidaritas global dan bantuan kemanusiaan segera, termasuk dukungan terhadap lembaga-lembaga
    seperti United Nations Relief and Work Agency for Palestine dan Palang Merah demi meringankan penderitaan masyarakat sipil serta memperkuat jaringan masyarakat sipil global yang mendukung perdamaian.
  • Menyatakan kesiapan Universitas Brawijaya untuk terlibat aktif dalam upaya pendidikan, riset aksi dan kebijakan, serta kerja sama lintas institusi untuk membangun dunia yang lebih aman, adil, damai, dan bebas dari kekerasan serta penindasan.

Sebagai bagian dari komitmen tersebut, UB turut mengirim dua tenaga medis terbaik ke Gaza.

Dua dokter itu adalah Dr. dr. Ristiawan Muji Laksono, Sp.An-TI,Subsp.M.N.(K), FIPP dan Dr. dr. Mohammad Kuntadi Syamsul Hidayat, M.Kes.MMR., Sp.OT.

Dengan berpedoman pada filosofi karakter Brawijaya dan komitmen UB sebagai kampus kemuliaan dan kemanusiaan, maka UB siap mengambil peran aktif dalam menjunjung dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur ini secara luas.

“Kami percaya bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui penghormatan terhadap hukum internasional, penyelesaian akar konflik secara adil, dan perlindungan terhadap martabat seluruh umat manusia,” tegas Andi mengakhiri.( Djoko W)