Universitas Brawijaya (UB) Kukuhkan Dua Profesor Baru dari FAPET dan FPIK

Foto: Dua profesor baru dari FAPET dan FPIK UB yang akan di kukuhkan besok(Djoko W)
Jum’at, 28 Januari 2022
Malangpariwara.com –
Universitas Brawijaya (UB) kembali menambah dua profesor baru dari FAPET dan FPIK.
Prosesi pengukuhan dilaksanakan pada Sabtu, (29/1/2022) bertempat di Gedung Samanta Krida secara hybrid dan tetap menerapkan protokol kesehatan ketat.
Profesor pertama yang dikukuhkan adalah Dr. Ir. Sri Wahjuningsih, M.Si sebagai profesor aktif ke-19 dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan profesor aktif ke 159 di UB, serta menjadi profesor ke-285 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Profesor kedua yang dikukuhkan adalah Dr. Ir. Muhammad Musa, M.S sebagai profesor aktif ke-13 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-160 di UB, serta menjadi profesor ke-286 dari seluruh profesor yang telah dihasilkan UB.
Di acara Konferensi Pers Jum’at( 28/1/22) di gedung Sakri UB kedua Profesor mengatakan besok Sabtu (29/1/22) akan menyampaikan pidato ilmiahnya sesuai dengan hasil penelitiannya.

Dalam pidatonya nanti, Prof. Sri mengangkat pemanfaatan daun kelor untuk peningkatan kualitas semen beku pada kambing jantan.
Proses inseminasi buatan, menurut Sri, memberikan kontribusi signifikan dan aplikatif untuk peningkatan populasi.
“Selain itu juga dapat meningkatkan mutu genetic ternak, produktivitas dan kinerja produksi”, jelasnya.

Keberhasilan proses ini, menurut Sri, bergantung pada ketersediaan semen beku yang berkualitas baik. Namun pada praktiknya, permasalahan yang dihadapi adalah proses kriopreservasi dan thawing semen menyebabkan tingkat kerusakan yang signifikan pada spermatozoa.
“Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan formula pengencer semen kambing yang mampu melindungi spermatozoa dari cold shock pada proses kriopreservasi, thawing, serta memiliki daya preservasi yang tinggi”, jelas profesor aktif ke-19 dari Fakultas Peternakan (Fapet) dan profesor aktif ke 159 di UB ini.
Penelitian yang dilakukan oleh Sri menggunakan ekstrak daun Moringa oleifera mampu mengencerkan Tris dan berpotensi meningkatkan kualitas semen beku kambing.
“Moringa oleifera atau daun kelor adalah tanaman herbal yang banyak dijumpai di masyarakat, dan dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaat dalam tiap bagian tanamannya”, papar dosen Fapet ini.
“Suplementasi ekstrak daun Moringa oleifera pada pengencer Tris-aminomethan-kuning telur mempunyai potensi meningkatkan kualitas semen beku kambing. Konsentrasi optimum ekstrak daun Moringa oleifera adalah 3%”, pungkasnya.

Sedangkan Prof M Musa,
di dalam pidatonya nanti, akan mengungkapkan permasalahan yang pernah terjadi dan hancurnya usaha pertambakan di Indonesia pada waktu yang lalu, khususnya di Jawa Timur, menimbulkan suatu pertanyaan, sejauh mana perencanaan pembangunan pertambakan yang ada selama ini memikirkan aspek daya dukung lingkungan dalam usahanya?.
Kegagalan-kegagalan yang dialami oleh petambak, mengilustrasikan lemahnya perencanaan pembangunan tambak yang tidak mempertimbangkan aspek daya dukung lingkungan sebagai variabel penentu produksinya.
Menurut Profesor aktif ke-13 dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) dan profesor aktif ke-160 di UB, bahwa usaha pertambakan yang hanya mengandalkan ekonomi semata, ternyata tidak berkelanjutan (sustainable), karena mengabaikan daya dukung lingkungannya dan perencanaan pengelolaan wilayah pesisir yang tepat.
Ecogreen aquaculture disampaikan Musa merupakan teknologi perkembangan budidaya tambak tradisional menuju tambak intensif dengan penerapan silvofishery model komplangan.
Ecogreen aquaculture dibuat melalui pendekatan pemulihan dan peningkatan daya dukung dengan hybrid system dan perbaikan ekosistem mangrove pendukungnya dengan tujuan untuk mengendalikan dan meningkatkan produktivitas.
Hasil uji coba selama 4 tahun atau 10 kali siklus budidaya, tambak dengan luas 1600 m2 dalam setahun (2,5 siklus budidaya) mampu menghasilkan rata-rata 8500 kg.

Limbah budidaya setelah di treatment berdampak positif terhadap pertumbuhan bandeng dan mangrovenya.
Hal ini mengindikasikan bahwa Ecogreen aquaculture layak untuk dikembangkan khususnya di laboratorium Perikanan Air Payau dan Laut (PAPL) Probolinggo FPIK-UB.(Djoko Winahyu)