UB Selenggarakan Seminar Nasional Bahas Karakter Ke-Brawijaya-an

Dewan Profesor UB menggelar Seminar Nasional dengan tema "Karakter Kebrawijayaan", Selasa, (15/8/2023) di Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB.( ist)
Selasa, 15 Agustus 2023
Malangpariwara.com – Dewan Profesor UB menggelar Seminar Nasional dengan tema “Karakter Kebrawijayaan”, Selasa, (15/8/2023) di Gedung F Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB.
Menghadirkan tiga orang narasumber yaitu Assoc Prof. Dr. Drs. Blasius Suprapta, MSi (Universitas Negeri Malang); Prof Iwan Triyuwono, SE.Ak.,MEc.,PhD (Sekretaris SAU UB); dan Adrian Perkasa, S.Hub.Int.,S.Hum.,MA.,PhD (UNAIR-Universitat Leiden, NL) dan diikuti 175 profesor yang hadir secara luring dan yang daring melalui zoom meeting.

Acara ini dibuka oleh Ketua Dewan Profesor UB Prof. Armanu, SE.,MSc.,PhD dengan moderator seminar Prof. Sukir Maryanto, SSi.,MSi.,PhD.
MS-Ketua Senat Akademik Universitas UB Prof.Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR, dalam kesempatan ini juga mengajak para profesor untuk mendukung kegiatan internal dan membangun negara kita. “Menjelang pemilu ini seyogyanya UB mulai memikirkan Indonesia kedepan,” Urainya.
Sementara itu Prof. Widodo, SSi.,MSi.,PhD.Med.Sc – Rektor UB mengatakan bahwa saatnya UB memiliki filosofi Brawijaya.
“Seminar hari ini penting untuk merumuskan filosofi Brawijaya. Kita perlu menyusun karakter bercirikan Brawijaya, menghasilkan alumni yang mencerminkan karakter Brawijayan,”.tandasnya
Sementara dalam seminar ini, Prof. Iwan Triyuwono, SE.,Ak.,MEc.,PhD yang juga narasumber pertama menguraikan istilah Brawijaya. Brawijaya berasal dari kata Bhre[Bhra] dan Wijaya. Bhra berasal dari kata Bhatara bermakna utusan Brahman (Tuhan) sebagai pelindung umat manusia. Wijaya memiliki makna menang atau unggul. Bhra-Wijaya atau kemudian dikenal dengan “Brawijaya” dapat diartikan sebagai utusan Tuhan yang menang dalam melindungi manusia.
“Setiap diri manusia memiliki potensi untuk menjadi Brawijaya/utusan Tuhan. Di dalam setiap diri manusia ada jiwa. Jika manusia berproses dan berhasil menyucikan jiwa, maka jiwanya akan menjadi suci–>Jiwa Suci. Jiwa suci inilah yang disebut “Utusan Tuhan,” karena hanya Jiwa Suci yang dapat menangkap pesan-pesan Tuhan,” paparnya.
Dikatakan bahwa Brawijayan berasal dari kata Brawijaya+an, mirip dengan istilah Newtonian, Darwinian, Marxian, dan lain-lain yang menunjukkan pemikiran atau aliran pemikiran (school of thought).
Maka Brawijayan adalah cara berpikir model Brawijaya, yaitu cara berpikir dari seseorang yang jiwanya telah suci atau cara berpikir dari orang yang telah tercerahkan. Iwan mengatakan idealnya jiwa harus tunduk dan patuh secara total pada kehendak Tuhan (divine will), dengan cara menyucikan jiwa. Ketika jiwa telah menjadi suci, maka jiwa suci mampu menangkap dan memahami pesan-pesan Tuhan sehingga dalam setiap pikiran, perkataan dan tindakan selalu mengikuti kehendak Tuhan.
Narasumber berikutnya adalah Dr. Blasius Suprapta, M.Hum membahas tentang karakter luhur tokoh Prabhu Brawijaya I dan terakhir pada Abad XIV dan XV Masehi. Beliau memaparkan karakter Prabhu Brawijaya terkait dharma (kebenaran- kebenaran utama) yang. patut diteladani dalam berbagai perspektif.
Sedangkan Ardian Perkasa, S.Hub.Int.,S.Hum.,MA.,PhD menyampaikan materi tentang Brawijaya dalam perspektif para pendiri Universitas.
Ia menjelaskan karakter Brawijaya dalam okonografi Arca Hari Hara, karakter Brawijaya dari khasanah historiografi, dan sosok Brawijaya terakhir.
Menurutnya penting sekali di universitas memahami filosofi Jawa: ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake, sekti tanpo aji-aji, sugih tanpo bondo. Artinya berjuang tanpa massa, menang tanpa merendahkan atau mempermalukan lawan. Berwibawa tanpa mengandalkan kekuatan, kaya tanpa didasari kebendaan.
Di satu sisi ketua Dewan profesor (UB) prof Armanu, SE., M. Sc., menjelaskan bahwa Ini merupakan kewajiban kami di dewan profesor brawijaya untuk bisa merumuskan karakter ke brawijaya an ini.
Dengan pemateri yang di datangkan tadi yang sudah dirumuskan, sehingga kedepan kita tinggal kongkritnya di dua pertemuan mendatang dan dilanjutkan perumusannya untuk menjadi bagian dari mata perkuliahan.
Dengan harapan kedepan karakter kebrawijayaan, dengan tanda kutip “yang baik ini” akan terbentuk bagi akademisi dan menjadi ideologi para alumni-alumninya.tandasnya (Djoko W)