Ir. H Bambang Irianto: Kampung Tematik Harus Bisa Angkat Perekonomian Warganya
Selasa, 18 Januari 2022
Malangpariwara.com –
Tidak semua wilayah di Kota Tangerang hanya menengadahkan tangan menunggu bantuan Pemerintah Daerah.
Warga Kampung Anggur yang terletak di RW 03 Kelurahan Uwung Jaya, Cibodas Kota Tangerang mulai berbenah sejak bulan November 2018 itu permulaan dari mendapatkan SK Kumuh sedang dari Walikota Tangerang.
Ketua RW 3 Kel. Uwung Jaya, Kec. Cibodas, Kota Tangerang, Budi Santoso mengatakan, penamaan Kampung Anggur sendiri didasari dari singkatan Anggota Masyarakat Gemar Bersyukur (Anggur) dan juga pohon anggur di tengah kampung sebagai simbol Kampung Anggur.
“Bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Tuhan kepada kita dengan bersedekah oksigen dengan menanam tanaman,” ungkap penggagas kampung Anggur kepada Malangpariwara saat di temui di Rumah Prestasi 3G(Glintung Go Green) bersama 4 Tokoh Kampung Sejahtera Mandiri (KSM) Kota Tangerang Rabu lalu(12/1/22).
“filosofinya kita ingin seperti tanaman anggur. tumbuh, merambat dan menghasilkan buah. begitu juga yang kita harapkan dengan masyarakat kita bisa peduli lingkungan dan bisa menjadikan lingkungannya menjadi lingkungan yang lebih baik. Itu makna dari kampung Anggur,” imbuhnya.
Budi Santoso menambahkan, sejak bulan November 2018 itu permulaan dari mendapatkan SK Kumuh sedang dari Walikota Tangerang. Untuk melepaskan predikat itu, kami beserta warga mencoba membangun kampung dengan awal yang dimodali oleh pemerintah dengan program PHBS senilai 6 juta per RW. Tapi karena memang itu bentuknya tanaman, masyarakatnya belum berubah pola pikirnya. Alhasil tiga bulan sudah mati semua.
Karena gagal warga rapat untuk merubah konsepnya. Masyarakat di harapkan berswadaya untuk melakukan pembenahan lingkungan dan pemerintah sebagai pendamping.
“Tetapi tanpa konsep, kami tidak bisa merubah lingkungan secara baik. dan pada akhirnya Pemkot Tangerang memberikan sosialisasi tentang program kampung tematik dengan narasumbernya waktu itu Pak Ir Bambang Irianto,” kenang Budi Santoso.
Setelah mendapatkan bimbingan dan arahan dari Pembina Lingkungan Tingkat Nasional ( Ir.H Bambang Irianto) biasa dipanggil ” Guru “oleh Kepada daerah maupun warga masyarakat Kota Tangerang itu, mulailah Warga RW.03 berbenah menemukan konsep sebagaimana membangun kampung tematik yang bisa berkelanjutan.
“Pada bulan Februari, Pak Bambang datang ke tempat kami dan membina secara langsung bagaimana merubah mindset masyarakat. Hasilnya dalam waktu 5 bulan kami sudah bisa membuat lokus kampung Anggur dengan beberapa inovasi dan kegiatan,” ungkapnya.
Selang beberapa waktu warga didampingi Bambang Irianto untuk pertama kali mendapat kunjungan dari tim penggerak PKK Kabupaten Buton Utara Sulawesi.
“Warga Kampung semangat sehingga menambah motivasi masyarakat. Ternyata apa yang dilakukan selama ini dihargai dan dilihat oleh masyarakat lain. Dan setelah kampung tematik itu berjalan, ternyata hal itu cukup membosankan,” cerita Budi Santoso.
Warga hanya menanam, menyiram, dan melakukan pembibitan namun tidak menghasilkan apa-apa.
Dari situ mulailah warga harus masuk tahapan green bisnis. Disana mereka mulai membuat beberapa kerajinan dari bambu, pembuatan gazebo dan itu berjalan tetapi tidak bisa mewakili semua masyarakat karena memang itu harus ada tenaga ahli disana.
Warga kembali melakukan pertemuan dengan RT, RW dan Karangtaruna. karena kampung tematik itu rata-rata ditanami oleh bunga yang dihinggapi banyak lebah. Ini menjadi perdebatan kenapa lebah ini tidak dibudidayakan di lingkungan RW 03.
Ternyata ada juga yang kontra karena kalau dibudidayakan di lingkungan padat penduduk sangat berbahaya bisa tersengat lebah.
Ada masyarakat yang memiliki pengalaman tentang budidaya lebah yang tanpa sengat yaitu lebah trigona.
“kita lakukan studi banding dan akhirnya budidaya lebah itu bisa kita terapkan di lingkungan kampung tematik,” tukasnya.
Berjalannya waktu kampung tematik terus berjalan dan kunjungan juga banyak. Tetapi ada yang sering di tanyakan pengunjung. Kekurangannya kampung tematik yang tidak sesuai dengan temanya Kampung Anggur gak ada Anggurnya.
“Ya mau tidak mau kita belajar tentang anggur. bagaimana anggur agar bisa layak konsumsi karena setahu kami anggur lokal itu rasanya asam, bentuknya kecil.
Setelah kami belajar dan studi banding, kemudian diterapkan di kampung kami dan sampai sekarang anggur menjadi komoditas utama di tempat kami,” aku Budi.
Di Kampung Anggur RW 03, sudah ada 60 varian jenis Anggur. ada yang dari Ukraina, Jepang, Amerika dan dari India.
“Ternyata ini lebih mudah untuk dibudidayakan. keuntungan penjualan bibit anggur itu 80 persen dari modal yang kita keluarkan,” urainya.
Terbaru malah ada
3 orang warga kampung yang memiliki sertifikasi nasional BNSP dari lembaga LSPN dan itu sebagai dasar ketika menawarkan jasa untuk budidaya anggur.
“Sekarang permintaan cukup banyak akhirnya kami bekerjasama dengan berbagai macam kampung yang memang sudah produksi bibit Anggur. Alhamdulillah dari madunya juga terus produksi.
“Yang saya ingat dari Pak Bambang itu ada 3 konsep, jadi kami mencoba membuat konsep kampung wisata. Dimana pengunjung itu harus melihat,” tuturnya.
- Apa yang dilihat pengunjung dilingkungan kampung yaitu lingkungan bersih, masyarakatnya ramah.
- Apa yang pengunjung lakukan di kampung? pengunjung bisa berinteraksi dengan lingkungan, dengan masyarakat. Sekarang pengunjung bisa ikut bagaimana caranya budidaya lebah. bagaimana caranya membuat media tanam anggur.
- Konsepnya apa yang pengunjung bisa bawa. Jadi harus ada yang dijual untuk pengunjung.
” Kita punya madu Trigona, bibit anggur dan ada juga minuman khas dari sana seperti sirup jahe merah. Ini yang nantinya akan menunjang dari suatu kampung karena masyarakat itu bisa menghasilkan dan bisa menjual produknya,” urainya.
Kampung yang merupakan binaan dari Polsek Jatiuwung dan Pemkot Tangerang tersebut sudah berhasil membudidayakan lebah trigona dan ikan lele.
Madu yang dihasilkan dari trigona sendiri sudah dinikmati dan dikirim ke berbagai daerah.
“Kami datang ke Kampung WNS Go Green RW, 19 Kelurahan Purwantoro Kecamatan Blimbing Kota Malang ini tujuannya adalah studi banding yang langsung mendapat arahan dari Pak guru kami Bambang Irianto terkait inovasi sosial dan manajemen Kampung.
” Sangat luar biasa penyambutan warga WNS Wonosari Go Green RW 19. Menerima tamu yang berkunjung selayaknya menerima tamu pejabat. Itu memang yang diterapkan Kampung binaan Pak Bambang Irianto. Semoga bekal ini akan kami terapkan juga di kampung kami, Kampung Anggur KSM Kota Tangerang.( Djoko Winahyu)