Pelajar SDN Bareng lll, Agam Abdillah Potensi Pesilat Belia Pagar Nusa Asal Malang

Agam Abdillah Putra Nuero siswa Kelas 2 SDN Bareng 3 Malang Pesilat Pagar Nusa termuda peraih Juara 3 Nasional Usia Dini.(Djoko W)

Jum’at, 1 Desember 2023

Malangpariwara.com – Kota Malang kini miliki permata tersimpan pesilat belia. Meski usianya belum genap delapan tahun namun talenta beladirinya patut diacungi jempol. Bahkan ia hampir mengalahkan pesilat seusia pelajar SMP.

Adalah Agam Abdillah, putra pertama pasangan Hendro Sulistiyo dan Nuke Wijayanti. Murid kelas dua SDN Bareng III Kota Malang yang digadang sebagai permata tersimpan. Hal tersebut disampaikan oleh Yogi Pelatih dari Perguruan Pagar Nusa Kota Malang. Menurutnya, dari 16 pesilat yang diturunkan dalam Kejuaraan Pencak Silat Pagar Nusa BTC IX 2023. Sosok imut pesilat belia Agam mencuri perhatian.

“Potensi ke depan Agam menjadi pesilat saya yakin akan cerah. Tinggal diasah tendangan serta teknik bantingan, Agam anaknya pendiam tetapi mentalnya luar biasa,” ungkap Yogi, Kamis (30/11/23).

Agam sendiri dalam kejuaraan yang dihelat di kampus UIN Maliki Malang bertanding di kelas usia dini. Dia satu-satunya pesilat yang masih kelas dua duduk di bangku SD. Lawannya, rerata usianya diatas Agam. Namun ia berhasil menyabet juara tiga untuk kategori tanding kelas A Putra.

Tendangan Agam masuk keperut lawannya(Djoko W)

“Meski baru pertama tanding, tapi kelihatan sudah nampak tipikal anak pemberani,” ucap Yogi.

Pelatih Pagar Nusa ini membeberkan, dari 16 pesilat yang berlaga, mereka baru pertama kali merasakan pertandingan. Yogi pun hanya menargetkan meraih pengalaman bertanding saja dalam kejuaraan ini.

“Juara urusan belakang yang penting mengasah pengalaman,” ujarnya.

Yogi akui persiapan menjelang kejuaraan ini minim. Mereka baru intensif berlatih seminggu lalu, selama tiga kali. Ia maklumi para pesilatnya baru pertama bertanding, mental masih belum siap. Namun kabar baiknya, dari 16 Pesilat 11 diantaranya meraih juara termasuk Agam.

Dalam pertandingan Agam tidak ada kesalahan. Meski menangis usai bertanding karena kesakitan kena pukulan dan tendangan.

Selama bertanding, Agam lebih banyak menggunakan pukulan dan tendangan tanpa bantingan. Beberapa pukulan dan tendangannya masuk telak di tubuh lawan yang selisih umurnya terpaut jauh.

“Agam selama berlatih, belum pernah Sparing, hingga ketika bertanding sedikit grogi,” tukas sang pelatih.

Diapit dua pelatihnya usai menerima medali(Djoko W)

Pelatih yakin pertandingan berikutnya Agam sudah bisa meraih juara I.

Ditambahkan oleh Ibunda Agam, Nuke Wijayanti, jika sejak TK anak pertamanya ini suka beladiri. Menurutnya, mungkin putra pertamanya ini mengikuti jejak Kakeknya yang juga atlet beladiri Karate.

“Dari dulu latihan beladiri tidak ada yang menyuruh. Semuanya kemauannya sendiri,” kata Nuke.

Lucunya, ungkap Nuke, awal bertanding, saat Agam nendang atau mukul, katanya kasihan lawannya. Dia lupa kalau saat ini pertandingan bukan latihan. Begitu istirahat pelatih instruksikan lepas saja pukulan dan tendangannya. Setelah itu baru dia mau bermain lepas dan berhasil mengejar nilai lawan.( Djoko W)

About The Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *