Ini yang Dilakukan Polinema, Siapkan LuLusan Generasi Milenial yang Berkarakter “Softskill”

Wakil Direktur Polinema Dr. Luchis Rubianto, LRSC, MMT. Bersama narasumber Seminar Nasional

.

MALANG – Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan bagi generasi selanjutnya.

.
Tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus-menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju kearah hidup yang lebih baik.

Sebagai penguatan pendidikan karakter mahasiswa Polinema, dan dalam rangka menciptakan generasi milenial yang beradab Polinema menggelar Seminar Nasional .

Lunturnya karakter disebut menjadi persoalan besar yang dihadapi oleh generasi milenial. Hal tersebut menjadi perhatian khusus dari Politeknik Negeri Malang (Polinema), yang menilai bahwa karakter merupakan soft skill yang jauh lebih penting dibanding ke intelektualan seseorang.

Hal tersebut disampaikan Wakil Direktur Polinema Dr. Luchis Rubianto, LRSC, MMT. disela sela acara seminar sehari dengan tema” penguatan pendidikan karakter mahasiswa dalam rangka menciptakan generasi milenial yang beradab” dilaksanakan di gedung teknik sipil lt 8 Polinema.

.
“Dari bidang perekrutan, mereka selalu bilang anak pinter gampang, yang terjadi saat ini keintelektualan tinggi namun karakternya memprihatinkan. Padahal softskill yang jadi salah satu hal mendasar paling penting ketika terserap di dunia kerja. Maka dari itu sedini mungkin kita coba terapkan terutama untuk para mahasiswa baru,” ungkap Luchis Rubianto usai memberikan sambutan pada Seminar Nasional kepada Malangpariwara.com.

.
Diakatakan Luchis, bahwa Polinema kali ini berupaya untuk memperkuat softskill mahasiswa sebagai elemen generasi milenial melalui pendidikan karakter.

.
Polinema menghadirkan sejumlah pakar terkait pendidikan karakter, salah satunya ialah Staff Ahli Menteri Pertahanan Bidang Sosial Marsda TNI Dr. Bambang Eko Suhariyanto, S.H, M.H.

.
Menurut Dr. Bambang, generasi milenial saat ini sangat rentan akan berbagai ancaman. Termasuk di dalamnya ialah kejahatan siber, narkoba hingga radikalisme. Ancaman tersebut menjadi sangat berisiko, apabila karakter mahasiswa tidak sesuai.

.
Untuk itu, para mahasiswa harus dibekali dengan wawasan yang cukup dalam menghadapi berbagai ancaman tersebut.

“Ancaman-ancaman terhadap generasi muda    sangat nyata. Jadi kalau misalnya kita lalai mengahadapi itu risikonya besar sekali terhadap negara. Tapi saya pikir generasi muda terutama mahasiswa sudah dibekali dengan kecerdasan yang luar biasa dan mampu menyikapinya,” terangnya.

Kepala Mata Kuliah Umum (MKU) Polinema, Hairus Sandy, S.H M.H bersama Ketua Pelaksana Seminar Nasional Hudriyah Mundzir

.
Ketua Pelaksana Seminar Nasional Pendidikan Karakter Mahasiswa Polinema, Hudriyah Mundzir menjelaskan bahwa mahasiswa sudah memiliki karakter dan harus diperkuat oleh para dosen untuk mengoptimalkan potensi positif yang dimilikinya dan meminimalisir hal negatif yang ada.

“Kami sebagai dosen pengajar Mata Kuliah Umum (MKU) di Polinema memiliki kewajiban untuk mengarahkan dan membangkitkan kembali potensi positif yang dimiliki para mahasiswa yang mungkin belum tergali atau sudah mulai muncul,” ungkap Hudriyah Mundzir.

Di era milenial saat ini, generasi muda saat ini khususnya mahasiswa Polinema tidak bisa dilepaskan dari gadget yang merupakan bagian perkembangan teknologi saat ini.

“Kita mengarahkan agar para mahasiswa tidak hanya menggunakan gadget untuk kesenangan belaka tetapi juga memanfaatkan gadget atau teknologi tersebut untuk mengembangkan ha positif yang dimilikinya termasuk untuk pendidikannya,” ujar perempuan berhijab ini.

.
Sementara itu, Kepala Mata Kuliah Umum (MKU) Polinema, Hairus Sandy, S.H M.H menyebut bahwa pendidikan karakter menjadi salah satu upaya untuk meminimalisir berbagai pengaruh negatif terhadap mahasiswa sebagai generasi milenial. Salah satunya juga melalui pemberian pemahaman terkait sikap anti penyebaran berita hoax.

Panitia Seminar Nasional

“Makanya kita memberikan pendidikan karakter melalui seminar nasional kali ini, agar mereka dapat meminimalisir pengaruh negatif. Seperti tidak boleh ikut-ikutan menyebar luaskan berita hoax sebagai manusia yang beradab,” pungkasnya.(*)  ( JKW )

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *